Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
KETUA Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Ahmad Taufan Damanik, menegaskan berkas penyelidikan terkait sejumlah kasus dugaan pelanggaran HAM berat masa lalu sudah sempurna. Kasus tersebut pun sedianya diproses untuk dilimpahkan ke pengadilan.
"Tentu kalau Komnas HAM ditanya, ya kami minta supaya ada proses peradilan untuk 10 berkas yang sudah masuk dan nanti nyusul 2 lagi berkas Paniai dan Bener Meriah," kata Ahmad kepada Media Indonesia, di Jakarta, Kamis (31/10).
Menurut dia, beberapa berkas hasil penyelidikan internal Komnas HAM sudah dikirim ke Kejaksaan Agung. Sayangnya berkas tersebut terpaksa dikembalikan dengan alasan belum lengkap.
"Kalau dikatakan belum lengkap itu jawaban politis, iya dong. Politis itu sebenarnya ketidakberanian untuk mengambil risiko hukumnya. Saya harap Jaksa Agung berani," kata dia.
Ia menegaskan, Komnas HAM mempersilakan pemerintah mengambil satu jalan, seperti yang disampaikan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD untuk menghidupkan UU 27/2004 tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR).
Baca juga : HM Prasetyo Minta Jaksa Agung Perkuat Pencegahan
"KKR itu sudah disebut Pak Mahfud, ya tentu Komnas HAM mempersilahkan tapi harus dengan UU. Setidaknya perpres untuk menjadi alas hukumnya. Sementara ini, ya berdasarkan UU 26/2000 tentang Pengadilan HAM saja kami mendorong supaya proses peradilan."
Ahmad mengemukakan, 10 kasus pelanggaran HAM yang masih menggantung, yaitu penembakan mahasiswa Trisakti, Semanggi I, Semanggi II, peristiwa Mei 1998, Talangsari, Wamena, Wasior, Jambu Keupok, peristiwa simpang KKA, dan Rumoh Geudong.
Sebelumnya, Jaksa Agung ST Burhanuddin menegaskan Korps Adhyaksa akan membuat skala prioritas terkait penanganan kasus dugaan pelanggaran HAM berat masa lalu.
"Untuk kasus HAM ini, kan masih alot, belum memenuhi syarat materil formil, ya tentu kita clear berkas. Apabila syarat formil materil tidak terpenuhi, ya nuwun sewu," kata Burhanuddin kepada wartawan di Kompleks Kejaksaan Agung, Jakarta, Jumat (25/10).
Mantan Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara, itu menjawab diplomatis ketika disinggung apakah dalam 100 hari kerja sejak dilantik sebagai Jaksa Agung dirinya berani menuntaskan kasus-kasus tersebut.
Baca juga : Soal Kasus HAM, Mahfud: Pasti Dibahas, tapi Jangan Disalahartikan
"100 harian yang penting kita perintahnya kerja, cepat. Kita akan lihat kembali mana prioritasnya, kita bagaimana pun juga melihat situasi," katanya.
Desakan agar pemerintah menuntaskan kasus HAM berulangkali disuarakan oleh masyarakat dan pegiat HAM. Mereka berharap HAM sedianya dijadikan prioritas, rujukan, dan landasan dalam setiap proses pengambilan kebijakan pemerintah.
Wakil Direktur Imparsial Gufron Mabruri mengingatkan agar pemerintah segera menyelesaikan sejumlah kasus pelanggaran HAM maupun agenda pemenuhan HAM yang lain.
Menurut dia, agenda HAM merupakan salah satu agenda reformasi yang penting untuk terus diingat oleh setiap pemimpin bangsa. Negara pun tidak boleh lari dan menutup mata dari persoalan kasus pelanggaran HAM yang hingga kini belum tuntas penyelesaiannya.
"Pemerintah harus memprioritaskan penyelesaian kasus pelanggaran HAM secara berkeadilan, baik untuk pengungkapan kebenaran, penegakan hukum, maupun untuk rehabilitasi korban," kata Gufron, beberapa waktu lalu. (OL-7)
Hasil rekomendasi Komnas HAM sudah diterima oleh Wakil Menteri Hukum Edward Omar Sharif Hiariej pada Jumat (20/6).
Komnas HAM juga melakukan kajian yang mengungkap bahwa PRT masih hidup tanpa kepastian kerja, perlindungan hukum, dan jaminan kerja yang manusiawi.
Komnas HAM mendesak DPR RI dan pemerintah selaku pembentuk undang-undang segera mengesahkan Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (RUU PPRT)
KOMISI Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menegaskan pernyataan Menteri Kebudayaan Fadli Zon soal pemerkosaan massal Mei 1998 tidak tepat.
KETUA Komnas HAM Anis Hidayah mengatakan pihaknya akan mengecek langsung aktivitas tambang nikel Raja Ampat yang dilakukan PT Gag Nikel di Pulau Gag, Papua Barat Daya.
KOMNAS HAM menilai penambangan nikel di enam pulau di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, seharusnya tidak dilakukan. Mengingat, keenam pulau tersebut berada di pulau kecil.
Contoh termudah memahami personalisasi konten, adalah tawaran konten yang tersaji di media digital. Di platform tersebut preferensi disesuaikan kepada tiap-tiap khalayak.
PERNYATAAN Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, yang menyebut tidak ada bukti kekerasan seksual dalam Peristiwa Mei 1998 membuat kegaduhan di Indonesia.
Ia menilai biro tersebut penting karena hukum dan HAM saling berkaitan dalam pemerintahan dan pelayanan publik.
DIREKTUR Eksekutif Amnesty Internasional Usman Hamid mengatakan jelang peringatan 27 tahun reformasi, kebebasan sipil dan penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) semakin mundur.
PROGRAM mainstreaming hak asasi manusia (HAM) atau pengarusutamaan HAM disebut krusial untuk diimplementasikan di semua kalangan masyarakat, termasuk Aparatur Sipil Negara (ASN).
Selain itu, Pigai juga menyoroti pentingnya penanganan kasus narkotika kepada para pemakai yang harus berlandaskan pada HAM. Menurutnya, selama 3 tahun terakhir hal tersebut semakin membaik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved