Headline

Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.

Unpad Rangkul Industri, Komersialisasi Minyak Kacang Sacha Inchi

Sugeng Sumariyadi
14/8/2025 15:01
Unpad Rangkul Industri, Komersialisasi Minyak Kacang Sacha Inchi
Unpad Farma dan PT Duta Niaga Indonesia Manunggal sepakat bekerja sama melakukan komersialisasi minyak kacang Sacha Inchi, hasil penelitian Fakultas Farmasi Unpad.(DOK/UNPAD)

FAKULTAS Farmasi Universitas Padjadjaran terus mengembangkan produk kesehatan berbasis hasil riset menuju tahap komersialisasi. Salah satu upaya dilakukan Unit Usaha Akademik (UUA) Unpad Farma dengan menggandeng PT Duta Niaga Indonesia Manunggal (DNIM).

Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama dilakukan bertepatan dengan penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) bertema Komersialisasi Hasil Riset Farmasi untuk Kemandirian Bahan Baku Farmasi Nasional di Fakultas Farmasi Unpad, Kamis (14/8).

Kegiatan diikuti akademisi beberapa perguruan tinggi, komunitas gabungan kelompok tani (Gapoktan) Sacha Inchi, industri bahan baku, industri produk farmasi, nutrasetikal, dan kosmetik, Kementerian Kesehatan dan Balai POM di Bandung.

PKS ini ditandatangani Dekan Fakultas Farmasi Unpad Prof Ajeng Diantini, Ketua UUA Unpad Farma Prof Sriwidodo dan Direktur Utama PT DNIM Lilik Dwi Hindratno. Penandatanganan disaksikan Direktur Ketahanan Farmasi dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Jeffri Ardiyanto dan Wakil Rektor Bidang Riset, Kerja Sama, dan Pemasaran Unpad Prof Rizky Abdulah.

Kerja sama berfokus pada pemanfaatan minyak kacang sacha inchi sebagai sumber alami omega 3, 6, dan 9. Bahan ini dikembangkan tim peneliti Fakultas Farmasi Unpad menjadi bahan baku minyak pharmaceutical grade, bekerja sama dengan Quilla Herbal Indonesia, selama 5 tahun terakhir, menjadi formulasi siap industrialisasi.

Unpad Farma melahirkan 32 produk farmasi inovatif berbasis sacha inchi yakni Biosachi, Bioscrub, VOmega, Omegrow, Cosmetory, Creya, Sachi Cubratin, Svarga Serenity Sacha, Vetachi, yang mencakup kategori pangan fungsional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan pet-veteriner.

Direktur Ketahanan Farmasi dan Alat Kesehatan Kemenkes Jeffri Ardiyanto menegaskan pentingnya langkah kolaborasi ini.

“Dengan tingkat ketergantungan impor bahan baku yang masih 80–90%, pengembangan riset bahan alam dan produk fitofarmaka sangat strategis. Kami mendukung ini, termasuk melalui regulasi dan fasilitasi pertemuan antara akademisi dan industri," jelasnya.

Penandatanganan PKS, lanjut dia, adalah momentum penting memperkuat ekosistem inovasi dan mempercepat pemanfaatan hasil riset bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Sementara itu, Wakil Rektor Unpad Bidang Riset, Kerja Sama, dan Pemasaran Unpad Prof Rizky Abdulah mengatakan perguruan tinggi memiliki fasilitas riset dan pengembangan yang dapat dimanfaatkan industri, sehingga industri tidak perlu mengeluarkan investasi besar di awal.

Apalagi, pemerintah telah memberi insentif tax deduction 1:3 bagi industri yang berinvestasi dalam riset di perguruan tinggi. Riset di kampus harus diarahkan untuk menjawab masalah nyata di industri dan masyarakat, tak boleh berhenti hanya di jurnal ilmiah.

"Melalui FGD ini, kami berharap lahir roadmap dan model kolaborasi saling menguatkan antara perguruan tinggi, industri, dan pemerintah," tambahnya.


Aplikasi hasil riset

 

Pada kesempatan itu, Direktur Utama PT DNIM Lilik Dwi Hindratno menyatakan pihaknya melihat potensi sacha inchi melampaui pasar lokal. Dengan kemitraan ini, ia ingin mengaplikasikan hasil riset Unpad, termasuk minyak sacha inchi, ke formulasi produk yang siap dipasarkan dengan dukungan uji laboratorium dan data ilmiah.

"Harapannya, hilirisasi tidak berhenti di riset, tapi berlanjut hingga produksi skala industri untuk pasar dalam negeri dan ekspor,” kata dia.

Di sisi lain, Kepala Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat Kolonel Ckm TPH Simorangkir menilai kolaborasi ini selaras dengan visi penguatan ketahanan kesehatan nasional.

Ia menekankan Indonesia memiliki kekayaan biodiversitas yang dapat menjadi basis kemandirian bahan baku farmasi, asalkan diiringi pemetaan potensi wilayah, hilirisasi berbasis kekhasan lokal, dan sinergi lintas sektor tanpa ego sektoral.

“Kita perlu memastikan hasil riset tidak berhenti di laboratorium, tapi benar-benar masuk rantai pasok industri, memberi manfaat pada masyarakat, dan mendukung target Indonesia Emas 2045,” ujarnya.

Dalam FGD, sejumlah narasumber urun rembug. Di antaranya Ketua UUA Unpad Farma Prof Sriwidodo, Teguh Dwi Raharjo (Gapoktan), Hadiyan Nur Sofyan, Leni Maryati (Balai Badan POM Bandung), dan Stefanus Zakarias dari Inovasi Riset Bioteknologi (InRitek).



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sugeng
Berita Lainnya

Bisnis

Wisata
Kuliner