Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Harga Kebutuhan Pokok di Bandung Barat masih Tinggi

Depi Gunawan
15/12/2023 19:47
Harga Kebutuhan Pokok di Bandung Barat masih Tinggi
Harga sejumlah kebutuhan pokok masih tinggi(MI/WIDJAJADI)

HARGA komoditas dan bahan pokok seperti beras, cabai, serta bawang merah masih tinggi di pasar tradisional Kabupaten Bandung Barat pada
dua pekan jelang pergantian tahun.

Di Pasar Tagog Padalarang, harga beras paling rendah Rp13.000 dan paling tinggi mencapai Rp14.500 per kilogram. Padahal, pada hari-hari biasa harganya di bawah harga eceran tertinggi (HET) yakni Rp11.000 per kilogram.

Begitupun harga cabai merah masih Rp120.000 per kilogram, cabai rawit domba berkisar Rp100.000-110.000 per kilogram, dan cabai rawit hijau Rp50.000 per kilogram. Padahal, dalam kondisi normal harga cabai berkisar Rp30.000 hingga Rp40.000 per kilogram.

Selain cabai, harga yang melambung tinggi yakni bawang merah Rp27.000 per kilogram, pada saat normal Rp20.000 per kilogram. Bawang putih Rp31.000 per kilogram, sedangkan harga normal Rp25.000 per kilogram.

"Cabai dan bawang belum pernah turun harga sejak dia bulan terakhir. Banyak pedagang malah enggak mau jual itu karena stoknya susah," kata Umar Saripudin, salah satu pedagang sayuran, Jumat (15/12).

Ia mengatakan, imbas kenaikan komoditas hortikultura membuat pendapatan
pedagang turun karena modal untuk membeli barang dagangan ikut meningkat sementara pembelian lesu.

Umar menyebut, saat normal, cabai yang terjual bisa mencapai 15 kilogram per hari, kali ini berkurang menjadi hanya 5 kilogram.

"Para pelanggan mengurangi takaran pembelian. Yang biasa 1 kilogram, kini cuma 250 gram. Sementara pengeluaran sangat besar, pendapatan kurang," tambahnya.

Iwan, distributor di Pasar Tagog Padalarang mengatakan, kenaikan harga
beras membuat pembelian turun drastis. Kondisi ini diperparah dengan adanya bantuan pangan bagi masyarakat sehingga masyarakat bawah jarang membeli beras sejak sebulan terakhir.

"Sudah harga naik, ditambah ada bantuan beras bagi masyarakat, jadi
pembelian beras ke pedagang makin sepi," beber Iwan.

Menurutnya, kenaikan beras mulai terasa sejak 2 bulan terakhir disebabkan gagal panen dan musim kemarau panjang di beberapa daerah penghasil seperti Indramayu dan Karawang. Kondisi itu menyebabkan pasokan dan stok beras untuk penjualan menjadi berkurang.

"Saya bawa dari Indramayu. Di sana kekeringan dan gagal panen. Jadi pasokan beras dari sana turun gak seperti panen raya," tuturnya. (SG)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sugeng
Berita Lainnya

Bisnis

Wisata
Kuliner