Headline
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Isu parkir berkaitan dengan lalu lintas dan ketertiban kota.
PADA 17 Agustus 2025, Indonesia akan memperingati hari ulang tahun (HUT) ke-80. Untuk merayakan sepuluh windu usia RI, pemerintah menetapkan tanggal 18 atau sehari kemudian sebagai libur nasional.
Sejarah mencatat, para ulama dan pelajar dari pondok pesantren menjadi salah satu ujung tombak dalam perjuangan merebut kemerdekaan. Sehingga 22 Oktober diputuskan sebagai Hari Santri, untuk mengenang Resolusi Jihad yang digelorakan KH Hasyim Asy’ari pada 1945 sebagai komando umat melawan penjajah.
Karena itu, perlu solusi komprehensif untuk mengatasi ketimpangan akses pendidikan dan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang masih menjadi masalah struktural di Indonesia. Salah satunya untuk para santri yang berasal dari keluarga dhuafa: anak petani, nelayan, pekerja informal, hingga yatim, masih menghadapi kendala biaya untuk akses pendidikan tinggi. Angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi di Indonesia baru mencapai 31,4?%, jauh di bawah Malaysia (43?%) dan Singapura (91?%).
Hal ini menandakan ketimpangan kesempatan, khususnya bagi santri dari pesantren terpencil atau tidak mampu secara finansial. Namun, program beasiswa zakat untuk santri, seperti yang diimplementasikan oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) telah menunjukkan dampak konkret, membuka akses kuliah ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui santri berprestasi dari keluarga kurang mampu. Hingga 27 Maret 2025, dari 10.000 penerima, 1.006 santri telah lolos PTN dan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) melalui jalur prestasi nasional. Data Antara menyebutkan dari total penerima program santri, 39,9?% berhasil diterima di perguruan tinggi, 54,6?% dalam proses dan hanya 3,37?% yang gagal. Pada tahun 2025 total penyaluran beasiswa mencapai Rp40 miliar, berkontribusi langsung terhadap peningkatan APK pendidikan tinggi nasional.
Pemanfaatan zakat dalam bentuk beasiswa pendidikan bagi santri merupakan salah satu langkah konkret untuk menjembatani kesenjangan akses, sekaligus sebagai bentuk investasi sosial jangka panjang yang berdampak langsung pada peningkatan kualitas SDM. Ketua BAZNAS RI, Prof. Dr. KH. Noor?Achmad, MA, menyatakan bahwa beasiswa BAZNAS bersifat strategis dalam membentuk SDM dan santri unggul memasuki era Indonesia Emas 2045. Program ini bertujuan memperkuat peradaban umat melalui “intelektual kesantrian” yang berkarakter dan religius.
Sejumlah penelitian sebelumnya yang mengkaji program beasiswa zakat untuk santri telah dilakukan Ariffin dkk. (2024), membandingkan distribusi zakat pendidikan di berbagai negara bagian Malaysia dan faktor penentu efektivitasnya, seperti keberadaan kantor layanan zakat di PTN dan persepsi mahasiswa. Hasilnya menunjukkan bahwa alokasi pendidikan yang lebih luas berkorelasi dengan hasil pendidikan yang lebih baik dan persepsi positif terhadap manajemen zakat.
Yahaya dkk. (2024) mengukur pengaruh bantuan zakat terhadap prestasi mahasiswa di Malaysia dan Indonesia. Penelitian awal ini menunjukkan adanya korelasi positif antara penerimaan zakat dan peningkatan prestasi akademik. Lia Kusumaning & M. Nurul Qomar (2023) mengevaluasi distribusi dana ZIS untuk santri di Kudus, Jawa Tengah. Hasilnya menunjukkan program ini efektif, tepat sasaran pada mustahik miskin, meningkatkan prestasi akademik maupun non-akademik, meski terbatas oleh sumber daya dan kuantitas zakat yang sedikit. Penelitian penelitian ini, memberikan basis kuat bahwa program beasiswa zakat untuk santri bukan hanya bantuan jangka pendek, tetapi bentuk investasi sosial produktif yang relevan untuk membangun SDM unggul.
Beasiswa zakat untuk santri bukan sekadar bantuan pendidikan, tetapi merupakan strategi pembangunan manusia berbasis nilai-nilai keislaman. Dengan pendekatan yang terstruktur dan berkelanjutan, program ini dapat melahirkan generasi santri yang berilmu, berdaya dan siap mengambil peran strategis dalam pembangunan bangsa ke depan. Oleh karena itu, penting untuk melihat program beasiswa zakat bukan hanya dari sisi keagamaan, tetapi juga dari perspektif pembangunan nasional menuju Indonesia Emas 2045.
Sebagai instrumen keuangan syariah yang bersifat wajib, zakat dapat menjadi alat pemberdayaan umat, terutama dalam upaya mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Pemberdayaan berarti proses meningkatkan kemampuan individu atau kelompok agar dapat mengontrol dan memperbaiki kehidupannya. Dalam hal ini, zakat menjadi instrumen yang menjembatani antara potensi ekonomi umat dengan realisasi kesejahteraan yang berkeadilan.
Zakat dapat diarahkan ke sektor-sektor strategis, seperti beasiswa untuk pelajar miskin, termasuk santri sebagai upaya meningkatkan akses ke pendidikan berkualitas. Zakat juga dapat membantu layanan kesehatan bagi masyarakat tidak mampu dan modal usaha, pelatihan keterampilan, serta pendampingan usaha mikro bagi mustahik. Selain itu, zakat dapat membantu korban bencana, yatim piatu dan lansia. Melalui pendekatan ini, zakat tidak hanya menyentuh aspek konsumsi sesaat, tetapi juga mendorong pertumbuhan, kemandirian dan keberlanjutan ekonomi umat.
Tujuan jangka panjang dari zakat sebagai pemberdayaan adalah terjadinya transformasi sosial, yaitu perubahan status mustahik menjadi muzakki. Dengan kata lain, penerima zakat hari ini diharapkan kelak menjadi pemberi zakat di masa depan. Ini adalah wujud keberhasilan pemberdayaan, di mana zakat tidak menciptakan ketergantungan, tetapi justru mendorong kemandirian. Contohnya, seorang santri dari keluarga dhuafa yang menerima beasiswa zakat, bisa melanjutkan pendidikan, memperoleh ilmu dan keterampilan, kemudian bekerja atau berwirausaha. Ketika seorang santri telah mapan, maka santri menjadi muzakki yang memberi manfaat bagi masyarakat sekitarnya. Inilah bentuk investasi sosial yang berkelanjutan dan berdaya ungkit tinggi.
Indonesia tengah menapaki perjalanan menuju Indonesia Emas 2045, visi besar yang menargetkan Indonesia menjadi negara maju, adil, makmur dan berdaya saing global tepat di usia satu abad kemerdekaannya. Untuk mewujudkan visi tersebut, dibutuhkan fondasi utama berupa SDM unggul, tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara moral dan spiritual. Dalam konteks ini, santri memiliki peran yang sangat strategis. Santri bukan hanya pelajar agama yang mengaji di pesantren, melainkan representasi dari generasi muda yang memiliki karakter, wawasan kebangsaan dan komitmen terhadap nilai-nilai luhur. Sejarah telah membuktikan bahwa santri senantiasa hadir dalam setiap fase perjuangan bangsa, mulai dari kemerdekaan hingga pembangunan nasional.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan khas Indonesia telah melahirkan tokoh-tokoh besar yang berkontribusi dalam berbagai sektor kehidupan. Santri tidak hanya diajarkan ilmu agama, tetapi juga nilai-nilai kehidupan seperti keikhlasan, kedisiplinan, kemandirian dan kepedulian sosial. Nilai-nilai inilah yang menjadi modal karakter kuat untuk menghadapi tantangan masa depan. Di era digital dan globalisasi, tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia tidak hanya bersifat ekonomi dan politik, tetapi juga krisis moral, identitas dan budaya. Dalam kondisi ini, santri diharapkan menjadi penjaga moralitas publik, sekaligus agen transformasi sosial yang mampu membawa perubahan positif melalui pendekatan yang moderat, inklusif dan berlandaskan nilai-nilai keislaman yang rahmatan lil ‘alamin.
Peran santri menuju Indonesia Emas 2045, dapat diwujudkan melalui berbagai kontribusi nyata. Santri dengan pendidikan karakter yang kuat berpotensi menjadi pemimpin yang jujur, adil dan berpihak kepada rakyat. Para santri tidak hanya cakap dalam ilmu agama, tetapi juga memiliki wawasan kebangsaan yang utuh. Dengan dukungan pelatihan keterampilan dan akses ke teknologi, santri dapat menjadi pelaku usaha mikro dan inovator sosial, menciptakan lapangan kerja dan solusi bagi masalah masyarakat. Santri yang kembali ke masyarakat menjadi guru, dai, dan pendamping masyarakat dapat menanamkan nilai-nilai luhur kepada generasi muda, sekaligus menjaga harmoni sosial dan kebinekaan.
Santri memiliki peran penting dalam mempromosikan Islam wasathiyah (moderat), menangkal radikalisme dan menjaga persatuan bangsa. Meski memiliki potensi besar, santri masih menghadapi sejumlah tantangan, seperti keterbatasan akses terhadap pendidikan tinggi, teknologi, serta peluang kerja yang layak. Oleh karena itu, diperlukan dukungan dari berbagai pihak, pemerintah harus memperluas program afirmasi bagi santri, seperti beasiswa, pelatihan vokasi dan pemberdayaan ekonomi. Lembaga pendidikan pesantren harus berinovasi dalam kurikulum yang memadukan ilmu agama dengan pengetahuan umum dan teknologi. Lembaga zakat dan masyarakat sipil dapat memperkuat program beasiswa zakat, pelatihan kewirausahaan, serta inkubasi usaha bagi santri. Dengan ekosistem yang mendukung, santri tidak hanya menjadi penerima manfaat pembangunan, tetapi juga pelaku utama dalam pembangunan itu sendiri.
Berbeda dengan bantuan konsumtif yang habis dalam waktu singkat, beasiswa zakat merupakan bentuk investasi sosial jangka panjang. Penerima beasiswa, khususnya dari kalangan mustahik seperti anak yatim, dhuafa, atau santri dari keluarga tidak mampu, diberikan akses untuk mengenyam pendidikan berkualitas. Pendidikan ini, membuka peluang bagi para santri untuk meningkatkan taraf hidup, memperluas wawasan dan menyiapkan diri menjadi bagian dari SDM unggul yang dibutuhkan bangsa.
Dengan kata lain, beasiswa zakat mengubah pola bantuan dari sekadar memberi ikan menjadi memberikan kail, serta keterampilan untuk memancing. Ketika mustahik diberi kesempatan belajar dan berkembang, para santri memiliki kemungkinan besar untuk keluar dari lingkaran kemiskinan dan menjadi muzaki di masa depan. Inilah bentuk pemberdayaan yang nyata dan berkelanjutan.
Beberapa dampak jangka panjang yang dapat dihasilkan dari program beasiswa zakat. Penerima beasiswa yang dulunya tergolong tidak mampu, melalui pendidikan dan kerja keras, dapat mencapai kemandirian finansial. Dalam jangka waktu tertentu, mereka dapat bergeser status menjadi pemberi zakat, bukan hanya penerima. Ini merupakan dampak paling ideal dari program beasiswa zakat. Pendidikan adalah fondasi utama untuk menciptakan SDM unggul. Beasiswa zakat memungkinkan kelompok masyarakat marginal untuk mengakses pendidikan tinggi dan menjadi bagian dari angkatan kerja produktif yang berkualitas.
