Headline

Pertambahan penduduk mestinya bukan beban, melainkan potensi yang mesti dioptimalkan.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Ekstrem Hadapi Korona

12/3/2020 05:05

SERANGAN virus korona jenis anyar atau covid-19 di negeri ini semakin nyata. Seperti yang terjadi di banyak negara, ia sangat berpotensi menjadi masalah luar biasa sehingga sudah saatnya dilakukan upaya-upaya luar biasa untuk menghadapinya.

Serangan virus korona semakin nyata antara lain terbukti dengan semakin bertambahnya orang di Tanah Air yang terpapar. Sejak diumumkan Presiden Joko Widodo pada Senin (2/3) bahwa untuk kali pertama ada pasien yang positif terjangkit oleh virus menular itu di Indonesia, jumlahnya hingga kemarin membengkak menjadi 34 orang.

Bahkan, virus korona telah merenggut nyawa di Indonesia. Kabar duka itu disampaikan langsung oleh juru bicara pemerintah untuk urusan virus korona, Achmad Yurianto, kemarin. Korban meninggal ialah pasien nomor 25 yang merupakan warga negara asing berusia 53 tahun. Selain positif korona, korban mengidap komplikasi penyakit berat yang mendahuluinya, seperti diabetes, hipertensi, dan paru obstruksi menahun.

Betul bahwa kendati sudah ada yang meninggal, ada pula pasien positif virus korona yang dinyatakan sembuh dan segera pulang setelah lama menjalani perawatan. Selaras dengan fakta global, jumlahnya pun lebih banyak ketimbang yang meninggal dunia.

Meski begitu, kita pantang menganggap biasa saja perkembangan yang terjadi. Semakin bertambahnya jumlah penderita covid-19 dan sudah adanya pasien yang meninggal dunia ialah peringatan nyata, sangat nyata, bagi kita.

Tiada satu pun alasan untuk tidak meningkatkan kewaspadaan. Tiada satu pun dalih untuk tidak melakukan upaya-upaya lebih konkret lagi agar virus korona tak semakin merajalela. Terlebih, dari jumlah penderita, ada satu yang belum jelas tertular dari mana dan dari siapa. Pemerintah menduga pasien nomor 27 itu akibat dari local transmission dan masih terus ditelusuri sumber penularannya.

Sejauh ini pemerintah memang sudah melakukan sejumlah langkah untuk menangkal korona. Langkah itu, misalnya, menghentikan penerbangan dari dan ke Tiongkok yang merupakan tempat virus korona berawal dan memulangkan ratusan WNI dari luar negeri. Pemerintah juga melarang wisatawan dari beberapa negara yang marak penderita korona.

Namun, harus kita katakan, semua langkah itu masih jauh dari cukup. Jika menilik perkembangan yang kian mengkhawatirkan, sudah saatnya pemerintah bersikap lebih ekstrem lagi. Bukan waktunya lagi unsur dari pemerintah mengampanyekan bahwa korona tak terlalu berbahaya.

Faktanya, virus korona memang berbahaya. Faktanya, sejumlah negara kini dibuat kelabakan akibat serangan virus yang bermula di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, itu. Faktanya pula, sudah lebih dari 3.000 orang kehilangan nyawa lantaran korona.

Menganggap bahwa virus korona tak perlu terlalu ditakutkan bisa membuat kita terlena dan berakibat fatal. Sudah saatnya anggapan dibalik, bahwa korona memang menakutkan sehingga pemerintah dan masyarakat betul-betul melakukan tindakan nyata untuk mengalahkan ketakutan itu.

Kita tidak ingin bangsa ini terlambat lagi dalam bertindak menghadapi korona yang kian merajalela. Kita tidak ingin bernasib seperti Italia atau Korea Selatan yang kini menjadi jajahan virus korona. Kita ingin seperti Vietnam atau Singapura yang berhasil memenangi perang melawan korona karena tegas bersikap dan sigap bertindak begitu mendapat serangan.

Membuat rakyat tetap tenang memang penting, tetapi memastikan agar korona tidak semakin liar jauh lebih penting. Salah satu yang bisa dilakukan ialah meniadakan berbagai ragam keramaian karena berpotensi menjadi episentrum penularan.

Kebijakan ekstrem boleh jadi membuat kesan bahwa negeri ini sedang genting. Akan tetapi, ia lebih dibutuhkan dalam situasi sekarang agar rakyat Indonesia tidak semakin sengsara akibat ekspansi virus korona. Apalah artinya kesan yang bagus, tetapi menyimpan bencana.



Berita Lainnya
  • Mencurahkan Hati untuk Papua

    11/7/2025 05:00

    JULUKAN ‘permata dari timur Indonesia’ layak disematkan untuk Pulau Papua.

  • Bukan Bangsa Pelanduk

    10/7/2025 05:00

    Indonesia perlu bersikap tegas, tapi bijaksana dalam merespons dengan tetap menjaga hubungan baik sambil memperkuat fondasi industri dan diversifikasi pasar.

  • Bansos bukan untuk Judol

    09/7/2025 05:00

    IDAK ada kata lain selain miris setelah mendengar paparan PPATK terkait dengan temuan penyimpangan penyaluran bantuan sosial (bansos).

  • Dicintai Rakyat Dibenci Penjahat

    08/7/2025 05:00

    KEJAKSAAN Agung (Kejagung) bukan lembaga yang menakutkan. Terkhusus bagi rakyat, terkecuali bagi penjahat.

  • Investasi Enggan Melesat

    07/7/2025 05:00

    PEMERINTAHAN Presiden Prabowo Subianto tampaknya mulai waswas melihat prospek pencapaian target pertumbuhan ekonomi 8% pada 2028-2029.

  • Di Laut, Kita Dikepung Petaka

    05/7/2025 05:00

    LAGI dan lagi, publik terus saja dikagetkan oleh peristiwa kecelakaan kapal di laut. Hanya dalam sepekan, dua kapal tenggelam di perairan Nusantara.

  • Jangan Menyerah Lawan Kekejian Israel

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN kekejian Israel adalah membicarakan kekejian tanpa ujung dan tanpa batas.

  • Musim Potong Hukuman Koruptor

    03/7/2025 05:00

    SINDIRAN bahwa negeri ini penyayang koruptor kian menemukan pembenaran. Pekik perang terhadap korupsi yang cuma basa-basi amat sulit diingkari.

  • Menjerat Penjaja Keadilan

    02/7/2025 05:00

    ADA angin segar dalam penegakan hukum terhadap koruptor.

  • Lagu Lama Korupsi Infrastruktur

    01/7/2025 05:00

    PROYEK pembangunan ataupun pembenahan terkait dengan jalan seperti menjadi langganan bancakan untuk dikorupsi.

  • Mendesain Ulang Pemilu

    30/6/2025 05:00

    MAHKAMAH Konstitusi kembali menghasilkan putusan progresif terkait dengan penyelenggaraan pemilu di Indonesia

  • Jangan lagi Ditelikung Koruptor

    28/6/2025 05:00

    PEMERINTAH kembali terancam ditelikung koruptor.

  • Berhenti Membebani Presiden

    27/6/2025 05:00

    MENTERI sejatinya dan semestinya adalah pembantu presiden. Kerja mereka sepenuhnya didedikasikan untuk membantu kepala negara mengatasi berbagai persoalan bangsa.

  • Mitigasi setelah Gencatan Senjata

    26/6/2025 05:00

    GENCATAN senjata antara Iran dan Israel yang tercapai pada Senin (23/6) malam memang kabar baik.

  • Nyalakan Suar Penegakan Hukum

    25/6/2025 05:00

    KITAB Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang bermartabat haruslah mengutamakan perlindungan menyeluruh atas hak-hak warga.

  • Menekuk Dalang lewat Kawan Keadilan

    24/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto akhirnya menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2025 tentang Penanganan Secara Khusus dan Pemberian Penghargaan bagi Saksi Pelaku, akhir pekan lalu.