Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
SENSE of belonging pasti tidak asing lagi bagi banyak perusahaan. Tanpa hal ini, hubungan antara karyawan dan perusahaan tidak akan berjalan harmonis dan lancar.
Untuk itulah baik dari karyawan dan perusahaan harus memahami konsep tersebut. Perusahaan sebagai sisi pemberi kerja dan pihak yang langsung berhubungan dengan budaya perusahaan mengambil peranan dalam membangun sense of belonging.
Sederhananya, arti sense of belonging adalah rasa merasa memiliki. Konteks rasa ingin memiliki ini bukan berarti ingin menguasai tempat kerja. Namun, rasa memiliki yang dimaksud adalah rasa ikut serta berkontribusi dan bertanggung jawab untuk kepentingan operasional visi misi perusahaan.
Baca juga : Lima Langkah Membentuk Tim yang Loyal dan Solid
Kinerja yang dilakukan berdasarkan sense of belonging yang kuat jauh berbeda dengan kinerja yang asal-asalan, loh!
Karyawan adalah aset berharga bagi perusahaan. Maju atau tidaknya perusahan dalam mencapai visi misi ditentukan oleh kinerja karyawan. Karyawan dengan rasa kepemilikan yang kuat lebih termotivasi dan produktif dibandingkan dengan karyawan yang merasa tidak terlibat secara emosional dengan perusahaan.
Dalam psikologi sosial, kebutuhan untuk memiliki merupakan motivasi intrinsik untuk bergaul dengan orang lain dan untuk diterima oleh masyarakat. Kebutuhan ini berperan dalam sejumlah fenomena sosial seperti harga diri, presentasi, dan perbandingan sosial.
Baca juga : Ingin Tahu Vaksin Apa Saja yang Anda Butuhkan? Ingat Saja HALO
Dalam dunia kerja, ada istilah sense of belonging atau rasa memiliki pada tempat kerja kita.
Rasa memiliki belakangan menjadi satu hal yang kerap disebut dan ditekankan perusahaan kepada para pekerja era kekinian, untuk membangun soliditas dalam tim.
Sayangnya, pada titik tertentu, pemahaman atas rasa memiliki ini sering salah kaprah. Terutama, jika rasa memiliki tidak dilihat secara utuh, termasuk dari mana ia berasal, dan bagaimana situasi-kondisi yang ada.
Baca juga : Siapapun Presiden Terpilih, Pembangunan SDM harus Jadi Prioritas
Rasa memiliki sendiri, sebenarnya adalah hasil kombinasi dari kesadaran, komitmen, respek, dan sedikit rasa posesif (dalam konteks positif, antara lain lewat dedikasi dan sikap kompetitif).
Pada takaran dan pemahaman yang tepat, rasa memiliki bisa naik kelas menjadi rasa cinta, dan pendorong ampuh untuk terus melangkah maju, baik secara pribadi maupun kolektif.
Pemahaman terhadap keberagaman atau diversity tidaklah cukup untuk membangun lingkungan kerja yang positif. Dibutuhkan sense of belonging terhadap perusahaan yang kuat dari karyawan sehingga tercipta rasa bertanggung jawab dan upaya yang tulus dalam setiap kinerja karyawan.
Baca juga : Cak Imin Pastikan Pengembangan Pesantren bakal Jadi Prioritas
Setiap orang perlu merasa diterima, dilibatkan, didengar, dan menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diri mereka. Rasa memiliki yang tulus mendorong karyawan untuk benar-benar unggul dalam perannya dan terlibat dengan perusahaan.
1. Membangun Kepercayaan
Kepercayaan sangat penting untuk keberhasilan hubungan dengan rekan kerja. Jika tidak mempercayai salah satu anggota tim, anggota tim akan membuang waktu karena kurang komunikasi yang berjalan tidak efektif.
Baca juga : 5 Parameter harus Dicapai untuk Wujudkan Indonesia Maju
Kepercayaan dapat terbentuk jauh lebih cepat dengan pendekatan atau perspektif yang berbeda kepada seluruh tim.
Untuk mencapai kepercayaan afektif, kita harus meluangkan waktu untuk mengenal kolega baru kita, memahami latar belakang, minat, dan keterampilan mereka, serta menunjukkan rasa hormat, kehangatan, dan perhatian.
Kepercayaan di tempat kerja sering kali bermuara pada 2 kategori, yaitu kognitif dan afektif.
Baca juga : Presiden Ajak Perguruan Tinggi Siapkan SDM Unggul, Hadapi Bonus Demografi
Kepercayaan kognitif adalah tahap pertama dalam membangun hubungan yang kuat, dan berpusat pada meyakinkan sesama rekan bahwa perusahaan mampu bekerja dengan mereka untuk menyelesaikan tugas.
Sementara kepercayaan afektif merupakan komponen dalam membangun hubungan yang lebih dalam dan tahan lama dengan orang lain yang membutuhkan saling pengertian lebih besar satu sama lain.
2. Diskusi Secara Terbuka
Baca juga : Gerakan Pelajar Indonesia Mendunia : Semangat Berkontribusi bagi Kemajuan SDM Indonesia
Hambatan antarpribadi yang ada di antara karyawan terjadi karena ketidaktahuan. Dengan kata lain, individu tersebut tidak memiliki pemahaman yang cukup mendalam tentang orang yang bekerja dengan mereka.
Manajer dapat mengajak karyawan untuk berbagi pengalaman dan berdiskusi soal peningkatan bisnis. Komunikasikanlah tujuan dan visi misi perusahaan secara terbuka.
Diskusi yang rutin diadakan membuat karyawan merasa menjadi bagian perusahaan. Begitu karyawan saling memahami satu sama lain, konflik dapat diredam seminimal mungkin.
