Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Ini Saran Ahli Gizi agar Tak Gendut saat Liburan 

Media Indonesia
01/6/2025 10:44
Ini Saran Ahli Gizi agar Tak Gendut saat Liburan 
ilustrasi(freepik)

LIBURAN menjadi kesempatan orang mencoba beragam makanan. Terkadang, makan dengan porsi tidak terkontrol berdampak pada kenaikan berat badan setelah liburan. Namun, Ahli gizi dari Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada Pratiwi Dinia Sari, S.Gz., RD., mengatakan menjaga keseimbangan pola makan sehat dan menerapkan gaya hidup sehat seharusnya bisa dilakukan selama liburan. 

Mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh, seperti gorengan, makanan bersantan, dan aneka olahan daging berlemak, memang sering menjadi bagian tak terpisahkan dari momen liburan dan kumpul keluarga. Tetapi di balik kenikmatannya, jenis makanan ini memiliki dampak serius terhadap kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan. “

Lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam darah yang dalam jangka panjang bisa menyumbat pembuluh darah dan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung, hingga stroke,” jelas Pratiwi, dikutip dari laman UGM, Minggu (1/6).

Selain itu, dessert atau kudapan pencuci mulut juga berisiko meningkatkan gula darah karena kandungan gula yang tinggi di dalamnya. Akibatnya,  Tubuh yang mengalami lonjakan gula darah secara berulang akan lebih cepat merasa lapar, mudah lelah, dan mengalami penumpukan lemak, terutama di jaringan adiposa. 

“Lonjakan ini akan memicu peningkatan produksi insulin dalam tubuh sebagai respon alami, namun jika terlalu sering terjadi, bisa berdampak negatif,” lanjutnya.

Pola konsumsi seperti ini terus berulang setiap kali liburan datang, risiko kesehatan jangka panjang menjadi tak bisa diabaikan. Jika tubuh terus-menerus mengalami lonjakan gula darah dan insulin bekerja terlalu keras dalam waktu lama, maka bisa terjadi resistensi insulin. 

“Ini kondisi di mana insulin tidak lagi efektif menjaga kadar gula darah tetap normal, dan lama-lama akan berkembang menjadi diabetes mellitus,” ujar Pratiwi.

Daripada menjalankan diet ekstrem atau detoksifikasi secara instan, Pratiwi menuturkan bahwa tubuh manusia sebenarnya punya sistem detoks alami. Sebab, dalam ilmu gizi, tidak ada istilah detoks.  Tubuh, ucap, dia melakukan proses detoksifikasi setiap hari dengan kerja organ hati, ginjal, dan sistem pencernaan. Adapun hal yang perlu dilakukan yakni mendukung organ-organ bekerja dengan optimal dengan menerapkan pola makan dan hidup sehat.

“Caranya sederhana dengan cukup tidur, batasi gula, konsumsi buah dan sayur yang kaya antioksidan, serta makanan yang mengandung probiotik seperti yoghurt atau makanan fermentasi,” tegasnya.

Ia juga mengingatkan pentingnya memenuhi kebutuhan serat. Sebab, serat dapat membantu mengendalikan kadar kolesterol, gula darah, hingga tekanan darah.  Ia menganjurkan untuk mengonsumsi minimal 3 porsi sayur dan 2 porsi buah setiap hari. 

Prinsip ‘Isi Piringku’ dari Kementerian Kesehatan, kata dia, dapat menjadi pedoman : setengah piring berisi buah dan sayur, seperempat lauk pauk, dan seperempat makanan pokok. 


Ia juga menyarankan pola makan 80:20. “Artinya, 80% kebutuhan kalori harian kita dipenuhi dari makanan berkualitas dan 20% sisanya boleh dari makanan yang sifatnya rekreasional,” jelasnya.

Pratiwi menambahkan pentingnya  aktivitas fisik agar tubuh tetap bugar selama liburan seperti jalan kaki selama 15-30 menit setiap hari. (H-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indriyani Astuti
Berita Lainnya