Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Uji Ketegasan Prabowo

05/6/2025 05:00
Uji Ketegasan Prabowo
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam. Kata dia, pejabat atau pemangku kebijakan yang merasa tidak sanggup menjalankan tugas lebih baik mundur daripada dimundurkan. Seriuskah dia? Atau, hanya omon-omonkah penegasannya?

Salah satu syarat wajib bagi seorang pemimpin ialah ketegasan. Ia pantang lembek saban mendapati ketidakmampuan, apalagi ketidakberesan, anak buah. Dalam bukunya, The Republic, misalnya, Plato menekankan pentingnya kebijaksanaan dan ketegasan dalam kepemimpinan untuk mencapai keadilan dan kebaikan.

Pak Prabowo kiranya juga ingin unjuk diri sebagai pemimpin yang tegas. Apalagi dia mantan serdadu, pernah menjadi Komandan Kopassus, menyandang tiga bintang di pundak, lalu menjadi jenderal kehormatan berbintang empat. Bahwa dia tak akan menoleransi pejabat yang semau gue pun tidak cuma ditunjukkan kali ini. Sudah beberapa kali.

Bolehlah kita barang sejenak menengok ke belakang. Pada Februari silam, amsalnya, dia menyatakan akan menyingkirkan menteri yang tidak benar-benar bekerja untuk rakyat. Seusai menghadiri peringatan harlah ke-102 NU di Istora Senayan, Jakarta, Pak Prabowo menekankan kepentingan hanya untuk bangsa dan rakyat. Tak ada kepentingan lain.

Bagi yang menyampingkan rakyat akan dia sampingkan. Siapa saja yang bandel, yang dablek, yang tidak mau ikut arus besar dengan tuntutan rakyat, yang tidak patuh pada dirinya, akan ditindak. Tegas nian, bukan?

Lalu, akhir bulan lalu, tepatnya 25 Mei, dia menegaskan bahwasanya tiada tempat bagi pejabat yang menyulitkan negeri ini. Ancaman itu lebih spesifik terkait dengan regulasi. Mereka yang tidak mau menyederhanakan regulasi sektor minyak dan gas akan dia ganti, bakal dicopot. Dia bilang, banyak anak muda yang menunggu diberi kesempatan.

Pernyataannya itu sefrekuensi dengan apa yang disampikan pada Sidang Kabinet Paripurna perdana di Kantor Presiden, Jakarta, 23 Oktober 2024. Kala itu, dia memerintahkan anggota kabinetnya agar memecat pejabat yang tidak mau bekerja keras. ''Suruh tinggal di rumah saja daripada bikin susah kita.'' Kelihatan sangat tegas, bukan?

Terkini, Pak Prabowo pamer ketegasan lagi. Momentum penyampaiannya terbilang sakral, yakni dalam upacara peringatan Hari Lahir Pancasila, Senin (2/6). Narasinya begitu meyakinkan. Dia berujar, pejabat yang tidak mampu melaksanakan tugas lebih baik mundur sebelum diberhentikan.

Pak Prabowo tak lupa menekankan lagi bahwa Indonesia sesungguhnya punya kekayaan begitu besar, tapi masih banyak orang yang mencuri uang rakyat. Dia tegaskan lagi, bangsa ini hanya bisa kuat kalau bersih dari penyelewengan, korupsi, manipulasi, dan penipuan. Dia instruksikan semua unsur untuk segera berbenah dan membersihkan diri. Kalau tidak, negara akan bertindak. Kalau tidak, akan disingkirkan.

"Yang tidak setia kepada negara akan kita singkirkan dengan tidak ragu-ragu tanpa memandang bulu, tanpa melihat keluarga siapa, partai mana, suku mana yang tidak setia kepada negara, yang melanggar UU, yang melanggar UUD, akan kita tindak," tutur Prabowo. Sekilas, sih, luar biasa.

Tahu bahwa di tubuh pemerintahannya banyak penyakit itu baik. Sadar bahwa di lingkaran kekuasaannya bertebaran beragam parasit ialah modal apik untuk membuatnya menjadi lebih baik. Namun, apalah artinya jika cuma tahu dan sadar tanpa cepat bertindak. Harus dikatakan, banyak rakyat yang menganggap Pak Prabowo masih sebatas itu. Tidak sedikit yang menilai ketegasan Pak Prabowo masih dalam tataran kata-kata, belum di level aksi nyata.

Bagaimana kita bisa yakin bahwa Pak Prabowo betul-betul tegas jika sejumlah menteri yang pernah tersangkut kasus dugaan korupsi tetap dia pakai? Bagaimana bisa percaya dia benar-benar tak menoleransi penyimpangan jika pejabat yang disebut-sebut menjadi pelindung judol masih saja dipercaya sebagai pembantunya?

Meminta pejabat mundur kiranya pekerjaan superduper berat di negara kita. Pejabat kita bukan tipe yang bisa merasa, melainkan lebih merasa bisa. Pernah diperiksa dalam perkara rasywah, disebut di persidangan mafia judol di kementerian, jauh dari cukup untuk bersikap kesatria.

Di negeri ini tidak ada petinggi seperti Menteri Perekonomian Jepang Akira Amari yang pada 2016 mundur karena disebut menerima uang sumbangan politik. Dia membantah berbuat salah, tapi meminta maaf lantaran memicu masalah dan merusak kepercayaan publik terhadap pemerintah.

Negeri ini tak punya pejabat semacam Menteri Pertahanan Namibia Peter Vilho yang memilih lengser pada 2021 sebab dituding menerima suap. Negara ini tak memiliki pembantu presiden seperti Menteri Kesehatan Afghanistan yang mengundurkan diri karena saudara laki-laki dan sejumlah kerabatnya terlibat dalam kasus korupsi.

Berharap pejabat yang tak mampu menunaikan tugas, yang bermasalah, yang semaunya, yang loyalitasnya terbelah antara presiden dan mantan presiden, yang tak setia pada negara, juga aneh karena yang sudah bersedia mundur saja diminta tak jadi mundur. Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi contohnya.

Banyak orang, termasuk saya, berharap ancaman Pak Prabowo tiga hari lalu kepada pejabat untuk mundur atau dimundurkan ialah kali terakhir. Kita menunggu ancaman itu selekasnya diwujudkan. Saya tidak ingin stigma presiden omon-omon terus melekat sebab bagaimanapun saya pernah dua kali memilihnya.



Berita Lainnya
  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik