Headline
Sebaiknya negara mengurus harga barang dulu.
SUKSES atau tidaknya pemilihan umum salah satunya bisa diukur dari antusias tidaknya masyarakat. Ada harapan kuat bahwa Pemilu 2019 yang tinggal sehari menuju titik kulminasi pun sukses besar karena ada antusiasme tinggi dalam diri pemilih untuk menggunakan hak pilih.
Antusiasme itu setidaknya jelas terlihat dalam pemungutan suara di luar negeri. Berbeda dengan di dalam negeri yang baru berlangsung besok, pencoblosan untuk warga negara Indonesia di negeri orang sudah berlangsung sejak 8 April hingga 14 April. Pemungutan suara dilakukan lewat pos ataupun langsung di TPS.
Luar biasa, frasa itu rasanya tak mengada-ada untuk menggambarkan antusiasme WNI di mancanegara. Mereka begitu bersemangat menggunakan hak pilih. Beragam rintangan yang menghadang tak mampu menghalangi kuatnya keinginan mereka untuk menjatuhkan pilihan.
Di Finlandia dan Polandia, udara dingin menusuk tulang tak kuasa memadamkan gairah pemilih untuk menggunakan hak pilih. Di Turki, warga Indonesia berbondong-bondong mendatangi TPS di Ankara. Di antara mereka bahkan harus menempuh perjalanan sejauh 900 km hingga 1.400 km.
Di sejumlah negara, pemilih juga mesti antre berjam-jam dari subuh untuk bisa memilih. Meski demikian, mereka rela menapaki segala kendala demi menggunakan hak yang diberikan negara.
Tingkat partisipasi di hampir seluruh negeri tempat mereka kini berdomisili pun melambung tinggi. Di Hongaria, misalnya, tingkat partisipasi tembus 95%, nyaris 100%. Di Berlin, Jerman, 93,7% pemilih menggunakan hak pilih. Malahan di Brasilia, Brasil, seluruh WNI yang berhak memilih menggunakan hak pilih mereka.
Sayangnya, antusiasme yang begitu tinggi tak diimbangi kesiapan tingkat tinggi oleh penyelenggara pemilu yang berujung pada hilangnya hak pilih warga. Di Sydney, Australia, bahkan muncul petisi menuntut pemungutan suara ulang karena ratusan pemilih tak dapat mencoblos meski sudah antre hingga pukul enam sore waktu setempat. Petisi sudah diteken puluhan ribu orang.
Tingginya antusiasme pemilih di luar negeri ialah kabar menggembirakan, sangat menggembirakan, juga membanggakan. Ia penanda bahwa Pemilu 2019 untuk memilih para legislator serta presiden dan wakil presiden secara berbarengan sangat dinantikan.
Antusiasme pemilih di luar negeri tak cuma memperlihatkan tingginya gairah masyarakat menggunakan hak, tapi juga sesungguhnya menunjukkan pula besarnya rasa tanggung jawab rakyat. Dengan memilih para pemimpin, mereka telah ikut menentukan arah Republik ini ke depan.
Kita berharap, sangat berharap, antusiasme luar biasa para pemilih di mancanegara menular ke para pemilih di Indonesia. Pemilih dalam negeri jelas jauh lebih menentukan karena jumlah mereka berlipat-lipat lebih banyak yakni 190 juta lebih berbanding 2 jutaan pemilih luar negeri.
Inilah saatnya rakyat menjadi subjek, menjadi majikan yang berhak menentukan siapa saja yang layak menjadi pelayan masyarakat. Inilah momentum bagi rakyat menunjukkan rasa tanggung jawab agar perjalanan bangsa berada di trek yang benar hingga lima tahun mendatang.
Menggunakan hak pilih ialah ritual menggembirakan sehingga wajib dijauhkan dari suasana yang menakutkan dan dihindarkan dari provokasi atau intimidasi. Kita pun menyambut baik tekad negara melalui aparat keamanan untuk menjamin keamanan bagi setiap warga dari rumah hingga TPS.
Karena itu, tidak ada alasan bagi setiap pemilih untuk tidak menggunakan hak pilih. Menjadi keniscayaan pula bagi penyelenggara pemilu untuk menjamin setiap pemilih bisa menggunakan haknya. Jangan ada persoalan seperti yang terjadi di luar negeri sehingga pemilu dan hasil pemilu yang menghabiskan biaya sekitar Rp25 triliun ini betul-betul mendapatkan legitimasi.
Kebijakan itu berpotensi menciptakan preseden dalam pemberantasan korupsi.
ENTAH karena terlalu banyak pekerjaan, atau justru lagi enggak ada kerjaan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) memblokir puluhan juta rekening milik masyarakat.
KASUS suap proses pergantian antarwaktu (PAW) untuk kader PDI Perjuangan Harun Masiku ke kursi DPR RI masih jauh dari tutup buku alias belum tuntas.
Intoleransi dalam bentuk apa pun sesungguhnya tidak bisa dibenarkan.
KEPALA Desa ibarat etalase dalam urusan akuntabilitas dan pelayanan publik.
KONFLIK lama Thailand-Kamboja yang kembali pecah sejak Kamis (24/7) tentu saja merupakan bahaya besar.
NEGERI ini memang penuh ironi. Di saat musim hujan, banjir selalu melanda dan tidak pernah tertangani dengan tuntas. Selepas banjir, muncul kemarau.
Berbagai unsur pemerintah pun sontak berusaha mengklarifikasi keterangan dari AS soal data itu.
EKS marinir TNI-AL yang kini jadi tentara bayaran Rusia, Satria Arta Kumbara, kembali membuat sensasi.
SEJAK dahulu, koperasi oleh Mohammad Hatta dicita-citakan menjadi soko guru perekonomian Indonesia.
MUSIBAH bisa datang kapan pun, menimpa siapa saja, tanpa pernah diduga.
MEGAPROYEK pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) pada awalnya adalah sebuah mimpi indah.
PROSES legislasi Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Hukum Acara Pidana menunjukkan lagi-lagi DPR dan pemerintah mengabaikan partisipasi publik.
DIBUKANYA keran bagi rumah sakit asing beroperasi di Indonesia laksana pedang bermata dua.
AKHIRNYA Indonesia berhasil menata kembali satu per satu tatanan perdagangan luar negerinya di tengah ketidakpastian global yang masih terjadi.
BARANG oplosan bukanlah fenomena baru di negeri ini. Beragam komoditas di pasaran sudah akrab dengan aksi culas itu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved