Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Dari Pecandu Narkoba Bertekad Jadi Petani Milenial

Depi Gunawan
08/12/2023 18:46
Dari Pecandu Narkoba Bertekad Jadi Petani Milenial
Peserta sekolah pertanian yang digelar Yayasan Baitul Maal (YBM) BRILiaN di Desa Tani Dompet Dhuafa.(MI/DEPI GUNAWAN)

TEKAD menjalani hidup lebih baik ingin dibuktikan Fahreza. Pria 27 tahun itu kini sedang merintis jadi petani sukses.

Pengalaman saat menjadi seorang pecandu narkoba coba dilupakan dengan kegiatan positif.

Warga Kota Cimahi ini terjerumus narkoba sejak 2014 karena salah pergaulan. Setelah mengkonsumsi barang haram, masa depannya pun menjadi suram.

"Awalnya dari ajakan teman, efeknya masih biasa-biasa saja pas pertama kali pakai. Setelah 2 minggu baru ketagihan dan lama-lama jadi ketergantungan," ucap Fahreza,

Pemuda ini menjadi pemakai sabu saat kuliah di Jakarta. Dia mendapat
barang haram dengan sangat mudah. Tidak hanya pemakai, dirinya pernah
menjadi pengedar ganja.

"Orangtua sampai dibohongin, uang kuliah habis hanya untuk dibelikan sabu. Sebulan bisa sampai Rp5 juta," kata dia.

Sudah jatuh tertimpa tangga, setahun kemudian atau 2015 ia memutuskan
keluar dari bangku kuliah  karena sudah malas menimba ilmu ditambah uang kuliah habis terpakai untuk membeli sabu.

Meski pada akhirnya orangtuanya tahu jika ia sudah keluar kuliah, namun
mereka tidak tahu jika Fahreza sudah terjerumus narkoba selama 9 tahun.

"Keluarga baru tahu saya seorang penyalahguna narkoba Mei kemarin.
Lantas saya dibawa ke panti rehab karena saya juga sebenarnya ingin
sembuh," ungkap dia.


Sekolah tani


Kini ia ingin mengembalikan kepercayaan orang tuanya dengan menjadi orang sukses. Atas rekomendasi konselornya, Fahreza didaftarkan sebagai peserta sekolah tani, program yang diadakan Yayasan Baitul Maal (YBM) BRILiaN di Desa Tani Dompet Dhuafa, Desa Cipanjalu, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

"Sekarang saya ingin lebih baik dari sebelumnya, coba belajar tani. Kalau sukses nanti bisa membanggakan keluarga," tuturnya.

Ia mengaku tidak memiliki pengetahuan sedikitpun tentang pertanian. Namun dengan tekad yang kuat ditambah dukungan keluarga, Fahreza ingin
membuktikan bahwa mantan pecandu narkoba juga bisa menjalani hidup lebih baik.

"Respon keluarga mendukung sekali, mereka senang saya punya kegiatan
seperti ini. Memang dulu pernah kepikiran bertani itu seperti apa. Jika
nanti tertarik, saya mau ngumpulin modal biar orangtua juga bangga,"
katanya.

Selain Fahreza, ada pula Syahira, 20, yang mencoba bergelut di bidang
pertanian. Dirinya tertarik jadi peserta sekolah tani karena ingin
menciptakan inovasi agar pertanian lebih modern.

"Di Indonesia kan pertanian masih didominasi orang tua dan dianggap
ketinggalan zaman atau kuno. Belum banyak generasi muda yang mau terjun. Disini itu saya ingin mencari ilmu teknik pertanian dan menerapkan di lapangan," ucap Syahira.

Ketua Pengurus Desa Tani, Ade Rukmana menyebutkan, jumlah peserta sekolah tani mencapai 50 orang dari berbagai daerah seperti Bekasi, Bandung Barat, Bogor, Garut, Indramayu hingga Pekalongan.

"Peserta ada dari mahasiswa, yatim piatu, eks pecandu narkoba, dan
masyarakat umum. Memang kita khususkan peserta kaum milenial, rentan usia 20-35 tahun, bahkan ada yang masih usia 15 tahun juga," bebernya.

Program tersebut diselenggarakan pada pertengahan November lalu selama tiga hari diisi materi dan praktek lapangan. Mulai dari pengolahan tanah, cara membuat kompos, belajar penanaman, perawatan hingga pengolahan pascapanen.

"Diharapkan nanti lahir petani berintegritas, berakhlak, mau berbagi dan menghargai alam dan petani lainnya," kata Ade.


Diberi modal


Tindak lanjut setelah mereka lulus dari sekolah tani, akan dipilih 10
peserta terbaik yang akan diberikan modal pembinaan pertanian dari BRI.
Ke-10 peserta ini akan mengelola lahan pertanian yang disesuaikan dengan potensi wilayahnya masing-masing.

Ade yang juga pernah menjalani kehidupan kelabu dalam jeratan narkoba,
beberapa tahun lalu, sangat bersyukur program sekolah tani bisa berjalan lancar. Sebab tak dipungkiri jika di masa depan, tak ada lagi generasi muda yang mau berkecimpung di bidang pertanian.

"Kita tanamkan virus-virus positif supaya mereka bersemangat mengembangkan komoditi tanaman pangan. Jika tidak ada lagi generasi penerus, lalu siapa lagi yang akan menjaga ketahanan pangan di Indonesia," lanjut Ade.

Manager Mustahik Empowerment Program (MEP) YBM BRILiaN, Ahmad Daelami
Daelami menerangkan, program ini dilaksanakan untuk menyelamatkan pertanian Indonesia yang sedang mengalami krisis karena generasi muda kehilangan minat di bidang pertanian.

"Bahkan ada salah satu riset menyatakan generasi petani itu akan habis di 2030. Nah bagaimana supaya tidak terjadi? maka kami berkolaborasi
dengan koperasi komitmen untuk menciptakan atau meregenerasi para petani," ungkap Ahmad.

Puluhan calon petani ini, lanjut dia, diberikan bimbingan materi hingga
praktek sehingga mereka bisa mendapatkan perspektif tentang pertanian.
Dengan demikian, minat atau ketertarikan mereka terhadap pertanian itu akan tumbuh dan regenerasi petani akan terjaga hingga 2030.

Sejak pandemi covid-19 melanda, pihaknya fokus dalam program menjaga
ketahanan pangan dengan memberikan bantuan kepada petani berupa modal kerja dan modal aset. "Petani yang gak punya lahan kita sewakan. Petani yang tidak punya peralatan produksi kita juga berikan bantuan alat-alat pertanian," kata Ahmad.

Sejauh ini, tambahnya, program BRILiaN telah menjangkau para petani dari Aceh sampai Jayapura dengan total membina sebanyak 160 kelompok tani.

"Untuk Jabar sendiri, kita ada di tiga daerah. Bandung di bidang
hortikultura, Ciamis buah melon dan Pangandaran hortikultura. Memang saat ini kami fokus dalam ketahanan pangan dengan membina puluhan petani, tujuannya memastikan kebutuhan dan suplai produk pertanian sehingga Indonesia terhindar Krisis pangan," tandasnya. (SG)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sugeng
Berita Lainnya

Bisnis

Wisata
Kuliner