Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
SETIAP tahun usai mudik, banyak perantau yang mengajak saudara, teman, atau kerabat ke Jakarta.
Sebagian pemudik kerap membawa keluarganya ke Jakarta usai merayakan lebaran di kampung. Tujuan mereka membawa saudara itu karena ingin mengadu nasib dan memperbaiki ekonomi keluarga di kampung.
Salah satu pemudik Jakarta yang ingin pulang kampung ke Sipirok, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara, Yaumal Asri Adi Hutasuhut mengaku kerap diminta membawa keluarganya saat hendak balik ke Jakarta saat mudik lebaran. Namun, permintaan itu tidak bisa diterima langsung olehnya.
Baca juga : Taman Margasatwa Ragunan Tutup saat Lebaran Hari Pertama
“Saya dari dulu kalau mau bawa saudara ke Jakarta itu hati-hati. Memastikan dulu latar belakang pendidikannya dia apa, terus juga pastikan juga kalau belum dapat pekerjaan mau tinggal di mana, butuh uang berapa,” kata Yaumal, Minggu (7/4).
Banyak keluarga pemudik kerap tidak membawa bekal saat ikut keluarganya merantau ke Jakarta. Pikir mereka, sampai dulu dan menginap sementara di rumah saudara, baru mencari pekerjaan di Ibu Kota.
Yaumal mengaku pemikiran itu yang paling ditakutkannya saat diminta membawa saudara merantau ke Jakarta. Sebab, biaya hidup di Ibu Kota tidak murah.
Baca juga : Masih Arus Mudik dan Balik, Car Free Day Ditiadakan pada 23 dan 30 April
“Semua itu saya minta untuk dipersiapkan, saya menolak mereka tiba-tiba datang tangan kosong tanpa persiapan. Bukan menyarankan untuk tiba-tiba datang,” ujar Yaumal.
Yaumal kerap menolak dengan halus atas permintaan keluarganya yang ingin ikut ke Jakarta untuk mengadu nasib dengan cara nekat. Penolakan kerap dilakukan dengan saran.
Dia biasanya menyarankan keluarganya untuk menyebar lamaran pekerjaan sebelum merantau ke Jakarta. Jika sudah diterima, Yaumal baru mengizinkan keluarganya berangkat ke Ibu Kota.
Baca juga : Awal Ramadan, 4.766 Penumpang Diberangkatkan dari Terminal Pulo Gebang
“Bahkan kalau dibilang sebelum ke Jakarta lebih baik sudah sebar CV, apalagi sekarang teknologi sudah mulai maju, ada platform pencari kerja daring,” ucap Yaumal.
Dia juga kerap memberikan pemahaman kepada keluarganya bahwa tidak semua orang yang bekerja di Jakarta sukses. Termasuk juga, tidak langsung bisa bekerja usai tiba di Ibu Kota.
“Kadang kan dipikir orang ‘nih sukses nih di Jakarta, ya sudah bawa lah saudara kamu’, gimana ya orang kampung. Nah mereka enggak tahu kalau ada yang namanya proses, ya harus sabar nunggu kerjaan, enggak bisa datang ke Jakarta langsung dapat kerja,” kata Yaumal.
Baca juga : DKI Bayar Rp207 Miliar untuk Formula E, DPRD: Jangan Maksa
Pemudik lainnya, Syakirun Ni’am juga mengaku akan menolak jika ada keluarga di kampungnya yang ingin ikut ke Jakarta untuk mengadu nasib. Alasannya karena dia tidak memiliki relasi untuk membawa keluarganya bekerja di sebuah perusahaan.
“Enggak membawa (keluarga), soalnya enggak punya jaringan masuk-masukin orang ke perusahaan,” ujar Ni’am.
Ni’am juga akan melarang keluarganya yang ingin ikut ke Jakarta jika tidak memiliki tujuan yang jelas. Penolakan itu biasanya dibarengi dengan cerita realita hidup di Ibu Kota.
Baca juga : Kisruh Bansos DKI, Menko PMK: Data Tidak Akurat
“Beri penjelasan yang rasional, bahwa hidup di Jakarta butuh biaya yang tidak sedikit. Di Jakarta sering menemukan orang kerja nganggur (tidak bekerja) atau gaji tak layak, masa saya bawa orang dari kampung yang belum jelas,” kata Ni’am.
