Headline

Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.

Jokowi dan Agenda Besar

18/7/2025 05:00
Jokowi dan Agenda Besar
Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'. Saat masih menjabat Presiden RI, ia pernah membeberkan lima agenda besar nasional untuk mewujudkan cita-cita Indonesia maju. Hal itu disampaikan Jokowi pada Sidang Tahunan MPR dalam rangka HUT ke-77 proklamasi kemerdekaan RI di Gedung Nusantara, Jakarta, Selasa (16/8/2022) silam.

Jika mengutip dari laman Setkab.go.id, lima agenda besar tersebut ialah hilirisasi dan industrialisasi sumber daya alam; optimalisasi sumber energi bersih dan peningkatan ekonomi hijau; penguatan perlindungan hukum, sosial, politik, dan ekonomi untuk rakyat; digitalisasi ekonomi agar UMKM naik kelas; dan keberlanjutan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).

Kita tahu, sampai akhir jabatan Presiden Jokowi, bahkan sampai hari ini, sebagian besar dari lima agenda itu masih belum tereksekusi dengan baik. Beberapa jalan di tempat. Agenda penguatan perlindungan hukum, sosial, politik, dan ekonomi untuk rakyat, misalnya, bahkan harus diakui berjalan mundur.

Namun, saya tidak akan terlalu mengupas hal itu karena sekarang ada agenda besar lain di luar yang lima poin tadi, yang sepertinya sedang mengganggu pikiran Jokowi. Kalau dulu ia sebagai presiden menyodorkan agenda besar pembangunan, kini sebagai mantan presiden ia mengaku sedang 'diserang' agenda besar politik.

Konon, ada agenda besar yang sedang 'dimainkan', entah oleh siapa, untuk menurunkan reputasi politik Jokowi melalui dua persoalan yang melibatkan dirinya dan keluarganya, yaitu soal kasus ijazah palsu dan isu pemakzulan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Mas Wapres Gibran ialah putra sulung Jokowi.

"Ini perasaan politik saya mengatakan ada agenda besar politik untuk menurunkan reputasi politik, untuk men-downgrade. Jadi, (soal) ijazah palsu, pemakzulan Mas Wapres, saya kira ada agenda besar politik," kata Jokowi kepada wartawan di kediaman pribadinya di Surakarta, Jawa Tengah, awal pekan ini.

Namun, meski merasa sedang dirubung agenda besar politik, ia mengaku meresponsnya dengan biasa-biasa saja. Lo, kok aneh. Kalau memang biasa-biasa saja, kenapa mesti menyampaikan keresahan itu ke wartawan, Pak?

Jangan-jangan narasi soal agenda besar untuk menyudutkan dia itu dilempar ke publik karena Jokowi baper, ia sedang galau dengan fakta politik hari ini yang tak lagi selalu berpihak padanya. Jangan-jangan sebetulnya ia tengah risau karena merasa mulai ditinggalkan kolega, pendukung, dan kawan-kawan politiknya dulu.

Masih banyak lagi dugaan yang muncul seusai Jokowi mengungkap soal agenda besar tersebut. Bahkan ada yang menduga ia sengaja mengapungkan isu tersebut ke publik sebagai kamuflase dari rencana dia menyiapkan agenda politiknya sendiri. Tujuannya tentu untuk menaikkan reputasi dan posisi politiknya yang mulai meredup.

Bermacam dugaan publik itu tentu sah-sah saja, termasuk dugaan yang terakhir tadi. Bukankah penyiapan agenda tertentu memang lazim dilakukan di dunia politik? Jokowi sebagai politikus ulung yang mampu memenangi dua kali pemilihan presiden (pilpres) pasti paham betul soal itu.

Lagi pula kecurigaan Jokowi perihal adanya agenda besar itu juga boleh dibilang masih sebatas dugaan. Buktinya, Jokowi tak menyebut siapa sosok, tokoh, atau kelompok yang menjadi mastermind di balik agenda besar untuk meruntuhkan reputasinya itu. Jadi, wajar kalau publik punya banyak dugaan terhadap pernyataan yang sesungguhnya juga berbasis pada dugaan.

Kalau bicara soal reputasi, boleh jadi Jokowi salah alamat kalau menyalahkan 'si agenda besar' sebagai faktor yang akan menurunkan reputasi politiknya. Reputasi dia, baik sebagai politikus maupun pemimpin bangsa, sejatinya sudah anjlok sejak ambisi politiknya mengalahkan kelegawaan dia untuk melepas kekuasaan.

Reputasi Jokowi sudah luruh saat hasrat meneruskan kekuasaan kepada orang dekatnya terlihat menggebu. Kesahajaan dan keautentikan yang menjadi citra baiknya ketika mulai terjun di dunia politik nasional, nyatanya tidak mampu ia pertahankan hingga akhir jabatan sebagai presiden.

Di akhir-akhir kekuasaannya, jiwa dan hati Jokowi sudah terbagi dua, antara melayani rakyat dan memenuhi obsesi pribadi, keluarga, dan kelompoknya. Pun setelah ia purnatugas sebagai presiden, syahwat untuk cawe-cawe dalam urusan kekuasaan masih amat kental, termasuk dalam hal dukung-mendukung calon kepala daerah pada perhelatan pilkada serentak 2024.

Artinya, sesungguhnya keruntuhan reputasi politik Jokowi ialah akibat tindakannya sendiri. Bukan gara-gara agenda besar orang lain atau kelompok lain. Bukan pula karena mencuatnya kasus ijazah palsu dan keinginan sejumlah purnawirawan TNI untuk memakzulkan anaknya dari kursi wapres. Jauh sebelum itu, reputasi baik yang dibangun Jokowi sejak menjadi Wali Kota Surakarta sudah ia rusak sendiri.

Karena itu, kembali ke pertanyaan awal, motivasi apa sebetulnya yang membuat Jokowi tiba-tiba melempar narasi soal agenda besar untuk menyerang dirinya? Apakah itu sekadar salah satu siasatnya untuk kembali ke panggung politik formal atau memang Jokowi tengah merasa dalam tekanan hebat setelah sebagian kawan politiknya mulai meninggalkan dirinya? Ya ndak tahu, kok tanya saya?

 



Berita Lainnya
  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.  

  • Debat Tarif Trump

    19/7/2025 05:00

    MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka?