Headline

Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.

Jawa Barat Miliki Potensi Gastronomi yang Bisa Dijadikan Daya Tarik Wisata

Naviandri
14/8/2025 16:14
Jawa Barat Miliki Potensi Gastronomi yang Bisa Dijadikan Daya Tarik Wisata
Kabid Industri Pariwisata, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar, Rispiaga(MI/NAVIANDRI)

PEMERINTAH Provinsi Jawa Barat menilai gastronomi memiliki potensi besar sebagai daya tarik wisata sekaligus sarana diplomasi ekonomi kreatif. Potensi ini diharapkan mampu meningkatkan jumlah kunjungan wisata sekaligus mendorong pengeluaran wisatawan di daerah.

“Gastronomi bisa menjadi daya tarik wisata, bahkan menjadi diplomasi untuk ekonomi kreatif. Ini hal baru yang bisa kita promosikan ke dunia, untuk menarik lebih banyak kunjungan ke Indonesia,” ungkap Kabid Industri Pariwisata, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar, Rispiaga, pada acara Jentik Festival 2025, Celebrated The Uncelebrated West Java, di Kota Bandung, Kamis (14/8).

Menurut dia, Pemprov Jabar tengah menjajaki kota atau kabupaten yang berpotensi diusulkan masuk dalam ekosistem Unesco Creative City Network (UCCN) kategori gastronomi. Selama ini, beberapa tema seperti media art, film dan animasi sudah ada, namun gastronomi masih belum terwakili. Bandung menjadi salah satu kandidat yang dipertimbangkan.

"Gastronomi memiliki parameter yang lebih kompleks dibanding sekadar kuliner, meliputi pemberdayaan masyarakat, keberadaan industri pendukung, hingga riset. Pemilihan bahan baku lokal, sosialisasi budaya makan, hingga pelestarian tradisi menjadi unsur penting yang dinilai UNESCO," jelasnya.

Sementara itu, Ketua Tim Pengembangan Kreatif Media dan Teknologi Bidang Ekonomi Kreatif Disbudpar Kota Bandung, Mega, menambahkan bahwa potensi gastronomi di Bandung sudah besar, namun belum terekspos secara maksimal.

“Kami memiliki database besar di creator space Patra Komala. Dengan aktivasi seperti ini, kami bisa mengambil kebijakan berbasis big data. Gastronomi di tingkat dunia memang lebih mendalam daripada kuliner, sehingga butuh kolaborasi dengan akademisi dan komunitas," jelasnya.

Dia menyebut, kebijakan pengembangan gastronomi harus berbasis data dari akademisi, pelaku bisnis, komunitas, dan sektor pendanaan agar ekosistem yang terbentuk dapat berkelanjutan dan berdaya saing global.

Pakar Gastronomi Indonesia dari Prodi Magister Pariwisata UPI, Dewi Turgarini, mengungkapkan bahwa sejak 2018, pihaknya telah bekerja sama dengan Disparbud Kota Bandung mengembangkan wisata gastronomi melalui penelitian dan pengabdian masyarakat. Salah satu programnya adalah Gastronomi Tour on Bandros yang digelar rutin sebulan sekali, melibatkan hotel, restoran, katering, dan destinasi wisata.

“Kami sudah menjalankan 30 paket wisata gastronomi, termasuk yang akan menyambut tamu mancanegara pada 6 September mendatang. Wisata gastronomi bukan sekadar makan, tetapi menyangkut sejarah, tradisi, filosofi, bahan baku lokal, cara makan, penyajian unik, nilai edukasi, kesehatan, dan pengalaman tak terlupakan,” paparnya.

Dewi menegaskan, tujuan akhir dari pengembangan wisata gastronomi adalah pelestarian budaya sekaligus peningkatan kesejahteraan para pelaku dan pelestari kuliner tradisional.

"Dengan potensi yang dimiliki, Bandung diharapkan mampu mengangkat gastronomi ke level global dan menjadi salah satu kota yang masuk dalam jejaring kreatif dunia versi Unesco," sambungnya.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sugeng
Berita Lainnya

Bisnis

Wisata
Kuliner