Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

Matinya Kepakaran Matinya Kebenaran

20/8/2024 05:00
Matinya Kepakaran Matinya Kebenaran
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/EBET)

TUJUH tahun lalu, penggemar buku dibuat heboh oleh tulisan Tom Nichols yang berjudul The Death of Expertise yang dalam versi Indonesia diberi judul Matinya Kepakaran. Pak Tom menuangkan keresahannya dalam buku itu dengan menyoroti betapa publik secara luas di era media sosial lebih mendengarkan suara para micro-celebrity di medsos ketimbang para ahli yang memiliki kompetensi.

Banyak yang sependapat dengan buku itu, tapi ada juga yang menyebut buku itu omong kosong dan sirik belaka. Namun, diam-diam, umumnya publik mengiakan pendapat Pak Tom dalam bukunya itu. 'Bener juga, ya. Ada orang yang latar belakang keahliannya enggak ada, tapi bisa menanggapi macam-macam isu, bahkan hampir semua isu di media, khususnya yang lagi trending', tulis seorang netizen dalam teks gambar di Instagram pribadinya.

Ada seorang 'juragan' kerupuk karak online secara meyakinkan memastikan kegagalan klub Barcelona di Liga Champion disebabkan meninggalkan filosofi tiki-taka dan ogah memakai formasi 4-3-3. Ada pula seorang pengemudi taksi yang curhat ingin menulis, tapi takut perspektifnya tentang isu itu salah. Akhirnya, ia hanya menulis teks yang ringan-ringan saja di laman Facebook-nya. "Saya jadi kehilangan kesempatan untuk menuangkan gagasan saya," keluhnya.

Baca juga : Jadi Mantan Presiden, Enak?

Tom Nichols pun menyorot itu. Era digital dan media sosial membawa perubahan signifikan pada lanskap kebiasaan. Dulu, tidak semua orang bisa berbicara. Sekarang, profesor dan orang yang tidak punya kebiasaan membaca buku pun sama-sama bisa bersuara. Karena itu, siapa ahli dan siapa pendengung pun bisa punya kans yang sama untuk didengar pendapatnya. Bahkan, kans pendengung lebih besar untuk didengar.

Lihatlah, kini orang diikuti kata-katanya bukan karena kepakarannya, melainkan karena pengaruhnya yang besar di media sosial. Makin banyak jumlah follower atau subscriber seseorang di medsos, makin disimak ucapannya, bahkan diikuti dengan tindakan. Kata-kata seorang selebgram yang bukan ahli kulit akan lebih diikuti daripada dokter spesialis kulit yang tidak pernah bermain medsos.

Belum juga kelar riuh rendah soal matinya kepakaran, tahun ini penggemar buku dibuat tersentak oleh tulisan teranyar dari Steven Brill. Seorang jurnalis, pengacara, dan pendiri majalah The American Lawyer itu merilis buku berjudul The Death of Truth. Bila diterjemahkan secara bebas, arti judul buku itu ialah matinya kebenaran.

Baca juga : Sean Gelael Optimistis Raih Podium di Sao Paolo

Pak Steven menukik lebih tajam lagi melihat dampak disrupsi teknologi digital yang luar biasa. Tidak hanya berdampak pada 'produk akhir', disrupsi digital dan era medsos berdampak pada produk awal: soal pikiran. Setelah the death of expertise, kini the death of truth, kata Steven Brill.

Kepada media Vanity Fair yang mewawancarainya soal buku baru itu, Steven mengatakan, "Jika kita dapat memahami bagaimana kebenaran telah dihancurkan, kita dapat melihat cara memulihkannya. Saya punya motivasi untuk memulihkan itu. Itulah intinya."

"Yang mulai saya pikirkan satu setengah tahun lalu ialah bahwa semua kekuatan kini tampaknya bersatu dalam badai yang sempurna. Kombinasi algoritma media sosial dan iklan terprogram yang secara tidak sengaja membiayai semua hal ini telah menciptakan ekosistem tempat di mana tidak ada yang percaya apa pun," papar Steven.

Baca juga : SDN 085 Ciumbuleuit dan SDN 043 Cimuncang Raih Podium Teratas

"Anda mengakses internet dan jika Anda orang biasa, Anda tidak tahu harus percaya apa. Saya ingin membedah bagaimana hal itu terjadi, menjelaskan konsekuensinya, tetapi juga menjelaskan apa yang dapat kita lakukan untuk mengatasinya," Pak Steven menambahkan.

Kebenaran dimatikan secara sistematis melalui 'kerja sama' algoritma dan iklan yang memasarkan produk lewat informasi yang didedahkan sesuai dengan alur algoritma itu. Dalam dunia seperti itu, tidak jelas mana kebenaran dan mana kepalsuan. Informasi yang salah, tapi terus-menerus disampaikan dan difasilitasi kecerdasan buatan, lambat laun bisa 'diimani' sebagai kebenaran.

Sebaliknya, kebenaran yang sudah diverifikasi melalui rupa-rupa ikhtiar bisa tidak dipercaya karena ia sekadar melintas, sayup-sayup, dan gagal menembus aturan algoritma. Maka, kebenaran bisa terkubur. Pikiran bisa diobrak-abrik karena kebenaran itu tidak disampaikan secara 'meyakinkan'.

Baca juga : Semangat Juang Jadi Modal bagi Nizar Raih Podium Bali Trail Run Ultra 2024

Siapa pun, kata Steven Brill, yang jauh lebih serius, jauh lebih maju, dan jauh lebih dalam menggunakan 'terobosan algoritma' sebagai cara untuk benar-benar mengubah segala tatanan, boleh jadi akan menang dan memegang kendali. Namun, sebagaimana keyakinan banyak orang, juga keyakinan Pak Steve, kebenaran tetap bisa dipulihkan.

Kebenaran tidak akan benar-benar bisa dikubur dan dikaburkan. Banyak yang percaya, kebenaran akan menemukan jalannya, cepat atau lambat. Ada pepatah mengatakan, 'sepandai-pandai orang menyimpan bangkai, bau busuk akan tercium juga'.

Sepintar-pintar orang memalsukan dan menekuk kebenaran, lama-lama akan terkuak juga. Mutiara tetaplah mutiara walaupun ia ditaruh di comberan.



Berita Lainnya
  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.