Baca juga : Percepat Penurunan Stunting, Pemkot Pematang Siantar Jalin Kerja Sama dengan Tanoto Foundation
3. Tetapkan Tujuan Tim Bersama
Menetapkan tujuan bersama dalam kelompok dapat mendorong karyawan memberikan kontribusi yang nyata dan tulus karena merasa diterima dengan baik oleh perusahaan. Patut dicatat bahwa penetapan tujuan tim harus selaras dengan tujuan dan budaya perusahaan secara keseluruhan. Hal lain yang perlu disoroti adalah memastikan karyawan tetap berkontribusi secara efektif untuk mencapai visi tersebut serta membantu karyawan memahami visi secara umum dan bagaimana cara karyawan menyesuaikan diri.
4. Lakukan Penilaian Rutin
Baca juga : Pekerjaan Hijau Jadi Penopang Penerapan Ekonomi Hijau di Indonesia
Perbaikan menyeluruh dalam aspek bisnis apa pun tidak mungkin dilakukan tanpa penilaian kinerja dan menganalisis aspek apa yang dapat ditingkatkan.
Salah satu cara untuk mengukurnya adalah dengan melakukan penilaian kinerja karyawan secara rutin. Saat penilaian selesai dilakukan, baik HRD, manager, dan sesama rekan kerja dapat memberikan saran atau feedback yang membangun untuk karyawan memperbaiki kinerjanya.
5. Memupuk Ikatan Sosial
Baca juga : Kemnaker Miliki Komitmen Tingkatkan Kualitas SDM Tenaga Kerja Indonesia
Walau konteks hubungan di perusahaan adalah hubungan profesional, tidak ada salahnya untuk membangun sebuah pertemanan yang akrab dan sehat di lingkungan kantor.
Menurut laporan oleh Wildgoose, memiliki teman akrab di kantor dapat meningkatkan kinerja. Ketika orang merasa dekat dengan orang yang bekerja dengan mereka, mereka merasa lebih memiliki hubungan dengan bisnis secara keseluruhan.
Perusahaan dapat menggunakan pengetahuan ini dengan berbagai cara. Memupuk ikatan sosial antar karyawan dapat dilakukan dengan penyelenggaraan permainan interaktif, family gathering antar karyawan, atau sekedar makan-makan bersama.
Baca juga : GNIK Bahas Peta Jalan Menuju Puncak Bonus Demografi 2030
6. Berikan Apresiasi
Apresiasi di luar gaji untuk karyawan berprestasi akan sangat dihargai. Bagaimanapun juga, kontribusi karyawan memainkan peran penting bagi keberhasilan perusahaan.
Apresiasi dapat berupa pemberian bonus atau hanya sebuah ucapan sederhana yang dapat menggugah karyawan.
Baca juga : SDM Indonesia Harus Siap Hadapi Kecerdasan Buatan
Bagi karyawan yang sudah berprestasi, hal ini akan membuat mereka merasa diakui keberasalannya dan semakin giat bekerja. Sementara bagi karyawan yang kinerjanya belum maksimal, prestasi dari rekan kerjanya membuat karyawan tersebut termotivasi untuk bekerja lebih giat.
Rasa memiliki sangat penting untuk kesehatan fisik dan mental yang baik. Jika Anda terus berjuang melawan kesepian atau perasaan lesu, bicarakan dengan dokter atau ahli kesehatan mental Anda. Mereka dapat membantu Anda mengidentifikasi akar perasaan Anda dan menyarankan strategi untuk mencapai rasa memiliki. (OL-1)
Baca juga : Gandeng Darwinbox, FKS Group Kembangkan Talenta Perusahaan
PT Perusahaan Gas Negara (PGN) terus menunjukkan komitmen dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) unggul dari kalangan muda, khususnya mahasiswa.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak warga Jawa Timur yang bermukim di Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk berkontribusi dalam peningkatan kualitas SDM
Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan hasil survei pada karyawan terpilih serta presentasi direksi.
Program Sinergi Mengajar terbukti mampu menjawab isu-isu ketenagakerjaan yang sebelumnya cukup dominan di area tersebut.
Kesiapan SDM menjadi pilar utama dalam menjaga daya saing industri manufaktur Indonesia khususnya di tengah dinamika global yang tak menentu.
Perkembangan ekonomi digital nasional, khususnya di sektor jasa keuangan, perlu diimbangi dengan peningkatan pengetahuan dan kemampuan talenta-talenta digital yang terlibat di dalamnya.
Dengan desain yang chic, warna-warna playful, dan material berkualitas tinggi, Louna hadir menemani gaya hidup modern yang tidak hanya aktif, tetapi juga berkarakter.
Gerai Bekasi dibangun dengan desain kontemporer yang memadukan estetika modern dan sentuhan lokal, menghadirkan pengalaman belanja yang nyaman dan inspiratif.
Gagal ginjal kini tidak lagi menjadi ancaman eksklusif bagi usia lanjut. Tren terbaru di tahun 2025 menunjukkan lonjakan signifikan kasus gagal ginjal pada remaja dan dewasa muda.
Jika melihat data nasional, tercatat jumlah kasus penyakit kritis pada 2023 meningkat 30% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu dari 23 juta menjadi hampir 30 juta kasus.
Batu ginjal, yang sebelumnya lebih sering terjadi pada orang dewasa usia paruh baya, kini semakin umum ditemukan pada generasi muda, termasuk Gen Z.
Kondisi ini diakibatkan oleh penumpukan kalsium di jaringan lunak sekitar sendi, yang dapat mengganggu kemampuan bergerak dan menyebabkan nyeri yang berkepanjangan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved