Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

RSUD Sayang Cianjur Siapkan Layanan Gangguan Kejiwaan pada Caleg Gagal

Benny Bastiandy
12/11/2023 16:46
RSUD Sayang Cianjur Siapkan Layanan Gangguan Kejiwaan pada Caleg Gagal
RSUD Sayang, Cianjur, siap melayani caleg yang mengalami gangguan jiwa(MI/BENNY BASTIANDY)

RSUD Sayang Cianjur, Jawa Barat, menyiapkan fasilitas, sarana dan
prasarana untuk menampung calon legislatif yang berisiko mengalami gangguan kejiwaan pasca-Pemili Legeslatif 2024 nanti. Fasilitasnya tak hanya ruangan, tapi juga layanan dari para ahli kejiwaan.

Plt Direktur Utama RSUD Sayang Cianjur, Irvan Nur Fauzy, menuturkan potensi risiko gangguan kejiwaan di kalangan caleg menjadi atensi. Karena itu, layanannya pun bisa bersifat dinamis, misalnya dilakukan dengan cara jemput bola

"Dari psikiaternya ada, dari psikolognya juga ada. Kemudian ruang rawat one day care juga ada. Lalu kunjungan rumah juga sudah disiapkan. Jadi ada beberapa alternatif," kata dia, Minggu (12/11).

Untuk layanan one day care, tuturnya, kata Irvan, disiapkan satu ruangan dengan dua tempat tidur. Layanannya bersifat transit atau satu hari.

"Kalau memang gejalanya berat, kita rujuk. Untuk rujukan perawatan bisa ke Marzoeki Mahdi atau RSJ Lembang," ungkapnya.

Berdasarkan daftar calon tetap (DCT) yang sudah ditetapkan, calon anggota DPRD Kabupaten Cianjur pada Pileg 2024 sebanyak 672 orang. Mereka akan memperebutkan 50 kursi di DPRD. Melihat komposisi itu, kemungkinan caleg yang gagal relatif cukup banyak.

Irvan mengatakan, Kementerian Kesehatan menyebutkan 10% dari jumlah
penduduk berisiko mengalami gangguan kejiwaan dengan kategori berat,
sedang, maupun ringan. "Apalagi dengan kondisi tekanan dan stres, bisa jadi tingkat risikonya bisa meningkat jadi 30-40%," terang Irvan.

Menurut dia, potensi risiko gangguan kejiwaan dialami caleg yang gagal
menjadi anggota legislatif merupakan isu rutin setiap 5 tahun sekali saat pelaksanaan. Lima tahun lalu saat pileg 2019, ada caleg gagal  yang sempat menjalani penanganan karena terindikasi mengalami gangguan kejiwaan.

"Lima tahun ke belakang informasi ada. Tapi datanya memang kurang lengkap. Mulai tahun ini datanya mungkin kita coba lebih detail," ujarnya.

Sebetulnya, kata Irvan, perlu upaya-upaya preemif dan preventif. Artinya, sejak awal harus ada sosialisasi pemahaman mengendalikan stres supaya tidak mengalami gangguan kejiwaan.

"Kalau penyembuhan gangguan kejiwaan itu tergantung tingkatnya. Ada yang ringan, sedang, atau berat. Bahkan seperti gejala-gejala penyakit itu akan jadi terasa. Padahal itu bagian dari stres. Istilah medisnya psikosomatis. Berkenaan dengan caleg, itu psikosomatis bisa terjadi menjelang atau setelah ada hasil pileg. Jadi gangguan kejiwaan itu bukan hanya psikosis atau depresi. Psikosomatis juga termasuk," pungkasnya. (SG)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sugeng
Berita Lainnya

Bisnis

Wisata
Kuliner