Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Bencana Hidrometeorologi Dominasi Kejadian di Kota Sukabumi

Benny Bastiandy
25/2/2024 15:15
Bencana Hidrometeorologi Dominasi Kejadian di Kota Sukabumi
Seorang warga tengah berjalan di tengah banjir di Kota Sukabumi(DOK/PMI SUKABUMI)

SEBANYAK 47 kali bencana melanda Kota Sukabumi, dalam dua bulan
terakhir. Berbagai bencana hidrometeorologi mendominasi.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi, Novian Rahmat Taupik, mengatakan dari berbagai kejadian selama Januari-Februari, bencana hidrometeorologi paling banyak. Pada Januari terdapat sebanyak 36 kali dan Februari sebanyak 11 kali.

"Mayoritas merupakan bencana hidrometeorologi yang dipicu curah hujan yang cukup tinggi," katanya, Minggu (25/2).

Baca juga : Cuaca Ekstrem Dominasi Bencana di Kota Sukabumi

Dari 47 kejadian selama Januari-Februari, sebanyak 43 kali merupakan
bencana hidrometeorologi. Sisanya kebakaran permukiman sebanyak tiga kali dan gempa bumi satu kali.

Dia menambahkan pada Januari bencana terdiri dari angin topan 6 kali, banjir 5 kali, cuaca ekstrem 15 kali, gempa bumi 1 kali, kebakaran permukiman 3 kali, dan tanah longsor 6 kali. Sementara pada Februari terdiri dari 1 kali banjir dan 10 kali cuaca ekstrem.

"Secara akumulasi selama Januari-Februari, kejadian angin topan sebanyak enam kali, banjir enam kali, cuaca ekstrem 25 kali, gempa bumi satu kali, kebakaran permukiman tiga kali, dan tanah longsor enam kali," terangnya.

Baca juga : Bencana Hidrometeorologi Masih Intai Kota Sukabumi

Hingga saat ini potensi bencana masih mungkin terjadi. Personel Satgas
Penanggulangan Bencana BPBD Kota Sukabumi mengintensifkan monitoring ke
berbagai wilayah rawan bencana.

"Seperti dilakukan pada Sabtu (24/2), tim Satgas PB BPBD Kota Sukabumi
memonitoring lokasi rawan banjir limpasan di Kelurahan Sudajayahilir,
Kecamatan Baros," ujarnya.

Monitoring dilakukan untuk melihat kondisi di lapangan. Di lokasi, petugas menyingkirkan berbagai material yang bisa menghambat saluran pembuangan air.

"Banjir limpasan paling sering terjadi saat hujan deras. Penyebabnya akibat saluran air yang tersumbat, penyempitan saluran air, serta terjadinya pendangkalan di aliran sungai, irigasi, maupun drainase. Kita coba bersihkan penyumbatan-penyumbatan ini pada kegiatan monitoring," pungkasnya.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sugeng
Berita Lainnya

Bisnis

Wisata
Kuliner