Headline

Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.

Glorifikasi Korupsi

Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group
14/4/2023 05:00
Glorifikasi Korupsi
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

SEORANG teman mengunggah status di akun Facebook-nya bernada kekecewaan yang amat dalam. Kata dia, “Baru kali ini orang keluar Sukamiskin seakan jadi pahlawan. Aya-aya wae.”

Tidak dijelaskan siapa orang itu. Tidak dijabarkan apa itu Sukamiskin. Namun, tak sulit untuk menebak apa yang dia maksud. Saya yakin, hakulyakin, dia sedang menyoal bebasnya Anas Urbaningrum dari LP Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat.

Anas adalah aktivis, eks Ketua Umum Partai Demokrat, dan mantan koruptor. Pada Selasa (11/4), dia selesai menjalani hukuman penjara total 9 tahun 3 bulan karena melakukan tindak pidana korupsi. Karena kasus korupsi, dia mendekam di LP Sukamiskin yang memang disediakan pemerintah untuk mengurung para pelaku korupsi.

Bebas dari penjara, jika sudah saatnya tiba, adalah hal biasa. Tak perlu ditanya-tanya. Akan tetapi, bebasnya Anas patut dipertanyakan. Bukan soal waktunya. Model penyambutan kebebasannya yang dipersoalkan.

Kalau biasanya mantan terpidana cukup dijemput keluarga, saudara, atau teman, Anas tidak. Dia disambut ratusan orang. Dia dielu-elukan para loyalis dan simpatisannya.

Kalau biasanya mantan terpidana cukup peluk cium dengan kerabat atau bersujud tanda syukur, Anas beda. Dia juga menyampaikan orasi. Orasi yang antara lain menarasikan bahwa kamusnya adalah perjuangan keadilan dan akan terus memperjuangkan keadilan. Orasinya juga berisi sentilan kepada pihak-pihak tertentu yang katanya kecewa karena dia tidak membusuk, tidak menjadi bangkai fisik dan sosial, di penjara.

Koruptor bebas, tapi disambut bak pahlawan. Itulah yang kemudian membuat banyak orang tak habis pikir, kecewa, marah, geram. “Aneh ya, koruptor zaman now malah disambut seperti pahlawan pulang dari medan juang,” begitu komentar seorang netizen. Atau, “Heran di mari koruptor dipuja-puja.” Ada pula yang berkomentar singkat, “Wis embuh lah,” dengan emoji orang menangis. Dia sepertinya frustrasi.

Banyak pula yang mempersoalkan media, termasuk yang arus utama, lantaran memberikan panggung nan lapang untuk mantan koruptor menari. Paketnya komplet, dari sebelum, saat hari-H, dan setelah kebebasan Anas. Bahkan ada yang menyajikan laporan khusus dengan wawancara khusus.

“Enaklah di sini, mantan2 korup malah jd idola makin top bnyk panggilan wawancara''. ''Media2 indonesia jg harus ada tanggung jawab moral untuk menumpas korupsi dng tdk usah menampilkan para koruptor ke publik....'' Itulah beberapa komentar yang ditulis netizen.

Tanggung jawab moral? Memang itulah yang semestinya jadi pegangan.

Sebagai pekerja media, saya risih, juga malu. Sama risihnya ketika sejumlah media menghamparkan karpet merah menyambut kebebasan eks penjahat seksual terhadap anak, pedangdut Saipul Jamil, pada 2021.

Aneh nian terpidana kejahatan luar biasa, termasuk korupsi, malah diglorifikasi. Kasus Anas pun bukan yang pertama kali. Dulu, September 2013, ratusan warga berjejer di luar Rutan Rowobelang sembari memainkan rebana menyambut bebasnya mantan Bupati Batang, Jawa Tengah, Bambang Biantoro. Bambang dipenjara 18 bulan karena korupsi APBD 2004.

Perihal Anas, dia boleh merasa dizalimi, dikriminalisasi, masuk penjara karena campur tangan kebatilan. Namun, pengadilan telah memutuskan dia bersalah dan terbukti korupsi.

Putusan itu sama di semua jenjang pengadilan, mulai tingkat pertama, banding, kasasi, hingga peninjauan kembali. Yang beda cuma berat ringannya hukuman. Putusan itu buah dari perdebatan hukum, hasil dari adu fakta, adu bukti, adu saksi. Jadi, buat apa diperdebatkan lagi.

Betul kata banyak orang bahwa Indonesia adalah surganya koruptor. Di sini, penyikapan dan penanganan korupsi memang luar biasa. Luar biasa lembeknya. Rata-rata tuntutan dan vonis terhadap mereka enteng-enteng saja. Korting hukuman menjadi obralan. Di penjara, mereka diistimewakan. Setelah bebas pun tetap mendapat penghormatan.

Hampir 900 tahun silam, Prabu Jayabaya, Raja Panjalu atau Kediri yang bergelar Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa, sudah mengingatkan bahwa suatu saat akan terjadi wolak-walikin zaman. Zaman yang terbalik-balik.

Ada ratusan ramalan dalam Jangka Jayabaya. Sebut saja wong bener thenger-thenger, yang artinya orang yang benar termangu-mangu. Atau, wong salah bungah (orang yang salah bergembira ria), wong jahat munggah pangkat (orang jahat naik pangkat), wong ala kapuja (orang jahat dipuja-puja), dan wong salah dianggep bener (orang salah dianggap benar).

Jika menilik sekian jangka itu, kiranya zaman ini di negeri ini sudah kebalik-balik. Pergeseran nilai sudah teramat parah dan berbahaya.



Berita Lainnya
  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.  

  • Debat Tarif Trump

    19/7/2025 05:00

    MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka? 

  • Jokowi dan Agenda Besar

    18/7/2025 05:00

    PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.