Dengan beasiswa zakat, generasi muda dari keluarga kurang mampu memiliki kesempatan untuk naik kelas sosial. Ini mengurangi kesenjangan dan meningkatkan kesetaraan kesempatan dalam masyarakat. Pendidikan yang difasilitasi oleh beasiswa zakat dapat menciptakan efek domino, semakin banyak masyarakat miskin yang mendapatkan pendidikan, semakin besar potensi santri untuk mandiri, yang pada akhirnya akan mengurangi angka kemiskinan secara sistemik. Individu yang memperoleh pendidikan tidak hanya memiliki peluang ekonomi yang lebih baik, tetapi juga lebih sadar akan tanggung jawab sosial, lebih toleran, dan lebih mampu berkontribusi dalam menciptakan harmoni dalam masyarakat.
Salah satu indikator utama, Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah tingkat pendidikan. Dengan memperluas akses pendidikan melalui zakat, maka kualitas pembangunan manusia akan meningkat secara agregat. Agar beasiswa zakat dapat memberikan dampak jangka panjang secara optimal, diperlukan peran aktif dan profesional dari lembaga pengelola zakat. Mulai dari seleksi penerima yang objektif dan transparan, perencanaan program yang menyeluruh, hingga pendampingan dan evaluasi berkala. Lembaga juga perlu membangun kemitraan dengan pesantren, sekolah, kampus, dan dunia usaha agar beasiswa benar-benar menjadi batu loncatan menuju kemandirian.
Beasiswa zakat untuk santri merupakan salah satu bentuk pemanfaatan dana zakat yang paling strategis dalam upaya pembangunan sumber daya manusia unggul. Program ini, tidak hanya meringankan beban ekonomi santri dari keluarga kurang mampu, tetapi juga menjadi investasi sosial yang berdampak jangka panjang. Santri sebagai bagian dari generasi muda memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan di berbagai bidang pendidikan, keagamaan, sosial, hingga kewirausahaan.
Melalui dukungan zakat, para santri dapat mengakses pendidikan yang lebih baik dan berkembang menjadi SDM unggul yang berakhlak, cakap dan siap menghadapi tantangan masa depan. Mewujudkan Indonesia Emas 2045 bukan hanya soal pembangunan fisik dan ekonomi, melainkan juga pembangunan karakter dan kualitas manusia. Dalam hal ini, beasiswa zakat bagi santri adalah bagian penting dari ikhtiar bersama membangun masa depan Indonesia yang adil, makmur dan beradab. (RO/Z-2)
Pemerintah menegaskan komitmennya dalam memperkuat tata kelola zakat nasional melalui penerapan Unified System, sebuah sistem pengelolaan zakat terintegrasi
Keberhasilan Ponco Sulistiawati menjadi contoh nyata dampak zakat dalam mendorong kemandirian ekonomi masyarakat.
Wamenag Romo R Muhammad Syafi’i mengungkapkan masjid harus menjadi pusat pembinaan umat yang holistik, tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi sebagai episentrum transformasi sosial
Pengelolaan zakat yang dilakukan oleh Baznas Kabupaten Ciamis menjadi contoh nyata bagaimana zakat dapat berperan strategis dalam pengentasan kemiskinan.
Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) memberikan penghargaan kepada Bupati Ciamis, Herdiat Sunarya, sebagai Kepala Daerah Penggerak Zakat Terbaik.
Keberhasilan transformasi USNI juga tidak lepas dari pemahaman terhadap mahasiswa yang menjadi subjek utama, yaitu Gen Z yang dikenal penuh semangat dan punya impian besar.
PENDIDIKAN adalah hak dasar setiap anak sebagaimana dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Raperda Penyelenggaraan Pendidikan sebagai bentuk upaya pemerintah menjamin layanan pendidikan untuk semua anak usia sekolah.
TPPK yang dibentuk di setiap sekolah bertugas melakukan upaya pencegahan dan penanganan kasus kekerasan.
THEFI 2025 berawal pada 9 Agustus di Jakarta, lalu berlanjut di 10 Agustus di Bandung, 12 Agustus di Makassar, 14 Agustus di Surabaya, dan 16 – 17 Agustus di Medan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved