Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Menteri bukan Ajang Coba-Coba

18/10/2024 05:00

PARA calon menteri kabinet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka akan dilantik pada 21 Oktober mendatang. Itu artinya, hanya berselang sehari setelah MPR RI mengambil sumpah jabatan Prabowo-Gibran sebagai presiden dan wakil presiden 2024-2029.

Agenda pelantikan para menteri itu, jika benar terealisasi, masih lebih cepat ketimbang pelantikan para menteri era Presiden Joko Widodo saat memasuki periode kedua. Ketika itu, Jokowi melantik kabinetnya tiga hari setelah ia dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin diambil sumpah jabatan oleh MPR.

Bahkan Prabowo akan jauh mengungguli Jokowi pada periode pertama sebagai presiden. Ketika itu, Jokowi melantik 34 menteri Kabinet Kerja di Istana Negara pada 27 Oktober 2014 atau tujuh hari setelah ia dan Wakil Presiden Jusuf Kalla resmi menduduki tampuk kekuasaan.

Terkait dengan hal itu, ada ungkapan bijak berbunyi, 'cepat ada yang dikejar, lambat ada yang ditunggu'. Rencana Prabowo langsung melantik 44 hingga 46 calon menteri didasari kebutuhan untuk segera bekerja dan merealisasikan misi Indonesia Maju.

Maka, dapat dipahami ketika ia langsung tancap gas mengumpulkan semua kandidat di Pendopo Padepokan Garudayaksa, Hambalang, Sentul, Jawa Barat. Selama dua hari sejak 16 Oktober lalu, Prabowo memberikan pembekalan kepada semua calon pembantu presiden.

Kita tentu mengapresiasi Prabowo yang bergegas melantik kabinetnya. Ada nawaitu, niat baik, untuk segera menunaikan darma bakti bagi negeri. Jelas, itulah yang dibutuhkan Indonesia saat ini di tengah tantangan global maupun dalam negeri.

Di saat bersamaan, publik menaruh harapan agar para menteri mampu bergerak cepat seiring dan seirama dengan Prabowo-Gibran. Itu penting karena niat baik seorang pemimpin menjadi berkurang kualitasnya, bahkan sia-sia belaka, manakala pembantu yang sudah ditunjuk justru gagap dalam mengemban amanah.

Pada bulan-bulan pertama, tentu akan ada penyesuaian di sana-sini bagi mereka yang baru menjadi menteri. Itu wajar, teramat manusiawi, ketika seseorang membutuhkan waktu beradaptasi. Namun, jangan jadikan kesempatan tersebut terbuang percuma.

Penting untuk diingat dan harus dicamkan baik-baik bahwa tidak ada waktu untuk belajar menjadi menteri. Lebih baik segera menyatakan mundur kalau memang tidak mampu menunaikan tumpukan tugas serta merealisasikan program yang dijanjikan Prabowo-Gibran pada musim kampanye lalu.

Jabatan menteri sangatlah strategis, yang memerlukan jiwa kepemimpinan (leadership), manajemen, dan pemahaman mendalam mengenai bidang tugasnya. Seseorang yang diangkat menjadi menteri diharapkan sudah memiliki kompetensi sejak awal.

Ketimbang terkena reshuffle di tengah jalan, yang dapat menghambat roda pemerintahan, lebih baik para kandidat yang mengikuti pembekalan di Hambalang segera mematut-matut diri di cermin. Bertanyalah dalam hati, apakah sudah layak menjadi seorang menteri?

Tantangan berat sudah menanti. Ada soal daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah, yang merosot. Persoalan daya beli ini membutuhkan solusi paten dan segera, tidak bisa diselesaikan oleh mereka yang sedang coba-coba jadi menteri.

Tantangan lainnya ialah mendongkrak APBN dengan cara mencari sumber-sumber pendapatan baru agar ruang fiskal bisa menjadi lebih longgar. Belum lagi persoalan gejolak global yang bisa memicu beragam krisis dan membutuhkan mitigasi serta antisipasi.

Sekali lagi, kita ingatkan bahwa jabatan menteri merupakan amanah besar yang seharusnya diemban oleh individu yang kompeten, berdedikasi, dan siap melayani kepentingan rakyat. Tempatkanlah kepentingan publik di atas ambisi pribadi dan kepentingan kelompok.

Menjadi menteri memang amat legit, dapat sorotan publik, menggenggam kekuasaan, dan memiliki akses terhadap jaringan yang luas. Namun, di balik gemerlapnya jabatan, menteri membawa tanggung jawab yang besar.

Maka dari itu, ingatlah, jangan sekali-kali menjadikan jabatan menteri sebagai tempat belajar, apalagi ajang coba-coba. Itu karena jabatan menteri terlalu mahal untuk tempat belajar atau wahana uji coba.

 



Berita Lainnya
  • Pisau Dapur Hakim Tipikor

    20/6/2025 05:00

    VONIS yang baru saja dijatuhkan kepada para pelaku mafia hukum dalam perkara Ronald Tannur kian menunjukkan dewi keadilan masih jauh dari negeri ini

  • Menghadang Efek Domino Perang

    19/6/2025 05:00

    ESKALASI konflik antara Iran dan Israel tidak menunjukkan tanda-tanda surut.

  • Jangan Memanipulasi Sejarah

    18/6/2025 05:00

    KITA sebenarnya sudah kenyang dengan beragam upaya manipulasi oleh negara. Namun, kali ini, rasanya lebih menyesakkan.

  • Jangan Gembos Hadapi Tannos

    17/6/2025 05:00

    GENAP lima bulan Paulus Tannos ditangkap lembaga antikorupsi Singapura, Corrupt Practices Investigation Bureau (CPIB).

  • Berebut Empat Pulau

    16/6/2025 05:00

    PEREBUTAN empat pulau antara Provinsi Aceh dan Sumatra Utara belakangan menyesaki ruang informasi publik.

  • Bertransaksi dengan Keadilan

    14/6/2025 05:00

    KEADILAN di negeri ini sudah menjadi komoditas yang kerap diperjualbelikan. Hukum dengan mudah dibengkokkan.

  • Tidak Usah Malu Miskin

    13/6/2025 05:00

    ADA petuah bijak bahwa angka tidak pernah berbohong. Dalam bahasa Inggris, petuah itu berbunyi numbers never lie.

  • Gaji Tinggi bukan Jaminan tidak Korupsi

    12/6/2025 05:00

    PERILAKU koruptif lebih didorong hasrat ketamakan dalam diri pelakunya (corruption by greed) ketimbang karena kebutuhan.

  • Upaya Kuat Jaga Raja Ampat

    11/6/2025 05:00

    SUDAH semestinya negara selalu tunduk dan taat kepada konstitusi, utamanya menjaga keselamatan rakyat dan wilayah, serta memastikan hak dasar masyarakat dipenuhi.

  • Vonis Ringan Koruptor Dana Pandemi

    10/6/2025 05:00

    UPAYA memberantas korupsi di negeri ini seperti tidak ada ujungnya. Tiap rezim pemerintahan mencetuskan tekad memberantas korupsi.

  • Membagi Uang Korupsi

    09/6/2025 05:00

    PERILAKU korupsi di negeri ini sudah seperti kanker ganas. Tidak mengherankan bila publik kerap dibuat geleng-geleng kepala oleh tindakan culas sejumlah pejabat.

  • Jangan Biarkan Kabinet Bersimpang Jalan

    07/6/2025 05:00

    DI tengah kondisi ekonomi yang sedang tidak baik-baik saja, soliditas di antara para punggawa pemerintah sangat dibutuhkan.

  • Jangan Lengah Hadapi Covid-19

    05/6/2025 05:00

    DALAM semua kondisi ancaman bahaya, kepanikan dan kelengahan sama buruknya. Keduanya sama-sama membuahkan petaka karena membuat kita tak mampu mengambil langkah tepat.

  • Merawat Politik Kebangsaan

    04/6/2025 05:00

    PANCASILA telah menjadi titik temu semua kekuatan politik di negeri ini.

  • Obral Nyawa di Tambang Rakyat

    03/6/2025 05:00

    JATUHNYA korban jiwa akibat longsor tambang galian C Gunung Kuda di Cirebon, Jawa Barat, menjadi bukti nyata masih amburadulnya tata kelola tambang di negeri ini.

  • Melantangkan Pancasila

    02/6/2025 05:00

    PANCASILA lahir mendahului proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Tujuannya untuk memberi landasan langkah bangsa dari mulai hari pertama merdeka.