Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Olahraga Butuh Pembinaan Setara

12/8/2024 05:00

HINGGA detik akhir penyelenggaraan Olimpiade 2024 di Paris, Prancis, kemarin, Indonesia berhasil membawa pulang dua medali emas dan satu perunggu. Raihan dua medali emas tersebut mengulang capaian yang pernah dicetak kontingen Indonesia pada Olimpiade 1992 di Barcelona, Spanyol.

Yang membuat perolehan Olimpiade Paris menjadi spesial ialah dua emas yang didapat Indonesia itu bukan berasal dari cabang olahraga bulu tangkis yang memang punya tradisi menyumbangkan medali emas. Bulu tangkis memang masih menjaga tradisi medali olimpiade, tetapi kali ini mereka hanya kebagian perunggu melalui Gregoria Mariska Tunjung di nomor tunggal putri.

Dua keping emas justru diperoleh dari dua cabang yang harus diakui tidak terlalu mendapatkan perhatian, yakni panjat tebing dan angkat besi. Dua atlet muda, Veddriq Leonardo di nomor speed panjat tebing dan Rizki Juniansyah di kelas 73 kg angkat besi, dengan gemilang mampu menyingkirkan rival-rival berat mereka sekaligus menyegel medali emas.

Baca juga : Perlu Regulasi Larang Mudik

Keberhasilan kontingen Indonesia itu sangat patut diapresiasi. Di tengah parade kritik ada kalangan elite yang memilih jalan instan dan terabas menuju puncak, kita saksikan Veddriq, Rizki, dan Gregoria menjadi teladan nyata bagaimana kita seharusnya berjuang merenda prestasi untuk negara tercinta.

Di antara berbagai sengkarut masalah ekonomi, hukum, dan politik yang terjadi di negeri ini, prestasi Tim Olimpiade Indonesia itu ibarat oase yang mampu membangkitkan kebanggaan dan semangat nasionalisme masyarakat. Bagi sebagian orang, kegembiraan atas raihan dua emas olimpiade itu setidaknya bisa menyingkirkan sejenak kepenatan dan masalah yang tengah mereka hadapi.

Kendati demikian, keberhasilan itu juga mengisyaratkan pesan. Prestasi yang digapai atlet Indonesia di Paris membawa konsekuensi tentang pentingnya skala prioritas pembinaan atlet. Pemerintah mesti mulai serius memperhatikan cabang-cabang olahraga nontradisional yang sesungguhnya berpotensi menjadi 'mesin medali' bagi Indonesia di ajang internasional.

Baca juga : Mencegah LP dari Covid-19

Tidak bisa dimungkiri, selama ini perhatian dan pembinaan pemerintah terhadap cabang-cabang olahraga tidaklah setara. Cabang populer seperti sepak bola dan bulu tangkis mendapatkan atensi sekaligus fasilitas pendukung yang lebih memadai, sedangkan cabang yang tak populer kerap dinomorduakan, bahkan dinomorsekiankan.

Padahal, di antara beberapa cabang yang tidak populer itu, ada yang punya potensi menjadi penyumbang medali, baik di ajang kejuaraan dunia maupun multievent regional dan internasional.

Karena itu, apa yang diperlihatkan para atlet angkat besi dan panjat tebing dengan capaian tertinggi di Olimpiade Paris sejatinya bisa dimaknai sebagai sindiran keras terhadap pemerintah, juga kepada publik, yang selama ini seperti kurang menganggap penting mereka.

Baca juga : Paket Insentif Pengganti Mudik

Sungguh menarik apa yang dikatakan Ketua Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Yenny Wahid seusai keberhasilan Veddriq menggaet emas di Paris. Ia menyebut bahwa perhelatan olimpiade bukanlah ajang kawinan. Karena itu, yang mereka harapkan dari pemerintah bukan cuma ucapan selamat, melainkan dukungan nyata untuk mengembangkan olahraga panjat tebing di Indonesia.

