Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Storytelling Jadi Cara Efektif Mendidik Anak Usia Dini

Devi Harahap
27/10/2023 21:53
Storytelling Jadi Cara Efektif Mendidik Anak Usia Dini
Ilustrasi storytelling(Freepik.com)

PERIODE awal perkembangan anak ,khususnya di tataran pendidikan usia dini (PAUD) sangat penting dan akan berdampak jangka panjang di masa depan. Namun, mendidik anak usia dini memang bukan hal mudah bagi orang tua zaman sekarang.

Tidak hanya memenuhi kebutuhan fisiknya saja, berbagai aktivitas juga diperlukan untuk mengasah keterampilan bagi anak. Atas dasar dan tujuan itu, Media Indonesia menyelenggarakan kompetisi storytelling yang menyasar para pendidik PAUD.

Juara umum kompetisi storytelling, Anggiat Risma Sianipar mengatakan aktivitas pembelajaran melalui metode storytelling bisa merangsang kemampuan kognitif, bahasa, sosio-emosional, dan fisik mereka menjadi sehat.

Baca juga : Pendidikan Usia Dini Berperan Penting Menggali Potensi Anak

“Storytelling menjadi salah satu media atau cara yang bisa digunakan untuk menstimulasi anak. Melalui storytelling, orang tua maupun guru di sekolah juga bisa mengembangkan kemampuan berpikir kritis, sikap prososial serta kemampuan bahasa ekspresif dan reseptif pada anak,” jelasnya saat ditemui Media Indonesia pada Jumat (27/10).

Melalui story telling bertajuk “Aku Mau Berteman dengan Siapa Saja”, Anggiat ingin mengajarkan pendidikan karakter dan pendidikan kognitif kepada anak dengan cara yang menyenangkan tanpa membuat anak merasa digurui.

“Storytelling menjadi salah satu cara yang sangat efektif untuk mengajarkan tentang apapun, ketika anak tidak mau makan atau malas belajar, atau ada isu perundungan misalnya, kita sebagai guru bisa memberikan nasihat dan pengajaran lewat storytelling, teknik penceritaan bisa lebih cepat diterima anak-anak,” jelas guru yang berasal dari TKK 6 Penabur.

Baca juga : Tingkatkan Peran Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan Karakter Anak Bangsa

Storytelling khususnya yang mengacu pada cerita anak, pada umumnya disampaikan dapat berupa fabel (kisah hewan) atau legenda. Pencerita juga bisa menggunakan media seperti boneka, buku, atau animasi untuk storytelling.

Ega Merfiana Putri, juara 2 dalam kompetisi storytelling mengatakan metode pembelajaran storytelling bisa menstimulasi anak untuk mengajarkan terkait problem solving sesuai dengan kebutuhannya.

“Memetakan masalah dalam diri anak salah satu caranya bisa dilakukan melalui melalui storytelling. Dengan storytelling kita bisa mengidentifikasi, mencari solusi penyelesaian, serta mengevaluasi bagaimana caranya agar masalah yang ada pada sang anak dapat diatasi sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak,” ungkapnya.

Baca juga : Kiat Menyiapkan Anak Jelang Hari Pertama Masuk PAUD

Pendidik dari TK Global Islamic School (GIS) 2, Serpong yang mengirimkan story telling bertajuk “Si Kera yang Serakah” itu mengungkapkan storytelling juga bisa menumbuhkan kreativitas anak.

“Saat anak mendengar sebuah cerita secara antusias, dia akan berimajinasi tentang jalannya cerita. Misalnya, penggambaran karakter, latar, dan konflik yang terjadi. Dengan menanamkan berbagai ide, anak akan menjadi lebih kreatif,” imbuh Ega.

Lebih lanjut, Ega mengungkapkan storytelling juga bisa meningkatkan kecerdasan anak dan memacu rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga anak mampu mengolah alur cerita di dalam pikirannya.

Baca juga : Ayah Bunda, Yuk Dukung Pembentukan Kemampuan Fondasi pada Anak Usia Dini

“Setelah cerita selesai, biasanya akan kita tanya apa pesan yang terkandung dari cerita yang dibacakan, untuk memahaminya. Hal itu berguna untuk membiasakannya berbuat baik serta melatihnya berpikir kritis,” ungkapnya.

Kendati demikian, Ega juga harus mengenal audiens agar cerita yang disampaikan bisa masuk ke dalam pikiran rasa yang tertuju, pada anak usia dini, Ega kerap kali kebingungan dalam mempersiapkan alat peraga, mamun acap kali dia lebih sering menggunakan dirinya sebagai objek penceritaan.

“Terkadang saya sering memakai alat bantu peraga seperti boneka, tapi juga sering menjadikan diri sebagai objek penceritaan. Tetapi, yang harus diperhatikan adalah isi cerita, intonasi dan teknik harus bagus dan menyesuaikan dengan Audiens. Karena ada beberapa anak yang aktif, jadi kita harus bisa menarik perhatian anak-anak tersebut,” ungkapnya.

Baca juga : HEI Schools Senayan Terapkan Kurikulum Finlandia

Sementara itu, Sri Murgianti yang merupakan seorang guru TK Islam Al-Azhar 4, Kebayoran Lama mengatakan storytelling menjadi cara yang paling efektif dalam melatih kemampuan anak dalam berbahasa.

“Storytelling bisa melatih anak untuk mendengar, menyimak, dan menyimpulkan sebuah cerita. Dari kegiatan mendengarkan cerita, anak belajar kosakata baru, anak juga bisa menyimpulkan dan berkomunikasi. Ketika mereka ketika penasaran dengan ceritanya, akan terpacu untuk membaca,” ungkap perempuan yang sudah 17 tahun bergelut dalam pendidikan PAUD. (Z-5)

Baca juga : Tanoto Foundation Ikut Partisipasi dalam Seminar Internasional PAUD ICECEP 2023



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya