Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Angka Prevalensi Stunting di Kota Sukabumi Sebesar 26,9%

Benny Bastiandy
23/5/2024 20:11
Angka Prevalensi Stunting di Kota Sukabumi Sebesar 26,9%
Pj Ketua TP-PKK Kota Sukabumi Diana Rahesti (tengah) ikut menghadiri kegiatan pelatihan Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat)(MI/BENNY BASTIANDY)

ANGKA prevalensi kasus stunting (tengkes) di Kota Sukabumi, Jawa Barat, berada pada kisaran 26,9%. Angka tersebut merupakan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) yang merupakan survei integrasi Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI).

Sekretaris Dinas Pengendalian Penduduk KB Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kota Sukabumi, Rina Hestiana, mengatakan SKI merupakan barometer mengukur angka prevalensi stunting. Data terbaru hasil SKI, di Kota Sukabumi angkanya relatif masih cukup tinggi.

"Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia yang terbaru, angka prevalensi stunting di Kota Sukabumi mencapai 26,9%," kata Rina di sela kegiatan pelatihan Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat) di aula kantor DP2KBP3A Kota Sukabumi, Rabu (22/5).

Baca juga : Berdasarkan Status Gizi, Kasus Stunting di Kota Sukabumi Cenderung Turun

Rina menuturkan, sebetulnya berdasarkan data SSGI, angka prevalensi stunting di Kota Sukabumi sebesar 19,6%. Data SSGI berdasarkan hasil perkembangan kondisi kesehatan balita di setiap posyandu atau bulan penimbangan balita.

"Kalau dari pemantauan balita di posyandu memang ada penurunan. Tetapi hasil data berdasarkan SKI, angkanya naik," tuturnya.

Masih ada pekerjaan rumah yang harus dikejar Pemkot Sukabumi menurunkan angka stunting. Sebab, tahun ini secara nasional angka prevalensi stunting ditargetkan bisa mencapai 14%.

Baca juga : Penurunan Prevalensi Stunting 14% Hanya Target Ambisius dan Sulit Direalisasikan

"Kami berharap, dengan adanya pelatihan Dashat ini bisa menjadi upaya menurunkan angka stunting dan mencegah terjadinya kasus baru. Jadi, di setiap wilayah menyediakan makanan bergizi bagi keluarga risiko stunting," ungkap dia.

Kurangnya akses ke makanan bergizi, ujar Rina, merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya stunting. Termasuk pemahaman orangtua terutama ibu rumah tangga mengenai makanan bergizi dan cara mengolahnya.

"Fokus kami di DP2KBP3A lebih kepada upaya pencegahan yang pendekatannya melalui program Dashat. Jadi, masyarakat sendiri bisa mengelola makanan bergizi seimbang berbahan pangan lokal untuk keluarga risiko stunting," pungkasnya.

Kepala Bidang Keluarga Berencana DP2KBP3A Kota Sukabumi, Ken Siti Hindun, menyebutkan hingga saat ini seluruh kelurahan di Kota Sukabumi sudah membentuk Kampung KB Berkualitas. Menurutnya, keberadaan Kampung KB Berkualitas itu menjadi potensi yang harus dikelola dengan baik untuk menurunkan angka prevalensi stunting.

"Upayanya melalui peningkatan kualitas gizi masyarakat dengan mengoptimalkan sumber daya pangan lokal. Nanti setiap Kampung KB Berkualitas menyediakan makanan bergizi untuk keluarga risiko stunting," pungkasnya. (Z-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto
Berita Lainnya

Bisnis

Wisata
Kuliner