Konsistensi program pembinaan menjadi kunci. Tidak hanya dalam hal penetapan prioritas cabang olahraga, tapi juga konsistensi dalam hal penganggaran, mengingat proses pembinaan atlet yang terstruktur, sistematis, masif, dan berkadilan memerlukan anggaran tidak sedikit. Dalam konteks ini, tak salah kiranya bila usulan yang pernah disampaikan komunitas olahraga yang meminta APBN diikat dengan mengalokasikan 2% anggaran untuk olahraga, bisa dipertimbangkan lagi.

Hanya dengan pembinaan yang serius di semua lini kita dapat berharap akan lahir Veddriq-Veddriq baru atau Rizki-Rizki baru. Tidak cuma di bulu tangkis, tidak hanya di angkat besi dan panjat tebing, para pahlawan seperti mereka harus bersemai dan berbiak di semua bidang.

 



Berita Lainnya
  • Mendesain Ulang Pemilu

    30/6/2025 05:00

    MAHKAMAH Konstitusi kembali menghasilkan putusan progresif terkait dengan penyelenggaraan pemilu di Indonesia

  • Jangan lagi Ditelikung Koruptor

    28/6/2025 05:00

    PEMERINTAH kembali terancam ditelikung koruptor.

  • Berhenti Membebani Presiden

    27/6/2025 05:00

    MENTERI sejatinya dan semestinya adalah pembantu presiden. Kerja mereka sepenuhnya didedikasikan untuk membantu kepala negara mengatasi berbagai persoalan bangsa.

  • Mitigasi setelah Gencatan Senjata

    26/6/2025 05:00

    GENCATAN senjata antara Iran dan Israel yang tercapai pada Senin (23/6) malam memang kabar baik.

  • Nyalakan Suar Penegakan Hukum

    25/6/2025 05:00

    KITAB Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang bermartabat haruslah mengutamakan perlindungan menyeluruh atas hak-hak warga.

  • Menekuk Dalang lewat Kawan Keadilan

    24/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto akhirnya menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2025 tentang Penanganan Secara Khusus dan Pemberian Penghargaan bagi Saksi Pelaku, akhir pekan lalu.

  • Bersiap untuk Dunia yang Menggila

    23/6/2025 05:00

    ADA-ADA saja dalih yang diciptakan oleh Amerika Serikat (AS) untuk menyerbu negara lain.

  • Cegah Janji Palsu UU Perlindungan PRT

    21/6/2025 05:00

    PENGESAHAN Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (RUU PPRT) adalah sebuah keniscayaan.

  • Pisau Dapur Hakim Tipikor

    20/6/2025 05:00

    VONIS yang baru saja dijatuhkan kepada para pelaku mafia hukum dalam perkara Ronald Tannur kian menunjukkan dewi keadilan masih jauh dari negeri ini

  • Menghadang Efek Domino Perang

    19/6/2025 05:00

    ESKALASI konflik antara Iran dan Israel tidak menunjukkan tanda-tanda surut.

  • Jangan Memanipulasi Sejarah

    18/6/2025 05:00

    KITA sebenarnya sudah kenyang dengan beragam upaya manipulasi oleh negara. Namun, kali ini, rasanya lebih menyesakkan.

  • Jangan Gembos Hadapi Tannos

    17/6/2025 05:00

    GENAP lima bulan Paulus Tannos ditangkap lembaga antikorupsi Singapura, Corrupt Practices Investigation Bureau (CPIB).

  • Berebut Empat Pulau

    16/6/2025 05:00

    PEREBUTAN empat pulau antara Provinsi Aceh dan Sumatra Utara belakangan menyesaki ruang informasi publik.

  • Bertransaksi dengan Keadilan

    14/6/2025 05:00

    KEADILAN di negeri ini sudah menjadi komoditas yang kerap diperjualbelikan. Hukum dengan mudah dibengkokkan.

  • Tidak Usah Malu Miskin

    13/6/2025 05:00

    ADA petuah bijak bahwa angka tidak pernah berbohong. Dalam bahasa Inggris, petuah itu berbunyi numbers never lie.

  • Gaji Tinggi bukan Jaminan tidak Korupsi

    12/6/2025 05:00

    PERILAKU koruptif lebih didorong hasrat ketamakan dalam diri pelakunya (corruption by greed) ketimbang karena kebutuhan.

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik