Headline

Bansos harus menjadi pilihan terakhir.

Nadia dan Momika

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
05/7/2023 05:00
Nadia dan Momika
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

NADIA tetap menjaga akal warasnya di tengah kemarahan yang terus berkecamuk di negerinya, Prancis. Ia tidak terseret dalam logika kebencian antara 'kami' dan 'kalian' atas nama imigran dan 'pribumi'.

Padahal, Nadia ialah nenek dari Nahel M, korban tewas penembakan polisi Prancis, 27 Juni 2023 lalu. Sewajarnya bila ia tersulut emosi lalu larut dalam amuk massa. Namun, Nadia memilih menahan amarah. Ia justru memohon kepada para perusuh untuk menyetop aksi penjarahan dan perusakan yang telah berlangsung enam hari berturut-turut.

“Saya mengatakan pada orang-orang agar berhenti melakukan perusakan. Jangan pecahkan kaca, jangan merusak sekolah-sekolah, jangan menghancurkan bus-bus. Hentikan itu. Ada ibu-ibu dalam bus. Ada ibu-ibu sedang berjalan di luar sana,” kata Nadia dalam sebuah wawancara dengan BFM TV.

Nadia mengutuk kerusuhan yang terjadi atas nama kematian cucunya, alih-alih menyerang polisi dan fasilitas umum. Baginya kerusuhan sama dengan melanggar hukum. Dia pun yakin pelaku yang menembak mati cucunya dan para perusuh akan dibawa ke meja hijau. Ia sanggup berlaku adil dalam kehancuran batin karena cucu kesayangannya meninggal ditembus timah panas petugas negara.

Sejak Selasa, 27 Juni 2023, Prancis diselimuti aksi protes dan kerusuhan setelah aparat kepolisian di Nanterre, wilayah pinggir Kota Paris, menembak hingga tewas Nahel, 17, warga Prancis keturunan Aljazair. Penembakan dilakukan karena Nahel tidak mau berhenti saat diperintahkan untuk menghentikan mobilnya.

Aparat kepolisian yang menembak mati Nahel sudah ditahan dan didakwa dengan tuntutan pembunuhan. Insiden ini dengan cepat memicu gelombang kekerasan di seluruh wilayah di Prancis hingga ke Belgia dan Swiss. Investigasi sebelumnya menemukan gelombang unjuk rasa ini dipicu karena latar belakang Nahel yang seorang imigran muslim.

Para analis menyebut aksi-aksi yang diawali kecurigaan ini muncul karena tumbuhnya islamophobia di Barat. Masih banyak masyarakat yang terhasut oleh kampanye bahwa muslim dan imigran identik dengan terorisme. Untung masih ada Nadia, yang meski dengan keterbatasan suara, mampu mendudukkan persoalan secara jernih.

Di Prancis kita menemukan mutiara pada diri Nadia, di belahan Eropa lainnya ada sosok Salwan Momika yang menebar provokasi murahan. Atas nama kebebasan berekspresi, Momika melampiaskan kebencian dengan membakar Kitab Suci Al-Qur’an di Swedia.

Aksi provokatif itu ia lakukan pada momen Idul Adha 2023/1444 H, beberapa waktu lalu, di depan sebuah masjid di Stockholm, Swedia. Perbuatan Momika langsung menuai kecaman dari berbagai komunitas internasional, khususnya negara-negara Islam.

Sementara itu, Perdana Menteri Swedia Ulf Krisrtersson menyebut aksi Momika sebagai perbuatan ‘legal, tetapi tidak pantas’. Di Swedia, demo dengan membakar kitab suci agama seperti yang dilakukan Momika ini legal karena diizinkan oleh konstitusi setempat atas nama kebebasan berbicara. Aksi seperti ini juga bukan kali pertama.

Namun, atas nama apa pun, kebebasan mestinya bukan tidak terbatas. Ada hak orang lain yang tidak boleh diganggu. Kebebasan kita mengayunkan tinju, misalnya, dibatasi oleh hidung orang lain. Kebebasan memang salah satu prasyarat utama demokrasi. Namun, demokrasi bukan sekadar kebebasan.

Bagi Indonesia, rumusan demokrasi dari Bung Hatta kiranya lebih pas. Di majalah Panji Masyarakat pada salah satu edisinya di 1960, Bung Hatta menuliskan konsep demokrasi itu dalam artikel berjudul Demokrasi Kita. Bung Hatta memberikan tiga prinsip dasar untuk demokrasi Indonesia, yakni unity (persatuan), liberty (kebebasan), dan fraternity (persaudaraan).

Bagi kita, mestinya kebebasan sekaligus menyertakan persatuan dan persaudaraan. Tanpa itu, kebebasan akan diselimuti kecurigaan antara satu dan lainnya. Karena kamu bukan kami, kamu kadrun, intoleran, main politik identitas, penebar teror, dan seterusnya. Sebaliknya, kamilah yang paling segalanya: paling nasionalis, paling pancasilais, paling toleran, dan seterusnya.

Itu juga bisa berlaku sebaliknya: karena kamu bukan kami, maka kamu salah, sesat, kafir, dan seterusnya. Kebebasan yang dipandu kecurigaan, bahkan kebencian, akan melanggengkan permusuhan dan pembelahan: yang satu gampang mengafirkan, yang satu mudah tersulut fobia.

Kita butuh banyak Nadia dalam kehidupan kita, bukan berseminya Momika-Momika. Di tangan Nadia, amarah akan selalu dicegah. Sebaliknya, di tangan Momika, kesumat bakal terus disulut.

Jangan sampai di negeri ini terus bersemi kebencian karena kebencian akan melahirkan peperangan. Seperti sajak yang ditulis penyair Bengkulu, Jansori Andesta:

'kebencian hadir melahirkan peperangan

peperangan pecah menggoreskan luka

luka menganga menumbuhkan dendam

dendam membuncah

hadirkan kembali kebencian

lahirkan peperangan

menggoreskan luka

menumbuhkan dendam-dendam yang lainnya.

 



Berita Lainnya
  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.  

  • Debat Tarif Trump

    19/7/2025 05:00

    MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka?