Headline
Pemerintah tidak cabut IUP PT Gag Nikel.
Pemanfaatan digitalisasi dilakukan untuk mempromosikan destinasi wisata dan meningkatkan pengalaman wisatawan.
PENURUNAN berat badan dan olahraga sering kali disarankan sebagai pendekatan umum untuk mengobati sleep apnea atau gangguan tidur yang berpotensi serius yang menunjukkan gejala seperti mendengkur keras.
Namun, sebuah studi baru menemukan selain dari pembatasan kalori dan penurunan berat badan, diet individu juga dapat memainkan peran dalam mempengaruhi risiko sleep apnea.
Menurut studi yang diterbitkan dalam jurnal ERJ Open Research, orang yang mengonsumsi diet nabati sehat yang kaya akan sayuran, buah-buahan, biji-bijian utuh, dan kacang-kacangan memiliki 19% kemungkinan lebih rendah mengalami sleep apnea dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi diet yang tidak sehat.
Baca juga : Rahasia Diet Sehat Meski Kerjaan Sedang Padat, Begini Caranya
"Hasil ini menyoroti pentingnya kualitas diet kita dalam mengelola risiko OSA (obstructive sleep apnea)," kata peneliti utama Yohannes Melaku, dikutip dari Medical Daily, Selasa (27/2).
Sleep apnea menyebabkan gangguan pernapasan yang sering selama tidur, mengakibatkan gejala seperti mendengkur, kelelahan, kantuk siang hari, mudah tersinggung, dan kadang-kadang, insomnia. Lebih dari 30 juta orang dewasa di Amerika Serikat (AS) menderita sleep apnea.
Ada dua jenis sleep apnea, yaitu central sleep apnea (CSA), yang timbul dari masalah dalam regulasi pernapasan oleh otak selama tidur, dan obstructive sleep apnea (OSA), disebabkan kondisi yang menghalangi aliran udara melalui saluran udara atas selama tidur.
Baca juga : Berat Badan Naik Usai Lebaran? Kikis Dengan Olahraga Ini
Selain perubahan gaya hidup, praktisi kesehatan mungkin merekomendasikan penggunaan continuous positive airway pressure< (CPAP) bagi orang-orang dengan sleep apnea sedang hingga parah.
CPAP adalah mesin yang memberikan tekanan udara melalui masker saat tidur. Sleep apnea yang tidak diobati dapat meningkatkan risiko kondisi kesehatan termasuk diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, gagal jantung, stroke, dan penyakit ginjal.
"Faktor risiko untuk obstructive sleep apnea mungkin berasal dari genetika atau perilaku, termasuk diet. Penelitian sebelumnya secara utama telah berfokus pada dampak pembatasan kalori, elemen diet tertentu, dan penurunan berat badan. Ada kesenjangan dalam pengetahuan kita tentang bagaimana pola diet secara keseluruhan mempengaruhi risiko OSA. Dengan studi ini, kami ingin mengisi kesenjangan tersebut dan mengeksplorasi hubungan antara jenis diet nabati yang berbeda dan risiko OSA," kata Melaku dalam sebuah pernyataan resmi.
Baca juga : Puasa Ramadan Momentum Turunkan Berat Badan secara Sehat
Studi ini didasarkan pada data dari lebih dari 14.000 individu yang merupakan bagian dari Survei Kesehatan dan Nutrisi Nasional AS.
Para peneliti mengkaji diet para partisipan, dan berdasarkan apa yang mereka makan selama 24 jam terakhir, mereka dikategorikan ke dalam tiga kelompok: diet nabati sehat (terdiri dari biji-bijian utuh, buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, kedelai, dan kopi).
Selanjutnya, diet kaya akan makanan hewani (melibatkan asupan lemak hewani tinggi, produk susu, telur, ikan atau makanan laut, dan daging), dan diet nabati yang tidak sehat yang ditandai dengan konsumsi biji-bijian olahan, kentang, minuman yang diberi gula, makanan manis, kue-kue, dan makanan asin.
Baca juga : Ini Cara Raih Berat Badan Ideal selama Ramadan
Para partisipan juga ditanyai apakah mereka mengalami obstructive sleep apnea.
"Orang-orang dengan diet yang paling tinggi kandungan makanan nabati cenderung memiliki risiko 19% lebih rendah untuk menderita OSA, dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi jumlah makanan nabati yang paling rendah. Mereka yang mengonsumsi diet yang sebagian besar vegetarian juga memiliki risiko yang lebih rendah. Namun, orang-orang yang mengonsumsi diet tinggi makanan nabati yang tidak sehat memiliki risiko 22% lebih tinggi, dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi jumlah makanan tersebut yang rendah," ungkap penelitian tersebut.
Para peneliti mengamati bahwa hubungan antara diet nabati dan risiko sleep apnea lebih menonjol pada pria, sementara diet nabati yang tidak sehat memiliki dampak yang lebih signifikan pada risiko wanita.
"Hasil ini menyoroti pentingnya kualitas diet kita dalam mengelola risiko OSA. Penting untuk dicatat perbedaan-perbedaan jenis kelamin ini karena mereka menekankan perlunya intervensi diet yang dipersonalisasi bagi orang-orang dengan OSA," kata Melaku.
Meskipun studi ini tidak meneliti mekanisme di mana diet memengaruhi risiko sleep apnea, para peneliti percaya antioksidan dalam diet nabati dan sifat antiinflamasi mungkin menjadi faktor yang membantu dalam mengurangi peradangan dan obesitas, faktor risiko sleep apnea. (Ant/Z-1)
Empat pesepakbola wanita berdarah Belanda resmi menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) untuk memperkuat Timnas Sepak Bola Putri Indonesia.
Menpora menegaskan urgensi kerja sama multilateral untuk membangun ekosistem olahraga yang inklusif, beretika, dan berorientasi pada kemajuan bersama.
Kebiasaan duduk terlalu lama tanpa aktivitas fisik yang cukup dapat membuat otot Anda kaku.
AKTIVITAS olahraga sekaligus aksi sosial penggalangan dana untuk beasiswa bagi yang kurang mampu merupakan hal mulia.
Louise menerangkan konsep Juicy Padel lahir dari semangat menyajikan launching produk yang tidak hanya stylish, tetapi juga aspiratif dan mengangkat gaya hidup sehat modern.
Cinta Brian dan Gisel tampak menikmati dan fokus melakukan gerakan pilates tersebut.
OSA adalah kondisi umum saat otot tenggorokan yang rileks menghalangi aliran udara ke paru-paru, atau apnea tidur sentral.
Sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan pernapasan seseorang terhenti sementara selama tidur. Kondisi ini tidak hanya mengganggu kualitas tidur tapi meningkatkan ri
Melansir dari jurnal Lung India, orang dengan kelebihan berat badan pasti menyimpan lemak lebih banyak. Lemak ini akan berpotensi mempersempit saluran udara bagian atas
Sleep apnea adalah gangguan tidur serius yang menyebabkan pernapasan berhenti dan dimulai berulang kali saat tidur. Kondisi ini dapat disebabkan penyumbatan saluran napas.
Sebuah penelitian internasional mengungkapkan obat epilepsi sulthiame dapat membantu mengurangi gejala sleep apnea obstruktif, suatu kondisi gangguan pernapasan saat tidur.
jika Anda sering merasa cepat mengantuk bahkan setelah tidur cukup, hal ini bisa menjadi tanda awal dari kondisi medis yang lebih serius.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved