Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
DI antara keriuhan euforia keberhasilan Indonesia meraih dua medali emas dan satu perunggu pada Olimpiade Paris 2024, terselip kisah yang tak kalah heroik dari seorang Eko Yuli Irawan.
Atlet angkat besi berusia 35 tahun itu telah mengajarkan sebuah konsistensi perjuangan menuju puncak prestasi yang sulit dicari tandingnya.
Kali ini, dia memang tak berhasil membawa pulang medali dari Paris, setelah pada empat Olimpiade sebelumnya selalu mampu menjadi penjaga tradisi medali dari cabang angkat besi. Kegagalan Eko mengangkat beban 165 kg pada angkatan clean and jerk di Paris Expo Porte de Versailles memang telah memupus mimpi untuk meraih medali kelimanya di Olimpiade.
Baca juga : Jadi Mantan Presiden, Enak?
Namun, itu sama sekali tak menjadi soal. Dia tetaplah juara di hati para pecinta olahraga di Indonesia. Eko tak perlu meratapi kegagalannya di Paris karena sesungguhnya tidak ada masyarakat Indonesia yang menilainya gagal. Ia tak perlu bersedih karena yang semestinya bersedih ialah masyarakat Indonesia yang mungkin sebentar lagi akan ditinggal pensiun oleh pahlawan olahraga mereka itu.
Eko, jika meminjam istilah dari Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari, ialah true olympian. Olympian merupakan istilah untuk para atlet alumnus Olimpiade alias mereka yang pernah membawa nama bangsa berlaga di pesta olahraga terakbar dunia tersebut.
Khusus untuk Eko, ditambahkan kata true (sejati) di depan olympian karena ia secara nyata telah memberikan inspirasi kepada dunia olahraga, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia. Orang yang dianggap menginspirasi tentu bukan orang sembarangan. Selain prestasinya yang tidak kaleng-kaleng, dedikasinya terhadap bidang yang digeluti tidak main-main.
Baca juga : Sean Gelael Optimistis Raih Podium di Sao Paolo
Eko tentu saja sangat layak disebut olahragawan Olimpiade sejati. Konsistensi dan persistensi untuk menjaga prestasinya tetap berada di puncak kompetisi amatlah istimewa. Tidak ada atlet Indonesia yang bisa berlaga di lima Olimpiade berturut-turut kecuali Eko. Di level dunia pun, hanya segelintir atlet yang mampu melakukan hal itu.
Eko bahkan hampir mencetak sejarah sebagai satu-satunya atlet angkat besi di dunia yang mampu meraih lima medali di Olimpiade, andai saja cedera lutut tak menghalanginya di Paris. Pada empat edisi Olimpiade sebelumnya, ia tak pernah absen mengibarkan bendera Merah Putih di podium.
Dengan dimulai dari Olimpiade Beijing 2008, Eko yang ketika itu tampil sebagai debutan langsung merangsek ke jajaran elite lifter dunia dengan merebut medali perunggu. Capaian yang sama ia ulangi pada Olimpiade 2012 London. Saat itu Eko bahkan menjadi salah satu penyelamat muka Indonesia karena cabang andalan bulu tangkis justru gagal mempersembahkan medali.
Baca juga : SDN 085 Ciumbuleuit dan SDN 043 Cimuncang Raih Podium Teratas
Rute perjalanan Eko di ajang Olimpiade rupanya tak berhenti di situ. Pada Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil, ia mampu meng-upgrade pencapaiannya dengan menggondol medali perak. Raihan perak itu dapat ia pertahankan pada Olimpiade Tokyo 2020 (yang digelar pada 2021).
Total ia sudah mengemas dua medali perak dan dua medali perunggu Olimpiade. Jika ditambahkan dari kejuaraan internasional lain di luar Olimpiade, Eko telah mengoleksi sebanyak 36 medali ajang internasional dengan 17 di antaranya medali emas. Jumlah itu termasuk tujuh medali emas SEA Games dan satu medali emas Asian Games.
Namun, bukan keberhasilan meraih medali-medali itu saja yang membuat Eko layak disebut sebagai olimpian terbesar yang dimiliki Indonesia. Perjuangan tanpa ampun yang secara konsisten ia lakukan dan tunjukkan kiranya sudah sangat cukup untuk membuktikan kelayakan itu.
Baca juga : Semangat Juang Jadi Modal bagi Nizar Raih Podium Bali Trail Run Ultra 2024
Dengan kiprah gemilang dan perjuangan hebatnya untuk meraih prestasi level tingginya itu, Eko ialah inspirasi sekaligus teladan. Saya berani katakan, bohong kalau atlet-atlet muda, baik di cabang angkat besi maupun di cabang olahraga lain, termasuk lifter peraih emas Olimpiade Paris Rizki Juniansyah, tidak terinspirasi oleh Eko.
Jangankan atlet Indonesia, bahkan rival utamanya di kelas 61 kg, Li Fabin dari Tiongkok, pun tak sungkan menyebut Eko sebagai inspirasinya. Kesungguhan Eko yang tetap berjuang melakukan angkatan demi angkatan di tengah kondisi cederanya membuat Li, yang pada akhirnya meraih emas di kelas itu, merasa terharu sekaligus emosional. Kabarnya, gara-gara Eko pula, Li yang kini berusia 31 tahun berpikir untuk menunda pensiunnya sebagai atlet angkat besi.
Saya jadi berandai-andai, sepertinya Eko juga layak dijadikan inspirasi dan teladan buat para elite politik di negeri ini. Kekukuhan mental dia sebagai true olympian barangkali bisa membantu Indonesia keluar dari kelangkaan negarawan sejati yang kini tengah dialami.
Alangkah eloknya kalau di Republik ini ada kombinasi ideal itu: di olahraga kita punya true olympian, di bidang politik pun kita tak kekurangan true statesman atau true politician alias negarawan sejati.
VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.
SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.
ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.
HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.
PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.
PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.
Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.
SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.
DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.
SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.
ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.
IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.
PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.
LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.
"TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''
BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved