Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Imbas Kebijakan Gubernur Jabar, SMA Swasta Minim Siswa Baru

Kristiadi
08/7/2025 12:10
Imbas Kebijakan Gubernur Jabar, SMA Swasta Minim Siswa Baru
SMA Pasundan 1 dan 2 Tasikmalaya saat SPMB masih minim pendaftar setelah ada kebijakan pemerintah mengizinkan untuk sekolah negeri menerima 50 siswa per kelas.(MI/Kristiadi)

SEJUMLAH sekolah swasta di Tasikmalaya minim peminat pada Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) tahun ajaran 2025-2026 imbas kebijakan Gubernur Jawa Barat yang mengizinkan sekolah negeri menerima 50 siswa per rombongan belajar (rombel). Kebijakan itu berdampak kepada SMA Pasundan Tasikmalaya yang baru menerima enam calon siswa baru.

Kepala SMA Pasundan 2 Tasikmalaya Darusman mengatakan, sejak dibukanya SPMB, pihaknya baru menerima enam orang yang mendaftar. Keenam siswa itupun dari alumni. Kebijakan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi yang mengizinkan sekolah negeri menerima 50 siswa dalam satu rombongan belajar atau satu kelas telah merampas hak hidup sekolah swasta secara perlahan.

"Kami bukan hanya kehilangan siswa, kami kehilangan kepercayaan sistem. Apalagi di sekolah negeri telah disiapkan jadi raksasa dan swasta ditinggal hanya jadi bayangan. Sejak tahun 1998-2000 SMA Pasundan merupakan salah satu sekolah favorit dan lulusan SMP Pasundan banyak menjadi tokoh, pejabat daerah, pengusaha, dan pendidik. Mereka lahir dari ruang kelas sekolah tersebut," katanya, Senin (7/7).

Kegagalan Pemerintah

Ia mengatakan, SMA Pasundan dikenal dengan kekuatan ekstrakulikuler seperti paskibra, seni tradisi, pramuka, Palang Merah Remaja (PMR) Patroli Keamanan Sekolah (PKS), hingga prestasi akademik. 

Kebijakan memperbolehkan 50 siswa per kelas di sekolah negeri, sambungnya, menjadi cerminan gagalnya pemerintah baik pusat maupun daerah menciptakan ekosistem yang memadai. Tingginya angka putus sekolah justru ditangani dengan kebijakan yang buru-buru seperti menambah siswa dalam satu rombel sehingga kelas akan menjadi sangat padat. Hal itu dinilainya justru membuat siswa dan guru sama-sama sulit berkonsenterasi di kelas.

Di sisi lain, sekolah swasta justru seakan ditinggalkan. Padahal, sekolah negeri dan sekolah swasta bisa saling melengkapi jika didorong untuk berkembang bersama-sama.

"Kami menilai pemerintah sudah gagal, terutama dalam menciptakan ekosistem pendidikan berkeadilan, ketika sekolah negeri diberi keleluasaan kuota, fasilitas, sekolah swasta dibiarkan dengan beban operasional tanpa subsidi, perlindungan. Kami tetap membayar guru, menerapkan kurikulum, akreditasi, tetapi, kalau siswa tidak ada semua itu percuma," ujarnya.

Pihaknya pun akan berupaya menarik peserta didik baru dengan melakukan kunjungan door to door ke lingkungan warga sekitar.

"Kita sudah berusaha dengan cara door to door ke rumah, ke RW di lingkungan sekitar sekolah. Tahun ini SMA Pasundan 2 meluluskan 23 orang, siswa sekarang kelas 2 ada 21 orang, kelas 3 tercatat 26 orang dengan total keseluruhan 70 orang. Namun, untuk jumlah guru 18 orang dan satu orang PNS. Harapannya ada penambahan kembali untuk calon siswa yang mendaftar ke SMA Pasundan 2 Tasikmalaya," pungkasnya. (AD/E-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri yuliani
Berita Lainnya

Bisnis

Wisata
Kuliner