Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

BRIN dan Peneliti Lokal Telusuri Jejak Baru Arkeologis di Gunung Tangkil Sukabumi

Benny Bastiandy
01/8/2025 18:44
BRIN dan Peneliti Lokal Telusuri Jejak Baru Arkeologis di Gunung Tangkil Sukabumi
Pimpinan Pondok Pesantren Modern Al-Fath Kota Sukabumi, KH Fajar Laksana, memberikan penjelasan soal penelusuran arkeologis di kawasan Gunung Tangkil Kabupaten Sukabumi.(MI/BENNY BASTIANDY)

BADAN Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama peneliti lokal melakukan penelusuran arkeologis di kawasan Gunung Tangkil Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Di lokasi itu, para peneliti mengungkap jejak baru.

Sebuah arca yang telah rusak ditemukan di tengah hutan lebat. Arca tersebut diduga berasal dari zaman megalitikum.

Bentuknya memiliki kemiripan dengan koleksi yang saat ini dipajang di Museum Prabu Siliwangi di Komplek Pondok Pesantren Modern Al-Fath, Kota Sukabumi.

Penemuan tersebut bermula dari observasi lapangan yang dilakukan salah seorang peneliti, Zubair Mas'ud. Saat menyusuri lereng berbatu yang tertutup semak belukar, dia menemukan potongan arca batu.

Terkonfirmasi, arca batu itu mengandung kesamaan material dengan benda-benda di museum.

"Berdasarkan pengamatan awal, batuan arca di Museum Prabu Siliwangi cocok dengan lokasi temuan di Gunung Tangkil," kata Pimpinan Pondok Pesantren Modern Al-Fath, KH Fajar Laksana, Jumat (1/8).

Gunung Tangkil hingga kini belum ditetapkan sebagai situs budaya resmi. Kawasannya masih alami.

Lokasinya tersembunyi di balik hutan lebat dan minim sentuhan manusia. Dengan temuan-temuan itu mengindikasikan kawasan ini menyimpan nilai sejarah tinggi.

Selain arca, tim juga menemukan batu menhir di Desa Tugu serta jejak serupa di Gunungkarang. Temuan itu memperkuat dugaan jika kawasan ini merupakan salah satu pusat peradaban megalitikum.

Tak hanya peninggalan batu, pada riset itu juga ditemukan ratusan pecahan keramik. Diduga pecahan keramik itu berasal pada abad ke-10 hingga ke-20.

Temuan ini diyakini menjadi bukti kuat bahwa wilayah Gunung Tangkil dulunya merupakan bagian dari jalur perdagangan maritim antara Nusantara dan Tiongkok.

BRIN mengusulkan agar hasil temuan, terutama fragmen keramik, dapat dipajang pada ruang pamer khusus di museum. Hal ini untuk mengedukasi masyarakat tentang sejarah perdagangan kuno di wilayah tersebut.

Rencana lanjutan pun telah disusun. Awal September mendatang, BRIN akan kembali ke lokasi dengan membawa teknologi pemetaan canggih seperti drone dan LIDAR sensor.

Perangkat ini diharapkan mampu mengungkap struktur batuan yang kemungkinan besar tersusun secara arsitektural oleh manusia masa lampau.

Fajar menuturkan, seorang akademisi dari Universitas Indonesia yang juga peneliti situs megalikitum Gunung Padang di Kabupaten Cianjur, Profesor Ali Akbar, menyatakan ketertarikannya meneliti. Dia menilai ada kemungkinan keterhubungan antara kedua situs tersebut.

Meskipun belum ditetapkan sebagai situs resmi, tapi kawasan Gunung Tangkil hingga kini masih menjadi lokasi aktivitas budaya masyarakat setempat.

Pada bagian lain, sebut Fajar, beberapa warga diketahui rutin melakukan ritual adat di titik-titik tertentu.

Menurut para peneliti, aktivitas itu disebut-sebut sebagai bentuk budaya berlanjut jejak warisan leluhur yang masih hidup hingga kini.

"Awalnya kami hanya ingin memverifikasi asal koleksi museum. Namun justru menemukan potensi situs megalitikum yang baru. Harapannya ini bisa menjadi cagar budaya ke depan," ungkapnya.

Fajar menyebut, sejatinya kawasan Gunung Tangkil bisa ditetapkan sebagai cagar budaya. Hal itu penting untuk menjaga warisan sejarah dan identitas budaya.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sugeng
Berita Lainnya

Bisnis

Wisata
Kuliner