Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

PMI dan JRCS Kaji Risiko dan Pemetaan Potensi Bencana di Sukabumi

Benny Bastiandy
24/6/2025 15:33
PMI dan JRCS Kaji Risiko dan Pemetaan Potensi Bencana di Sukabumi
Relawan Sibat dan masyarakat mengikuti orientasi dan pelatihan pada kegiatan kajian risiko dan pemetaan potensi bencana(MI/BENNY BASTIANDY)

KABUPATEN Sukabumi, Jawa Barat, merupakan wilayah rawan berpotensi bencana. Berbagai upaya dilakukan, terutama menyangkut kajian risiko, sebagai langkah antisipatif dan preventif.

Salah satunya dilakukan Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Sukabumi bekerja sama dengan Japanese Red Cross Society (JRCS). Dua lembaga kemanusiaan itu melakukan kajian risiko dan pemetaan potensi bencana di tiga desa rawan bencana di Kabupaten Sukabumi.

Ketiga wilayah itu yakni Desa Cidadap di Kecamatan Simpenan serta Desa Cikahuripan dan Desa Cisolok di Kecamatan Cisolok. Pemilihan desa-desa tersebut didasari pertimbangan tingkat kerentanan terhadap potensi ancaman seperti gempa bumi, tanah longsor, banjir, dan tsunami.

Koordinator Program School and Community Resilience (SCR) PMI Kabupaten Sukabumi, Dikdik Maulana, menjelaskan kajian risiko dan pemetaan potensi bencana di tiga desa rawan bencana merupakan bagian implementasi program SCR yang mengusung pendekatan partisipatif berbasis komunitas. Kajian dilakukan dengan penguatan penilaian kapasitas dan kerentanan atau enhanced vulnerability and capacity assessment (EVCA) serta pemetaan risiko atau risk mapping di tingkat masyarakat.

"Dari kegiatan ini kita bisa menggali secara aktif potensi, kapasitas, serta risiko yang ada di lingkungan desa dengan melibatkan peran langsung masyarakat, perangkat desa, unsur sekolah, dan relawan Sibat (siaga bencana berbasis masyarakat)," ujarnya, Selasa (24/6).

PMI dan JRSC mendorong para relawan Sibat dan warga desa dapat memahami secara langsung kondisi wilayah mereka. Dengan demikian, dari kegiatan ini akan menghasilkan peta desa terkini dan terbaru sebagai output utama.

"Kajian ini akan menjadi sebuah dokumen penting yang dapat dimanfaatkan sebagai dasar perencanaan pembangunan desa secara umum dengan memperhatikan perspektif kebencanaan. Dokumen ini nantinya diharapkan dapat menjadi acuan dalam proses penganggaran, baik di tingkat desa maupun tingkat kabupaten," ujarnya.

Kegiatan dimulai dengan orientasi dan pelatihan teknis bagi relawan. Mereka diperkenalkan dengan metode transect walk, yakni teknik observasi partisipatif untuk menilai kondisi fisik desa, aktivitas masyarakat, topografi, serta potensi risiko dan sumber daya yang dimiliki desa.

Relawan juga dibekali keterampilan menyusun spotmap atau pemetaan manual aset dan infrastruktur penting desa, seperti jalur evakuasi, rumah ibadah, sekolah, posko darurat, dan fasilitas lainnya.

"Kegiatan ini dilaksanakan serentak selama delapan hari di tiga lokasi intervensi program. Seluruh proses dilaksanakan langsung relawan Sibat sebagai bentuk nyata penguatan kapasitas lokal. Harapannya, hasil dari kegiatan ini dapat dikembangkan menjadi Rencana Kontinjensi Desa," pungkas Dikdik.

Senior Officer JRCS, Yana Maulana,  menambahkan pelibatan aktif masyarakat menjadi inti dari pendekatan EVCA. EVCA bukan sekadar pengumpulan data, melainkan proses membangun kesadaran bersama untuk menghadapi risiko secara mandiri dan terencana.

"Program ini membawa tiga harapan besar yaitu terbentuknya sekolah aman bencana, terbangunnya masyarakat yang tangguh bencana, serta adanya kolaborasi antarpihak untuk mengurangi risiko bencana secara menyeluruh," ungkapnya.

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sugeng
Berita Lainnya

Bisnis

Wisata
Kuliner