Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

CoEHAR-Unpad: Pendekatan Berbasis Bukti, Bantu Kendalikan Dampak Merokok

Naufal Zuhdi
15/6/2025 22:00
CoEHAR-Unpad: Pendekatan Berbasis Bukti, Bantu Kendalikan Dampak Merokok
Foto bersama para narasumber, usai acara Asia-Pacific Conference on Harm Reduction 2025 yang digelar oleh The Center of Excellence for the Acceleration of Harm Reduction (CoEHAR) bekerja sama dengan Universitas Padjadjaran, di Kota Bandung, Provinsi Jawa B(Dok CoEHAR Unpad)

THE Center of Excellence for the Acceleration of Harm Reduction (CoEHAR) bekerja sama dengan Universitas Padjadjaran (Unpad) menggelar Asia-Pacific Conference on Harm Reduction 2025 yang berlangsung di Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (14/6). 

Konferensi ini menjadi forum strategis dalam memperkuat kolaborasi internasional guna mendorong pendekatan pengurangan bahaya (harm reduction) dan kebijakan berbasis bukti ilmiah sebagai upaya pengendalian dampak merokok

Wakil Rektor Bidang Riset, Kerja Sama, dan Pemasaran Unpad, Prof Rizki Abdulah, menyampaikan kegiatan ini menjadi langkah penting dalam membangun jejaring riset internasional serta memperkuat peran aktif akademisi dalam merumuskan kebijakan kesehatan masyarakat yang berbasis bukti ilmiah. 

Menurutnya, kolaborasi lintas negara yang terbangun melalui forum ini tidak hanya memperkaya perspektif ilmiah, tetapi juga membuka peluang untuk menciptakan inovasi kebijakan yang lebih adaptif dalam pengendalian dampak merokok.

“Indonesia, seperti banyak negara lain di kawasan Asia, saat ini berada pada titik kritis dalam pengendalian tembakau. Maka dari itu, kita memerlukan pendekatan berbasis bukti yang kuat, agar kebijakan publik yang dihasilkan memiliki fondasi yang kokoh dan berdampak nyata,” ujar Rizki dikutip dari siaran pers yang diterima, Minggu (15/6).

Sementara itu, Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi Unpad, Prof. Amaliya, menegaskan urgensi penerapan pendekatan inovatif dalam mengatasi tingginya prevalensi perokok di Indonesia. Ia menilai upaya pengendalian merokok tidak bisa lagi hanya mengandalkan metode konvensional, namun harus didukung hasil riset terkini, strategi harm reduction yang berbasis bukti, serta kolaborasi multidisipliner yang melibatkan akademisi, tenaga kesehatan, pembuat kebijakan, hingga komunitas. 

“Indonesia masih berada di posisi ketiga tertinggi dalam jumlah perokok di dunia. Konferensi ini menjadi kesempatan kita untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, serta menyampaikan gambaran komprehensif dari temuan dan penelitian terbaru tentang merokok dan strategi harm reduction. Tujuan kami adalah untuk meningkatkan pemahaman dan implementasi pendekatan ilmiah dan medis dalam menangani persoalan merokok,” papar Amaliya.

Dalam konferensi ini turut hadir Prof Riccardo Polosa, Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam dari Universitas Catania, Italia, sekaligus pendiri CoEHAR. 

Dalam sambutannya, Polosa menekankan pentingnya sinergi antara upaya berhenti merokok dan pendekatan harm reduction sebagai dua pilar yang saling melengkapi.

“Perlu digarisbawahi bahwa upaya berhenti merokok dan harm reduction bukanlah dua hal yang terpisah, melainkan satu kesatuan yang saling terintegrasi. Tidak ada gunanya memperdebatkan hal-hal kecil yang justru menghambat kemajuan kita dalam upaya pengurangan dampak buruk dari merokok. Kita harus bekerja sama karena tujuannya sama, menyelamatkan nyawa dan membantu mereka yang masih merokok,” tuturnya.

Konferensi ini juga menjadi panggung untuk mempresentasikan berbagai proyek kolaboratif antara Universitas Padjadjaran dan Universitas Catania, salah satunya adalah REPLICA Project. Selain itu, diluncurkan pula program Talent Research Award sebagai bentuk dukungan terhadap kemandirian ilmiah peneliti muda di negara berkembang. Program ini menjadi manifestasi dari visi CoEHAR untuk membina dan memberdayakan ilmuwan lokal agar mampu memimpin riset berstandar global secara mandiri.

“Kami percaya bahwa sains menawarkan solusi nyata. Namun, untuk mengubah sains menjadi dampak nyata bagi masyarakat, kita butuh regulasi yang progresif, kebijakan yang inklusif, dan strategi terpadu yang menyatukan bidang kesehatan, pendidikan, dan inovasi,” pungkas Polosa. (E-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri yuliani
Berita Lainnya