Jakarta merupakan daerah yang menawarkan banyak pekerjaan. Yaumal sendiri mengaku merantau ke Ibu Kota, karena peluang bekerja untuk latar belakang pendidikannya lebih besar di Jakarta.
“Lulusan saya di kampung tidak akan ada lapangan pekerjaannya untuk jurusan saya, ada sih tapi ya tipis,” kata Yaumal.
Baca juga : Sebut Anies Angkat Tangan soal Bansos, Srimul Dituding Politis
Yaumal ada di kubu setuju dan tidak dengan fenomena pemudik membawa keluarga ke Jakarta untuk mengadu nasib. Dia mengamini kebiasaan itu membuat Ibu Kota semakin padat penduduk. Tapi, di sisi lain, dia menilai lapangan pekerjaan di kampung dengan Jakarta tidak sebanding.
“Sebenarnya kan kenapa sih orang-orang berlomba ke Jakarta seperti saya sendiri. Ya saya ke Jakarta karena lapangan pekerjaan yang tidak merata,” ujar Yaumal.
Yaumal mengaku tidak akan merantau jika pemerintah bisa benar-benar membuat lapangan kerja di Indonesia merata. Pemikiran itu yang diyakininya membuat banyak keluarga di kampung ingin ikut pemudik ke Ibu Kota untuk mengadu nasib.
Baca juga : Pemprov DKI Usulkan 2 Juta KK Penerima Bansos Tahap 2 ke Kemensos
“Jadi, antara setuju dan tidak, persoalannya itu kan pemerataan lapangan kerja, kalau misalnya lapangan pekerjaannya merata saya dan kawan-kawan saya yang dari kampung tidak akan ke Jakarta, kita akan stay di kampung,” ucap Yaumal.
Ni’am juga sejatinya tidak melarang ada keluarganya yang mau mengikuti langkahnya merantau ke Jakarta untuk mengadu nasib. Menurutnya, pilihan itu hak semua orang dan tidak bisa diganggu.
Tapi, dia meminta perpindahan dari kampung ke Jakarta tidak dilakukan dengan nekat. Sebab, lanjutnya, bisa menyusahkan diri sendiri.
“Setuju (dengan konsep bawa keluarga ke Jakarta usai mudik) kalau lowongan kerja dan kesempatannya sudah jelas,” tutur Ni’am. (Z-3)
Wibi mengimbau kepada seluruh warga yang nantinya memanfaatkan CFN agar tertib dan menjaga lingkungan saat kegiatan berlangsung.
Sehingga dapat meningkatkan keamanan dan kenyamanan kualitas hidup masyarakat DKI Jakarta.
JFF 2025 juga menjadi tonggak menuju perayaan 500 tahun Jakarta, sekaligus bagian dari upaya mewujudkan salah satu dari 20 kota global terdepan.
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) mengevakuasi seorang anak yang diduga disiksa oleh orangtuanya di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, pada Rabu (11/6).
Kurban Fest 2025 merupakan bagian dari rangkaian program distribusi kurban yang digelar Baznas (Bazis) DKI Jakarta.
Ide tersebut muncul karena melihat ada warga yang kurang mampu perlu membayar biaya steril di Puskeswan Ragunan, Jakarta Selatan.
PT Jasa Marga Tbk menutup operasi Satuan Tugas (Satgas) Jasa Marga Siaga Operasional Idul Fitri 1446 H/2025 yang memastikan kelancaran arus mudik dan balik.
Anak-anak bergembira menyambut Lebaran karena bakal memperoleh THR dari keluarga besar. Pertanyaannya, bolehkah orangtua menggunakan uang THR anak?
Dari Senin (31/3) hingga Minggu (6/4), total pendapatan Pantai Carocok Painan, mencapai Rp608.615.000 yang terdiri dari penjualan tiket masuk dan retribusi parkir.
DALAM rangka menyambut Hari Raya Idul Fitri 1446 H, Aston Bogor Hotel & Resort menghadirkan pengalaman liburan yang tak terlupakan bagi para tamu dengan berbagai penawaran menarik.
sejumlah kalangan yang mengamati gejala sosial-keagamaan umat Islam di Indonesia mengkhawatirkan adanya fenomena “abrasi” nilai-nilai Idul Fitri.
SEBAGIAN besar kaum perempuan percaya, bra yang baik dapat mendukung penampilan di dada, membantu meredakan sakit punggung, dan mencegah payudara kendur.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved