Headline

Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.

Mundur di Inggris Ogah di Sini

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
22/10/2022 05:00
Mundur di Inggris Ogah di Sini
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

ADA pemandangan kontras antara di Indonesia dan di Inggris, pekan ini. Di Indonesia, Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan beserta Executive Committee PSSI menolak mundur dari jabatan, kendati desakan untuk itu amat lantang. Para petinggi PSSI didesak mundur seusai tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, yang menewaskan 134 orang.

Di Inggris, Menteri Dalam Negeri Suella Braverman mundur dari jabatannya seusai insiden salah kirim e-mail. Ya, hanya gara-gara salah mengirim surat elektronik penting tersebut. Braverman mengatakan mundur setelah dia menggunakan e-mail pribadinya untuk mengirim dokumen resmi kenegaraan kepada rekannya. Dia menyebut itu sebagai 'pelanggaran teknis'.

Puncaknya, dua hari berselang, Perdana Menteri Inggris Liz Truss juga mengundurkan diri. Truss mundur hanya enam minggu setelah dilantik menjadi PM Inggris. Ia mundur setelah keputusannya membatalkan kebijakan pemotongan pajak yang menyebabkan kehancuran pasar selama krisis biaya hidup yang sudah parah. Truss menyampaikan alasannya mundur lantaran tidak bisa menunaikan mandat merealisasikan pemotongan pajak itu.

Truss juga mengatakan mulai menjabat saat ketidakstabilan ekonomi yang hebat melanda. Truss mengatakan partainya memberikan mandat kepadanya untuk menuntaskan permasalahan tersebut. Ia merasa tidak mampu lagi menunaikan mandat itu.

Dalam beberapa pekan terakhir, Inggris diterjang badai inflasi superhebat. Angka inflasi tahunan Inggris pada September meroket hingga mencapai 10,1%, menjadikannya angka inflasi tertinggi dalam 40 tahun terakhir.

Tingginya inflasi Inggris seiring dengan melonjaknya biaya hidup di negara tersebut yang turut dipicu melambungnya harga energi sebagai imbas dari perang Rusia-Ukraina. PM Inggris diamanati untuk membereskan hal itu, tetapi ia merasa gagal. Maka, mundur ialah jalan terbaik yang ia pilih.

Di Indonesia, mundur hampir selalu menjadi pilihan terakhir. Banyak kalangan yang kalaupun akhirnya mundur, bukan karena kesadaran diri, melainkan dipaksa atas status tersangka atau desakan publik yang sudah amat sangat hebat. Begitu juga masih ada yang berusaha berkelit agar tidak mundur.

Rekomendasi dan desakan untuk mundur dianggap angin lalu. Walaupun alasan untuk itu sudah dianggap sangat layak. Bahkan pula, desakan itu dipicu hilangnya ratusan nyawa, bukan lagi perkara sepele seperti salah mengirim e-mail atau perkara penting karena merasa gagal menunaikan mandat.

Di banyak negara, perkara kecil bisa memicu pengunduran diri. Di Jerman, misalnya, perdana menteri mundur karena tersangkut skandal kredit rumah berbunga ringan yang didapat dari keluarga pengusaha (mendapat diskon khusus ketika membeli rumah). Di negeri ini, pejabat yang mengumpulkan puluhan rumah dari 'hadiah' pun masih duduk tenang dan bisa pergi ke kantor memakai mobil dinas dengan wajah tanpa rasa bersalah.

Di negara yang menjunjung tinggi integritas, banyak pejabat memilih mundur sebelum kasusnya meluap sehingga kesalahan mereka tidak terekspos terlalu banyak. Di negeri ini, mau dikecam dan didesak mundur setiap hari pun, bahkan sudah dibuat bermacam-macam tagar di media sosial, tetap bergeming.

Maju terus pantang mundur rupanya dipahami bukan lagi pada tempat yang tepat, melainkan di segala tempat dan beragam suasana. Tidak lagi bisa dibedakan mana tanggung jawab dan mana sikap ndableg. Saat petinggi PSSI menyebut bahwa tidak ada satu pun aturan yang mengharuskan mereka mundur, jelas belaka bahwa soal jabatan sekadar dipandang urusan menjalankan aturan. Soal jabatan dianggap tidak ada urusannya dengan dimensi moral dan etik.

Padahal, keputusan mundur umumnya berhubungan dengan tanggung jawab moral dan etis. Di Jepang, budaya mundur memiliki jejak sejarah panjang tentang tanggung jawab moral samurai. Pada masa kejayaan samurai, seorang pendekar Jepang biasanya membawa dua bilah pedang. Satu katana yang panjang, satu lagi tanto yang berukuran pendek.

Pedang panjang digunakan sebagai senjata untuk menuntaskan misi, sedangkan pedang pendek digunakan untuk seppuku atau bunuh diri jika gagal melaksanakan tugas. Budaya ini hanya memberi pilihan para samurai untuk menang. Daripada ditawan atau malu akibat kalah, lebih baik mati.

Budaya harakiri atau memotong perut sendiri memang sudah nyaris hilang di Jepang, tetapi spirit untuk malu ketika gagal atau melakukan kesalahan tetap tertanam hingga kini. Karena itu, suatu hal yang lumrah di ‘Negeri Matahari Terbit’ itu jika pejabat yang gagal menjalankan tugas mengundurkan diri.

Namun, Indonesia memang bukan Jepang. PSSI juga bukan pemerintahan Inggris. Jadi, kata Abah Lala: ojo dibanding-bandingke, saing-saingke. Yo, mesti kalah.



Berita Lainnya
  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.  

  • Debat Tarif Trump

    19/7/2025 05:00

    MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka? 

  • Jokowi dan Agenda Besar

    18/7/2025 05:00

    PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.