Banyak Instalasi Bio Digester di Lembang Ditelantarkan

Depi Gunawan
15/1/2024 18:57
Banyak Instalasi Bio Digester di Lembang Ditelantarkan
Peternakan sapi di Lembang, Kabupaten Bandung Barat.(MI/DEPI GUNAWAN)

 
Berbagai cara dilakukan untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan dan sungai akibat kotoran sapi (kohe) di wilayah Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

Salah satunya adalah pembuatan instalasi bio digester untuk mengolah kohe sapi menjadi sumber biogas yang bisa dimanfaatkan. Tapi sayangnya banyak instalasi bio digester yang sudah dibangun, umurnya tidak bertahan lama.

Akibatnya, peternak sapi kembali membuang kohe secara tradisional ke sungai, sehingga dampak pencemaran kepada lingkungan masih terjadi. Padahal, ada kurang lebih 19 ribu populasi sapi. Satu sapi menghasilkan
kotoran 10-15 kilogram per hari.

Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (P2KL),
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bandung Barat, Idad Saadudin mengakui, limbah kohe sapi di Lembang dan sekitarnya masih jadi ancaman bagi lingkungan. Penyelesaian permasalahan ini sudah dikaji sejak lama.

Ratusan bantuan pembuatan instalasi bio digester sudah diberikan kepada
peternak sapi di Lembang, Cisarua, dan Parongpong sejak 2010. Tapi
sayangnya ada yang sudah tidak dipakai lagi dan terbengkalai.

"Mungkin dari ratusan bio digester yang sudah terbangun, hanya sekitar
20%-30% saja yang masih berfungsi sekarang," kata Idad, Senin (15/1).

Padahal, terang dia, biaya pembangunan satu unit instalasi bio digester
tidak murah. Untuk kapasitas 4 meter kubik dari sekitar 5-6 kohe sapi,
kurang lebih biayanya berkisar antara Rp50 juta. Oleh karena itu, sangat disayangkan ketika bantuan pembangunan instalasi itu hanya terpakai sebentar dan tidak berkelanjutan.

"Peternak sapi tidak lagi menggunakan instalasi bio digester akibat ada
kendala kerusakan, lahan, dan sedimentasi. Lalu karena malas memperbaiki dan ketidakmampuan dalam memeliharanya, akhirnya memilih langkah praktis dengan membuang kohe sapinya begitu saja," ujarnya.

Maka, tambah Idad, perlu ada kolaborasi dengan berbagai pihak untuk
memelihara bio digester. Jangan sampai bio digester yang sudah
terbangun akhirnya ditinggalkan tanpa dirawat peternak.

"Harus ada transfer ilmu dan edukasi yang intens agar pola pikir peternak sapi bisa berubah," jelasnya.

Kolaborasi

Ketua Forum Penyelamat Lingkungan Hidup Jawa Barat, Thio Setiowekti
menjelaskan, perlu peran serta semua pihak dalam mengatasi permasalahan
kohe sapi di Lembang. Mulai dari peternak sapi, masyarakat sekitar,
akademisi, pihak swasta, termasuk peran serta pemerintah daerah.

"Ketika ada bantuan instalasi bio digester yang dibangun manfaatnya tidak hanya sesaat," tuturnya.

Ia menjelaskan, salah satu upaya yang dilakukan adalah harus ada nilai
ekonomis yang dihasilkan dari pemanfaatannya, serta yang terpenting adalah pendampingan dalam pemeliharaan dan pengoperasiannya.

"Kami akan coba kolaborasi dengan perangkat pemerintah dan masyarakat di tempat terbangunnya bio digester agar ada transfer teknologi pemeliharaan dan perawatan instalasi. Ketika ada kendala mereka bisa langsung menangani," tandasnya. (SG)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sugeng
Berita Lainnya

Bisnis

Wisata
Kuliner