Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Belajar dari Vietnam

01/8/2025 05:00
Belajar dari Vietnam
Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Selasa (29/7) lalu, seolah mengingatkan kita betapa dominasi Vietnam terhadap Indonesia kian membuat keder. Hasil pertandingan sepak bola itu menguak fakta pahit tentang superioritas Vietnam yang makin kuat, bukan saja dalam urusan sepak bola, melainkan juga di bidang ekonomi.

Untuk urusan sepak bola, setidaknya dalam satu dekade terakhir, Vietnam harus diakui lebih maju beberapa langkah ketimbang Indonesia. Soal gegap gempitanya, sepak bola Indonesia memang lebih heboh. Antusiasme masyarakat Indonesia terhadap sepak bola seng ada lawan. Namun, dari sisi prestasi tim nasionalnya, Vietnam jauh lebih mentereng.

Di tingkat Asia Tenggara saja, misalnya, Vietnam sudah tiga kali menjuarai Piala AFF level senior sepanjang gelaran turnamen dua tahunan itu, dari 1996 hingga 2024. Mereka hanya kalah dari Thailand yang tujuh kali menjadi kampiun dan Singapura yang mengoleksi empat gelar. Kondisi itu berbanding terbalik dengan Indonesia yang belum sekali pun berhasil mengangkat Piala AFF.

Di level junior Vietnam bahkan lebih ganas. Pada lima ajang Piala AFF U-23 yang sudah digelar, termasuk edisi 2025 yang dilangsungkan di Indonesia, tempo hari, Vietnam mendominasi dengan tiga gelar juara. Hebatnya lagi, koleksi tiga gelar itu mereka raih secara beruntun (2022, 2023, dan 2025). Indonesia, lumayan, sekali juara pada 2019.

Betul bahwa belakangan ini timnas Indonesia mencatat progres membaik. Skuad 'Garuda' bahkan menjadi satu-satunya tim Asia Tenggara yang masih punya peluang lolos ke putaran final Piala Dunia 2026. Pada Oktober mendatang, anak asuhan Patrick Kluivert akan menjalani ronde keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia di Arab Saudi.

Namun, progres bagus yang dicatat timmas dalam setahun terakhir itu tetap belum mampu melewati Vietnam dari sisi peringkat FIFA. Indonesia kini menempati rangking ke-118 dunia, sedangkan Vietnam lima peringkat di atasnya, yaitu ke-113.

Gambaran itu menunjukkan Vietnam lebih maju dan serius membangun sepak bola mereka ketimbang Indonesia. Dahulu, mereka 'bukan siapa-siapa', tapi keseriusan dan ketekunan pengelola sepak bola mereka membuat negara itu kini menjelma menjadi salah satu kekuatan sepak bola Asia Tenggara. Bahkan mereka mulai merangsek pula ke level Asia.

Salah satu langkah penting Federasi Sepak Bola Vietnam (VFF) yang banyak mendapat pujian ialah fokus mereka pada pengembangan berjenjang dari usia muda. Vietnam sadar bahwa liga domestik mereka tidak sebagus liga-liga lain di Asia Tenggara, termasuk Liga Indonesia. Karena itu, tidak ada jalan lain, mereka harus mengembangkan bakat-bakat muda sebagai fondasi membentuk tim nasional sepak bola yang kuat.

Bagaimana dengan 'jalan pintas' menaturalisasi pemain? Mereka tidak mengharamkan, tapi juga tidak jorjoran. Vietnam tak segetol Indonesia dan Malaysia yang begitu bernafsu membangun timnas mereka dengan sebanyak-banyaknya menaturalisasi pemain. Artinya, memang bukan itu fokus mereka. Fokus utama sepak bola Vietnam ialah membangun dari dasarnya, yaitu melalui pengembangan berjenjang sejak usia dini.

Prinsip seperti itu pula kiranya yang dilakukan pemerintah Vietnam di sektor ekonomi. Bangun dulu fondasinya, baru yang lain-lain. Setelah melewati fase pembangunan fondasi ekonomi dengan susah payah, kini siapa yang bisa membantah perekonomian Vietnam paling moncer di antara negara Asia Tenggara? Lihat saja indikator-indikatornya, pemerintah Indonesia bisa ngiler membayangkannya.

Pertumbuhan ekonomi mereka jempolan. Menurut Kantor Statistik Umum Vietnam (GSO), ekonomi Vietnam pada 2024 tumbuh sebesar 7,09%, tertinggi di Asia Tenggara. Kini mereka tengah menatap target pertumbuhan 8% pada akhir tahun ini. Investasi asing yang masuk ke Vietnam sepanjang 2024 juga naik 9,4% menjadi US$25,35 miliar. Jumlah itu melesat 171% dalam 10 tahun.

Sama seperti sektor sepak bola mereka, perekonomian Vietnam juga berangkat dari 'bukan siapa-siapa'. Indonesia sudah duluan mencapai kondisi stabil ketika Vietnam masih berjuang jatuh bangun menata dan membangun ekonomi mereka. Namun, kini beberapa dekade setelah itu, perekonomian mereka justru melesat. Pada saat yang sama Indonesia masih saja 'stabil' alias masih di situ-situ saja, tak kunjung naik kelas.

Mesin utama penggerak pertumbuhan ialah manufaktur. Mesin yang dipakai Vietnam saat ini ibarat mesin turbo, sedangkan Indonesia masih pakai mesin lama yang barangkali juga sudah saatnya turun mesin. Itulah perbedaan utamanya. Analogi itu pula yang bisa menjelaskan kenapa pada saat Vietnam merangsek menjadi 'juara manufaktur Asia' dengan mampu menggeret perusahaan-perusahaan raksasa global membangun pabrik di sana, Indonesia malah masuk ke jurang deindustrialisasi prematur.

Dalam pencarian mitra dagang, Vietnam juga tampak lebih cerdas dan agresif. Itu bisa dilihat dari negosiasi Vietnam kepada Amerika Serikat yang berhasil menurunkan tarif sebesar 46% menjadi 20%. Perlu dicatat, Indonesia memang juga bisa memangkas kesepakatan tarif dari 32% menjadi 19%, tapi itu baru disepakati belakangan setelah Indonesia menjanjikan siap 'memberikan segalanya' kepada AS. Vietnam tak seobral itu.

Ada pepatah bijak mengatakan, "Belajarlah sampai ke Negeri China." Sebelum ke Tiongkok, sudilah kiranya Indonesia mampir belajar dulu ke Vietnam. Belajar bagaimana mereka memberikan kemudahan izin usaha dan investasi, bagaimana mereka beradaptasi dengan perubahan kondisi ekonomi global, dan bagaimana mereka mengelola insentif bagi investor. Pelajari juga bagaimana mereka membasmi korupsi dan menyingkirkan ormas nakal atau preman yang kerap menjadi penghambat investasi.

Saat ini, dalam urusan baik sepak bola maupun ekonomi, kita mesti akui Indonesia kalah segalanya dari Vietnam. Jadi, tak perlu merasa terlalu hebat. Luangkan waktu, lapangkan dada, segeralah belajar ke Vietnam.



Berita Lainnya
  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.  

  • Debat Tarif Trump

    19/7/2025 05:00

    MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka? 

  • Jokowi dan Agenda Besar

    18/7/2025 05:00

    PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.

  • Obral Komisaris

    17/7/2025 05:00

    SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).

  • Uni Eropa, Kami Datang...

    16/7/2025 05:00

    Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.

  • Aura Dika

    15/7/2025 05:00

    TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.

  • Gibran Tuju Papua Damai

    14/7/2025 05:00

    KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.