Headline

Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.

Macan Kertas Pertimbangan MK

21/7/2025 05:00
Macan Kertas Pertimbangan MK
Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.

Pemohon yang dimaksud ialah Juhaidy Rizaldy Roringkon, Direktur Eksekutif Indonesia Law & Democracy Studies (Ildes). Ia menggugat ke Mahkamah Konstitusi (MK) perihal wamen merangkap jabatan dalam perkara nomor 21/PUU-XXIII/2025.

Juhaidy meninggal dunia pada 22 Juni 2025 dan MK memutuskan perkaranya pada 17 Juli 2025. Amar putusannya ialah permohonan pemohon tidak bisa diterima.

Tidak diterimanya permohonan almarhum Juhaidy membuat tetap langgenglah kontroversi rangkap jabatan 30 dari 56 wamen dalam Kabibet Merah Putih. Mereka merangkap jabatan komisaris perusahaan pelat merah.

Rangkap jabatan, termasuk rangkap pendapatan, wamen menimbulkan kecemburuan para menteri, termasuk Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar. “Nah, gara-gara wamen-wamen jadi komisaris, kita ngiler juga, kan. Jadi mikir, kira-kira bisa seperti mereka, enggak, nasib ini? Kira-kira dapil masih aman apa enggak? Kira-kira begitu. Wamen-wamen ini luar biasa, tetapi itu soal rezeki,” kata Muhaimin pada 14 Juli 2025.

Juhaidy menguji konstitusionalitas Pasal 23 UU 39/2008 tentang Kementerian Negara. Pasal 23 itu berbunyi, 'Menteri dilarang merangkap jabatan sebagai: a. pejabat negara lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; b. komisaris atau direksi pada perusahaan negara atau perusahaan swasta; atau c. pimpinan organisasi yang dibiayai dari APBNdan/atau APBD'.

Rangkap jabatan wamen, kata Junaidy dalam sidang 5 Mei 2025, bertentangan dengan Putusan MK Nomor 80/PUU-XVII/2019 yang secara tegas melarang rangkap jabatan wakil menteri. Namun, larangan tersebut tidak diimplementasikan pemerintah dan pihak-pihak terkait karena penegasan itu hanya terdapat dalam pertimbangan hukum, bukan amar putusan.

'Dengan status demikian, seluruh larangan rangkap jabatan yang berlaku bagi menteri sebagaimana yang diatur dalam Pasal 23 UU 39/2008 berlaku pula bagi wakil menteri', demikian pertimbangan hukum halaman 96 Putusan 80/2019.

Pengabaian terhadap putusan tersebut, kata pemohon, salah satunya didasarkan pada alasan bahwa amar putusan dari perkara tersebut 'tidak dapat diterima' dan tidak menyatakan ketentuan terkait dengan larangan rangkap jabatan tersebut inskonstitusional.

Larangan wamen merangkap jabatan dalam Putusan 80/2019 tidak dicantumkan dalam amar putusan. Karena itulah, Junaidy memohon agar larangan rangkap jabatan wamen itu masuk amar putusan, bukan cuma ada dalam pertimbangan hukum putusan.

Alasan itu pula yang dipakai Istana Negara. Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi pada 3 Juni 2025 mengatakan penugasan sejumlah wamen di jajaran komisaris BUMN itu tidak menyalahi aturan, termasuk Putusan MK 80/2019.

Dalam Putusan 80/2019, kata Hasan, larangan rangkap jabatan hanya berlaku pada menteri karena disebut secara eksplisit dalam putusan. Namun, larangan untuk wamen hanya ada di bagian pertimbangan putusan sehingga bisa disimpulkan bahwa rangkap jabatan diperbolehkan untuk mereka.

Benarkah pertimbangan hukum putusan MK tidak mengikat? MK memosting sikap resmi mereka di aplikasi X pada 22 Agustus 2024. 'Pertimbangan hukum dan amar putusan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. MK pernah menegaskan hal tersebut dalam Putusan MK No 76/PUU-XX/2022. Jadi, #Courmin mau ngingatin nih, mari pahami putusan MK dengan utuh, tidak terpisah-pisah! Seperti konstitusi yang tak terpisahkan dari suatu negara!'.

Halaman 38 Putusan 76/2022 menyebutkan putusan Mahkamah Konstitusi tidak hanya berupa amar putusan, tetapi juga terdiri dari identitas putusan, duduk perkara, pertimbangan hukum, dan amar putusan, bahkan berita acara persidangan yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan sehingga dapat saja MK memberikan perintah (judicial order) di dalam bagian pertimbangan hukum yang harus dilaksanakan juga oleh addressat putusan MK.

Putusan MK memang bersifat final, tetapi banyak yang tidak aplikatif. Penelitian Herdiansyah Hamzah untuk disertasinya di UGM (2023) menemukan hanya 52% dari putusan MK yang dilaksanakan dengan baik oleh DPR dan pemerintah. Dengan kata lain, banyak putusan MK yang diabaikan.

Tindakan tidak menaati putusan, menurut Putusan MK Nomor 32/PUU-XVIII/2020, ialah pembangkangan terhadap putusan MK yang juga merupakan bentuk pembangkangan terhadap konstitusi.

Terang benderanglah sudah, walau sudah disebut dengan tegas bahwa putusan MK final dan mengikat, fakta empiris memperlihatkan tidak seluruh putusan final dan mengikat itu dapat memengaruhi DPR dan pemerintah. Kelemahan utamanya ialah MK tidak memiliki unit eksekutor yang bertugas menjamin aplikasi putusan final itu.

Kontroversi wamen merangkap jabatan komisaris masih terus berlanjut sepanjang larangan itu tidak ada dalam amar putusan MK. Kekuatan larangan yang hanya tertuang dalam pertimbangan hukum putusan MK ternyata hanyalah macan kertas.



Berita Lainnya
  • Maaf

    14/8/2025 05:00

    KATA maaf jadi jualan dalam beberapa waktu belakangan. Ia diucapkan banyak pejabat dan bekas pejabat dengan beragam alasan dan tujuan.

  • Maksud Baik untuk Siapa?

    13/8/2025 05:00

    ADA pejabat yang meremehkan komunikasi. Karena itu, tindakan komunikasinya pun sembarangan, bahkan ada yang menganggap asal niatnya baik, hasilnya akan baik.

  • Ambalat dalam Sekam

    12/8/2025 05:00

    BERBICARA penuh semangat, menggebu-gebu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan akan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

  • Blokir Rekening di Ujung Lidah

    11/8/2025 05:00

    KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.

  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.