Kamis 06 April 2023, 05:00 WIB

Rungkad

Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group | Editorial
Rungkad

MI/Ebet
Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group.

RUNGKAD, kata itu begitu populer hari ini. Terlebih saat lagu yang memakai kata tersebut sebagai judul sangat viral di dunia maya. Banyak versi dari lagu berbahasa Jawa yang diciptakan musikus Vicky Prasetyo itu. Namun, yang paling meledak ialah Rungkad yang dinyanyikan Happy Asmara yang berkolaborasi dengan The Saxobrothers.

Sejak dirilis 14 Oktober 2022 di platform Youtube, sampai kemarin videonya sudah ditonton tidak kurang dari 46,4 juta viewer. Boleh jadi saat genap lima bulan pascarilis, sekitar pertengahan April 2023 nanti, penonton video musik itu sudah bisa menembus 50 juta viewer.

Akan tetapi, saya tidak akan membahas terlalu jauh lagunya. Saya terlalu awam untuk membincangkan musik. Pun tidak akan menggibah pencipta atau penyanyinya. Terlebih pada Ramadan sepatutnya kita meninggalkan kebiasaan bergosip, bergibah, dan kawan-kawannya.

Buat saya, yang menarik dari rungkad ialah arti katanya. Bukan arti kata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ya, karena ternyata tidak ada kosakata rungkad dalam KBBI. Rungkad rupanya diambil dari bahasa Sunda. Artinya tumbang, kacau, runtuh, porak-poranda, atau semacam itulah. Intinya tentang kehancuran.

Karena itu, tak mengherankan dalam lirik bagian refrain lagu Rungkad, kata itu diikuti kata entek-entekan (bahasa Jawa) yang artinya habis-habisan. Setelah hancur, habislah semua, kira-kira begitu.

'Rungkad... entek-entekan 

Kelangan koe sing paling tak sayang

Bondoku melayang tego tenan

Tangis-tangisan'

Dalam konteks isu pemberitaan saat ini, lagu yang sebetulnya bertema cinta-cintaan yang sengaja dibikin untuk membuat hati pendengarnya ambyar itu kiranya cocok pula untuk menggambarkan suasana hati para keluarga korban dukun palsu bernama Slamet Tohari di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, yang mengaku bisa menggandakan uang.

Bagi korban, itulah mungkin arti sebenarnya dari rungkad, entek-entekan. Tak hanya uang yang dikuras si dukun, nyawa pun ikut diambil. Harapan sirna, harta melayang, nyawa pun lenyap.

Teranyar, sebanyak 12 jenazah korban ditemukan dikubur pada sebidang kebun di Desa Balun, Banjarnegara. Seluruh korban dibunuh dengan racun potasium dan obat penenang setelah mereka beberapa kali menagih Slamet untuk uang hasil penggandaan yang ia janjikan.

Uniknya, para korban diketahui berasal dari luar Banjarnegara. Begitu kuat rupanya jaringan Slamet sampai orang yang berasal dari Sukabumi pun bisa terbujuk rayu dan rela 'menanamkan' uang mereka untuk digandakan dengan metode supranatural. Betul-betul di luar nalar, tak masuk akal, tapi sungguh-sungguh terjadi.

Di zaman yang katanya modern, serbadigital, dan supercanggih, ternyata masih banyak orang yang percaya bahwa uang bisa digandakan melalui cara klenik atau supranatural. Di era kendaraan listrik dan otonom, rupanya masyarakat masih percaya seseorang bisa memiliki kekuatan menggandakan uang.

Memang tidak ada data pasti, tapi barangkali jumlah mereka yang percaya penggandaan uang dengan cara supranatural sama banyaknya dengan orang yang percaya bisa menggandakan uang melalui investasi bodong. Keduanya sesungguhnya sama, sama-sama penipuan yang berkedok menawarkan peningkatan uang dan harta secara instan tanpa kerja keras. Yang membedakan hanya platformnya. Satu klenik, satu lagi modern.

Dus, masih lakunya dua platform kejahatan penggandaan uang tersebut lagi-lagi memperlihatkan sebuah fakta tentang literasi keuangan di Indonesia yang masih rendah. Menurut Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022 yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat literasi keuangan di Indonesia 49,68%.

Ada kenaikan tinggi ketimbang literasi keuangan pada 2019 yang 38,03%.

Namun, kalau melihat dalam tiga tahun terakhir masih marak penipuan investasi, bahkan penipuan dukun pengganda uang pun masih terjadi, boleh jadi angka tersebut tak mencerminkan realitas sesungguhnya.

Padahal, literasi keuangan atau pengetahuan mengelola keuangan secara cermat, baik, dan benar ialah modal penting bagi setiap orang untuk menciptakan kondisi keuangan yang stabil dan aman dalam jangka panjang. Sebuah riset bahkan menyebut orang yang level literasi keuangannya tinggi akan memiliki kualitas hidup yang juga tinggi.

Lalu bagaimana kalau literasi keuangan kita terus-terusan rendah dan pada saat yang sama edukasi dari otoritas juga minim? Ya, mungkin, lagi-lagi bakal muncul kasus yang bikin rungkad, entek-entekan.

Baca Juga

MI/Ebet

Guru Kencing Berlari

👤Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group 🕔Senin 02 Oktober 2023, 05:00 WIB
DUNIA pendidikan di negeri ini sedang tidak baik-baik saja, yakni mengalami darurat kekerasan. Ibaratnya otak simpan di dengkul sehingga...
MI/Ebet

Jogetan Harga Pangan 

👤Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group 🕔Sabtu 30 September 2023, 05:00 WIB
AKHIR pekan lalu, Menteri Perdagangan yang juga Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan, menggelar senam bersama di sebuah...
MI/Ebet

Blunder-Blunder Ganjar

👤Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group 🕔Jumat 29 September 2023, 05:00 WIB
KATA para bijak, manusia tempatnya salah, alpa, dan dosa. Tidak ada manusia yang tak pernah berbuat...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

MI TV

Selengkapnya

Berita Terkini

Selengkapnya

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya