Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
PENGURUS Ikatan Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) dr Iqbal Mochtar mengatakan bahwa target penurunan prevalensi stunting sebesar 14% hanya menjadi target ambisius yang akan sulit diwujudkan jika tidak dibarengi dengan keseriusan.
“Apalagi kita lihat di Indonesia persoalan stunting melibatkan hal yang kompleks. Jadi di luar terlihat penampakan fisik anak yang kurang. Tapi sebenarnya bukan hanya aspek kesehatan tapi juga sosial, ekonomi, adat dan sebagainya,” ungkapnya kepada Media Indonesia, Sabtu (13/1).
Lebih lanjut, menurutnya jika ingin melihat persoalan stunting secara komprehensif, semua aspek perlu diidentifikasi dan diselesaikan. Hal ini yang menurutnya agak sulit dilakukan karena di Indonesia masih fokus pada aspek kesehatan saja.
Baca juga: Sumedang Jadi Percontohan Percepatan Penanganan Tengkes
“Mereka lupa stunting itu persoalan mendasarnya berkaitan dengan sosial ekonomi. Jadi kalau mau benar-benar memperbaiki persoalan stunting ini perlu penanganan secara serius dalam hal sosial ekonomi masyarakat,” tegas Iqbal.
Terlebih memasuki tahun politik saat ini, Iqbal menekankan bahwa persoalan stunting kemungkinan besar belum menjadi hal yang diprioritaskan untuk diselesaikan.
Baca juga: Atasi Stunting, Pemkab Gunungkidul Lakukan Intervensi
“Kita tahun awal tahun akan terjadi bargaining position terhadap hal prioritas. Jadi berbagai bidang yang ada ingin mengambil peran yang kompatibel dalam penggunaan anggaran yang ada dan saya kira dengan kondisi ini, barangkali aspek kesehatan akan dipinggirkan dulu,” ujarnya.
“Orang akan lebih memilih mendiskusikan isu lain di luar kesehatan. Karena aspek kesehatan dilihat sebagai hal yang kurang seksi. Jadi saya kira kalau memang kita ingin mencapai target 14% itu perlu upaya serius dan luar biasa untuk mewujudkannya,” tandas Iqbal.
(Z-9)
Mencuci tangan pakai sabun berperan penting untuk menghindarkan si kecil dari stunting. Bagaimana kaitan stunting dengan cuci tangan? Mari simak penjelasannya.
Data Survei Kesehatan Indonesia 2023 menunjukkan, 1 dari 4 anak balita Indonesia mengalami risiko anemia. Cegah dengan kecukupan asupan zat besi.
Sekitar 90% perkembangan otak manusia terjadi di masa balita. Anak memerlukan kecukupan nutrisi dan stimulasi agar proses tersebut berjalan optimal.
Memindahkan pom-pom sesuai warna bisa melatih fokus dan konsentrasi, meningkatkan keterampilan motorik halus, dan melatih koordinasi mata serta tangan.
Penelitian terbaru menunjukkan kecerdasan buatan dapat membantu mengidentifikasi balita yang mungkin autis dengan akurasi sekitar 80%.
Anak usia bawah lima tahun (balita) sangat rentan terkena infeksi virus ringan, dengan kemungkinan terpapar hingga 8-12 kali dalam setahun
Menjelang Lebaran, jaga kebugaran anak agar mereka bisa merayakan hari kemenangan dengan gembira dan siap diajak bersilaturahmi. Yuk, ikuti kiatnya!
Bunda, obesitas tak hanya berbahaya untuk orang dewasa. Bagi anak-anak, obesitas juga membawa sejumlah risiko yang perlu diwaspadai.
Belum sempurnanya sistem daya tahan tubuh si kecil membuat mereka rentan mengalami batuk pilek. Berikut langkah-langkah yang dapat Bunda lakukan untuk meredakannya.
Data Kementerian Kesehatan menyebutkan, pada kurun 2018-2023 lebih dari 1,8 juta anak Indonesia belum mendapat imunisasi rutin lengkap. Apa risiko bahayanya?
Meningitis atau radang selaput otak pada anak dapat menimbulkan disabilitas, bahkan kematian. Bagaimana langkah pencegahannya?
Terapi untuk mengatasi gangguan tumbuh kembang anak perlu dilakukan secara komprehensif. Bagaimana langkahnya?
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved