Headline

Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan

Fokus

Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah

Gerbang Pendopo Garut, Saksi Bisu Tewasnya 3 Korban di Pernikahan Anak Dedi Mulyadi

Kristiadi
22/7/2025 21:37
Gerbang Pendopo Garut, Saksi Bisu Tewasnya 3 Korban di Pernikahan Anak Dedi Mulyadi
Pintu gerbang masuk menuju Pendopo Alun-alun lapang Oto Iskandar Dinata, Jalan Kiansantang Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut menjadi tragedi bisu yang menelan 3 korban meninggal dan 30 orang lainnya luka, pingsan dan terinjak-injak.(MI/Kristiadi)

SIANG itu, langit di atas Alun-alun Oto Iskandar Dinata tampak biasa saja. Tapi tak ada yang menyangka bahwa ribuan langkah warga yang menuju Pendopo Garut akan berujung pada isak tangis, jeritan, dan duka. Di antara tawa riuh menyambut pesta pernikahan megah, tiga nyawa melayang, puluhan lainnya terkapar pingsan, terluka, bahkan terinjak.

Pesta syukuran pernikahan Wakil Bupati Garut Luthfianisa Putri Karlina, putri dari Kapolda Metro Jaya Irjen Karyoto, dan Maula Akbar Mulyadi Putra, anak Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, mengundang antusiasme luar biasa. 

Warga dari berbagai pelosok Garut bahkan mulai berdatangan sejak pagi, berharap bisa ikut merasakan berkah dari hajatan pejabat: nasi kotak berisi ayam dan sayur, yang dibagikan secara cuma-cuma. Tapi harapan berubah jadi kepanikan.

Gerbang setinggi empat meter yang menjadi satu-satunya akses masuk ke Pendopo berubah menjadi titik sesak yang mematikan. Sistem buka-tutup yang dijaga aparat tak mampu menahan derasnya arus manusia. Warga saling dorong, saling tindih, dan sebagian tak sempat menyelamatkan diri.

“Pintu gerbang pendopo yang dijaga oleh anggota Satpol PP, Polisi hanya dilakukan tutup buka, tidak membukanya secara lebar, membuat warga saling berdesakan, saling dorong. Banyak anak, ibu yang membawa anak terjepit pintu besi gerbang, mereka jatuh,” tutur Lela Mailia, 43, warga Bayongbong, Selasa (22/7).

Kisah pilu datang dari Vania Aprilia, bocah 8 tahun yang ikut antre tanpa sepengetahuan orangtuanya. Anak yang tinggal tidak jauh dari area alun-alun itu memang diketahui kerap bermain di luar pendopo. Ia pun tak sempat melihat nasi kotak yang diimpikannya. 

Vania terhimpit di antara gelombang massa yang panik, dan tak bisa diselamatkan. Di sampingnya, Dewi Jubaedah, 61, seorang ibu asal Jakarta Utara, juga meregang nyawa. Selain itu, seorang anggota kepolisian, Bripka Cecep Saeful Bahri, 39, yang sedang menjalankan tugas pengamanan, gugur saat mencoba mengendalikan situasi.

“Tragedi maut yang terjadi lantaran pintu gerbang pendopo dilakukan buka tutup, dan warga yang masuk langsung berburu sisa makanan gratis hingga membuat mereka saling berdesakan. Banyak orang pingsan, jatuh, terinjak serta terjepit pintu gerbang besi,” kisah Nunung, 55, warga Tarogong Kaler yang menyaksikan langsung kericuhan dari kejauhan.

Sebelum kejadian, pemerintah telah mengantisipasi dengan menyiagakan ambulans. Tapi kecepatan peristiwa membuat banyak korban terlambat tertangani. Kepala Dinas Kesehatan Garut, Leli Yuliani, mengungkapkan bahwa puluhan orang menjadi korban karena terjatuh, terhimpit, dan saling dorong. Ada yang mengalami keretakan, bahkan harus dirontgen dan USG.

Dari data sementara, setidaknya 30 orang luka-luka dengan perinciannya, 20 dewasa dan 10 anak-anak, mayoritas berusia 30 hingga 60 tahun.

Duka paling dalam juga menyelimuti institusi kepolisian. Bripka Cecep, yang gugur dalam tugas, mendapat penghormatan terakhir dari negara.

“Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo telah memberikan kenaikan pangkat luar biasa Anumerta kepada Alm Bripka Cecep Saeful Bahri menjadi Aipda Anumerta ebagai bentuk penghormatan, apresiasi atas dedikasi dan pengorbanan almarhum dalam menjalankan tugasnya,” jelas Kapolres Garut, AKB Yugi Bayu Hendarto.

Hari itu, hajatan yang dimaksudkan sebagai pesta rakyat, justru menjadi catatan kelam dalam sejarah kota kecil ini. Di balik gemerlap dekorasi dan iringan doa pernikahan, ada luka yang tak mudah disembuhkan bagi keluarga korban, bagi warga yang menyaksikan, dan bagi semua yang bertanya-tanya: mungkinkah tragedi ini bisa dicegah? (AD/E-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri yuliani
Berita Lainnya

Bisnis

Wisata
Kuliner