Headline

Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.

Topeng Arogansi Bopeng Kewarasan

18/8/2025 05:00
Topeng Arogansi Bopeng Kewarasan
Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

ADA persoalan serius, sangat serius, yang melilit sebagian kepala daerah. Persoalan yang dimaksud ialah topeng arogansi kekuasaan dipakai untuk menutupi buruknya akal sehat. Arogansi penguasa untuk menutupi defisit kewarasan mereka.

Tatkala pemilihan kepala daerah (pilkada) digelar, para kepala daerah merendahkan diri serendah-rendahnya untuk mengemis suara rakyat selaku pemilik kedaulatan. Begitu kekuasaan digenggam, watak asli mereka dipertontonkan tanpa malu, yaitu menjadikan diri mereka sebagai pemegang kedaulatan, menjelma menjadi raja-raja kecil sehingga sangat arogan. Mereka menjadi tuan atas rakyat.

Arogansi itu tecermin pada kebijakan publik yang diambil raja-raja kecil yang kian menjauhi kepentingan rakyat. Lucunya lagi, setelah kebijakan blunder menjadi viral, enteng saja minta maaf. Ibarat kata anak muda zaman sekarang, lebih baik minta maaf ketimbang minta izin rakyat.

Kebijakan publik sejatinya melibatkan partisipasi rakyat sebagai konsekuensi bernegara demokrasi. Tanpa melibatkan partisipasi masyarakat, kebijakan yang diambil itu justru menimbulkan tsunami protes rakyat. Itulah pemantik tragedi Pati, Jawa Tengah. Kebijakan publik diputuskan tanpa melibatkan rakyat, cukup omon-omon dengan camat dan kepala desa.

Petaka Pati bermula dari rapat pada Minggu (18/5). Saat itu Bupati Pati Sudewo mengumpulkan para camat dan Paguyuban Solidaritas Kepala Desa dan Perangkat Desa Kabupaten Pati (Pasopati). Mereka membahas intensifikasi pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (PBB-P2).

Rapat memutuskan penyesuaian tarif PBB-P2 sebesar 250%. Alasan penaikan ialah tidak ada penyesuaian tarif selama 14 tahun. Sudewo membandingkan penerimaan PBB-P2 Pati yang kecil ketimbang kabupaten sekitarnya. Pejabat untung rakyat buntung.

Sampai di sini, semuanya berjalan seolah-olah benar adanya. Kebijakan penaikan tarif PBB-P2 mestinya dianggap sebagai pilihan politik Sudewo sebagai pejabat publik. Pilihan politik itu bukanlah perbuatan tercela berkonsekuensi pemakzulan.

Kebijakan menjadi petaka ketika pemimpin tidak cerdas, bijaksana, dan memberikan harapan kepada masyarakat yang berkeberatan. Bukannya membuka ruang diskusi, Sudewo malah menantang rakyat berdemonstrasi: jangan hanya 5.000 orang, tetapi 50 ribu orang. Pemimpin menjual, rakyat membelinya.

Ribuan orang turun jalan pada 13 Agustus 2025. Tuntutan rakyat pun bukan lagi soal penaikan tarif PBB-P2, melainkan menurunkan Sudewo. DPRD setempat cepat-cepat membentuk panitia khusus (pansus) hak angket. Kekuasaan Sudewo kini berada di ujung tanduk.

Bukan hanya Pati, daerah lainnya juga menaikkan tarif. Ada daerah yang menaikkan tarif PBB-P2 hingga 1.000%. Kepala daerah mestinya kreatif dan inovatif mencari terobosan untuk meningkatkan keuangan daerah mereka, bukan membebani rakyat. Pangkal soal lagi-lagi defisit kewarasan mengambil keputusan.

Namun, sungguh jamak terjadi, untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD), para kepala daerah mencari gampangnya, membuat peraturan tentang macam-macam pungutan atau retribusi. Tarif PBB-P2 dinaikkan seenak udel pemimpin. Akal sehat jarang digunakan untuk mencari solusi kekurangan PAD.

