Haul Gus Dur dan Diskusi Kerukunan Beragama di Cileunyi, Kabupaten Bandung, Refleksi Akhir Tahun

Sugeng
23/12/2024 16:21
Haul Gus Dur dan Diskusi Kerukunan Beragama di Cileunyi, Kabupaten Bandung, Refleksi Akhir Tahun
Diskusi kerukunan beragama di Yayasan Yapisa atau Pondok Pesantren Syamsul Ma’arif, Cileunyi, Kabupaten Bandung.(dok/GP ANSOR CILEUNYI)

YAYASAN Yapisa atau Pondok Pesantren Syamsul Ma’arif menjadi saksi penyelenggaraan kegiatan Haul Gus Dur, Refleksi Akhir Tahun 2024, dan Diskusi Kerukunan Antar Umat Beragama, Senin (23/12).

Acara ini bertema “Toleransi Beragama dan Kepercayaan dalam Wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia di Jawa Barat; Mewaspadai Bahaya Radikalisme dan Terorisme Mengatasnamakan Ajaran Agama”. Penyelenggaraannya diorganisasi oleh GP Ansor Kecamatan Cileunyi.

Acara yang dihadiri sekitar 100 peserta dari berbagai elemen masyarakat, seperti perwakilan Ponpes Syamsul Ma’arif, Muslimat Nahdlatul Ulama (NU), Fatayat NU, IPPNU, Koramil, Kapolsek, dan Babinsa.

Acara diawali dengan pembacaan tawasul dan hadhoroh untuk mengenang Gus Dur. Selanjutnya, Ketua PAC GP Ansor Kecamatan Cileunyi, Ridwan, menyampaikan refleksi akhir tahun yang merangkum capaian organisasi sepanjang 2024 dan visi untuk 2025.

Diskusi kerukunan antar umat beragama menjadi inti acara. Diawali dengan pembacaan Al-Qur’an, menyanyikan lagu Indonesia Raya, Hubbul Wathon Minal Iman, dan Mars NU. Sambutan disampaikan oleh Ridwan selaku Ketua Panitia dan perwakilan Kapolsek Cileunyi.

Adapun para pemateri dalam diskusi ini ialah Samsudin, tim Ahli FKUB Jabar; Ustaz Kiki M Iqbal, eks Napiter dan Wawan Gunawan, perwakilan Ansor Jabar. Diskusi dipandu oleh Ridwan sebagai moderator.

Dalam diskusi tersebut, Samsudin menekankan bahwa radikalisme memiliki dua sisi positif sebagai pemikiran kritis untuk inovasi. Namun, di sisi lain bisa negatif jika digunakan untuk merusak.

Hal itu bisa dipandang dari berbagai sudut yang berbeda. Radikalisme tergantung dari sudut pandang, bisa diperlukan bisa juga tidak. Radikalisme yang diperlukan dari sudut pandang filsafat adalah berpikir keras untuk menghasilkan sesuatu.


Paparan radikalisme


Dalam kesempatan yang sama  mantan pelaku teror Ustaz Kiki M Iqbal menguraikan bahwa radikalisme sering kali menyasar kelompok berpendidikan dan terorganisir dengan doktrin agama yang salah.

Ia juga menyoroti kelemahan sistem penjara dalam menangani napiter dan perlunya pendekatan tafsir agama yang lebih inklusif.

"Paparan Radikalisme rentan di golongan berpendidikan, Karena kelompok ini aktif berpikir kritis. Radikalisme di NII dimulai dengan doktrin bahwa Pancasila adalah thougut. Doktrin selalu diperkuat dengan nukilan ayat suci Al Quran," jelasnya.

Selain itu kiki menyebutkan meski di penjara, para napiter semakin matang dan masih bisa membuat saluran komunikasi dan jaringan keluar. Ada kelemahan dalam sistem penjara napiter.

Pemahaman ISIS, JAT, JAD ternyata keliru, karena menimbulkan teror dan kekerasan. Selain itu, kesalahan fatal pemahaman radikal juga semakin sesat karena tidak membuka pemahaman dari tafsir ulama yang lain.

Kiki menyebutkan radikalisme adalah paham yang menginginkan perubahan drastis dengan kekerasan. Sementara terorisme kegiatan menciptakan teror dengan kekerasan.

Mantan pelaku teror ini juga menegaskan menyembuhkan orang yang terpapar radikalisme sangat sulit Karena berkaitan dengan keyakinan ideologi, berkaitan dengan psikologi kebencian, kondisi ekonomi dan politik.

Sementara itu Wawan Gunawan menjelaskan tren radikalisme menyasar ruang publik. Penting untuk menjaga Pancasila sebagai warisan ulama dan umat Islam.

"Indonesia merupakan lahan yang subur bagi terorisme. Ini sudah dibuktikan berdasarkan hasil riset dan analisis histori.Terorisme tidak hanya terjadi di agama Islam, tetapi juga terjadi di agama lain," tambahnya.

Di sisi lain, Ustaz Ridwan, Ketua GP Ansor Cileunyi menyebutkan diskusi ini menghasilkan kesepahaman tentang pentingnya mewaspadai bahaya radikalisme dan terorisme yang mengatasnamakan agama.

Acara ditutup dengan semangat memperkuat toleransi beragama di Jawa Barat.

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sugeng
Berita Lainnya

Bisnis

Wisata
Kuliner