Siapa pun yang hanya mengandalkan penaikan tarif PBB-P2 untuk menggenjot pendapatan daerah jelas akan membuat rakyat menjadi korban. Pemimpin penuh muslihat menyusun regulasi mencari untung guna mengisi pundi yang terkuras selama pilkada.

Di tangan para pemimpin daerah yang cerdas, kabupaten/kota mestinya bisa mengembangkan sektor ekonomi yang berbasis pada potensi alam mereka sendiri. Menggali potensi daerah tanpa memberatkan rakyat yang lagi susah mencari sesuap nasi.

Kiranya rakyat sebagai pemberi kepercayaan terhadap para kepala daerah selalu mengontrol dan mengevaluasi kinerja mereka. Jika kepercayaan yang diberikan itu disalahgunakan, rakyat bisa kapan saja mengambilnya kembali.

Beragam cara untuk mengambil alih mandat yang diberikan. Rakyat Pati menempuh cara parlemen jalanan yang berujung dengan penggunaan hak konstitusional DPRD. Cara Pati bisa menginspirasi daerah lain meski menempuh jalan panjang.

Tragedi Pati juga memberikan pesan moral kepada para kepala daerah untuk melunasi janji politik saat kampanye. Pada debat Pilkada Pati pada 13 November 2024, Sudewo secara terus terang menyatakan keberatannya atas upaya peningkatan pendapatan asli daerah yang dibebankan lewat pajak dan retribusi. Alasan dia, kasihan rakyatnya. Memang lidah tak bertulang, kebijakan yang diambil malah berlawanan dengan janji politiknya.

Jujur diakui bahwa salah satu kelemahan pilkada ialah melahirkan pemimpin yang populer karena mengobral janji politik meskipun ia tidak memiliki kapasitas. Pilkada banyak melahirkan figur yang seolah-olah pemimpin, penuh kepalsuan.

Pada saat kampanye dengan segala tipu daya janji politik, calon pemimpin memoles diri agar seolah-olah tampak memiliki kualitas dan kapasitas. Janji diobral untuk meraih kekuasaan, tetapi janji dilupakan begitu kekuasaan digenggam.

Regulasi terkait dengan pilkada sama sekali tidak mengatur perihal janji kampanye yang wajib dijalankan. Ketika kini berbicara tentang peningkatan kualitas peradaban demokrasi, salah satu perkara yang perlu mendapat perhatian serius ialah bagaimana memperlakukan janji-janji di musim kampanye untuk dilaksanakan setelah memenangi kontestasi.

Elok nian kepala daerah menjaga lisan. Ingatlah pepatah mulutmu harimaumu. Karena itu, akal mendahului lisan sehingga tidak asal cuap-cuap mengumbar janji politik. Kini saatnya rakyat menyeru kepada kepala daerah untuk membuka topeng arogansi kekuasaan yang selalu menutupi bopeng kewarasan.



Berita Lainnya
  • Ibadah bukan Ladang Rasuah

    16/8/2025 05:00

    LADANG ibadah malah dijadikan ladang korupsi.

  • Maaf

    14/8/2025 05:00

    KATA maaf jadi jualan dalam beberapa waktu belakangan. Ia diucapkan banyak pejabat dan bekas pejabat dengan beragam alasan dan tujuan.

  • Maksud Baik untuk Siapa?

    13/8/2025 05:00

    ADA pejabat yang meremehkan komunikasi. Karena itu, tindakan komunikasinya pun sembarangan, bahkan ada yang menganggap asal niatnya baik, hasilnya akan baik.

  • Ambalat dalam Sekam

    12/8/2025 05:00

    BERBICARA penuh semangat, menggebu-gebu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan akan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

  • Blokir Rekening di Ujung Lidah

    11/8/2025 05:00

    KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.

  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.