Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Gelombang Protes Kepesertaan Israel di Olimpiade Paris Meluas

Khoerun Nadif Rahmat
24/7/2024 17:29
Gelombang Protes Kepesertaan Israel di Olimpiade Paris Meluas
Seruan memboikot Israel dari Olimpiade Paris 2024(AFP)

MENJELANG Olimpiade Paris, seruan untuk mengusir Israel dari ajang olahraga terbesar di dunia ini terus berlanjut.

Prote tersebut datang dari kelompok-kelompok hak asasi manusia hingga para atlet, tuntutan untuk memboikot Israel atas kekejaman yang terjadi di Jalur Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 39.000 warga Palestina sejak 7 Oktober tahun lalu, terus meningkat.

Komite Olimpiade Palestina mengirimkan surat pada hari Senin (22/7) kepada kepala Komite Olimpiade Internasional (IOC), Thomas Bach, memintanya untuk melarang Israel untuk mengikuti Olimpiade Paris 2024.

Baca juga : ICC Diminta Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Benjamin Netanyahu

Sementara itu, petisi dan kampanye sosial telah mendapatkan momentum. Sebuah petisi yang diluncurkan oleh kelompok hak asasi yang berbasis di Amerika Serikat, Avaaz, mengumpulkan lebih dari 600.000 tanda tangan yang menuntut IOC untuk melarang Israel mengikuti olimpiade hingga pemerintah mereka menghentikan serangannya terhadap warga sipil tak berdosa di Gaza.

Di sisi lain, para aktivis pro-Palestina telah memobilisasi, secara aktif berdemonstrasi di Paris dan di markas IOC di kota Lausanne, Swiss.

Namun, dengan olimpiade yang akan dimulai pada hari Jumat (26/7) waktu Paris dan belum adanya tindakan nyata terhadap Israel, para ahli mendesak aktivisme yang terus berlanjut untuk menentang partisipasi Israel dan ekspresi solidaritas terhadap Gaza selama acara berlangsung.

Baca juga : Deklarasi Faksi Tolak Upaya Israel Usir Rakyat Palestina

Larangan Israel Ikuti Olimpiade

Rebecca O'Keeffe, seorang aktivis perdamaian dan anggota Irish Sport for Palestine, telah mengadvokasi dengan kuat menentang Israel dan meyakini bahwa negara itu harus dilarang dari Olimpiade dan Paralimpiade.

"Selama beberapa dekade, apartheid Israel telah menargetkan, melecehkan, melukai, dan membunuh atlet dan pelatih Palestina, dan hal ini semakin meningkat selama genosida yang sedang berlangsung," kata O'Keefe mengutip Anadolu Anjasi, (24/7).

"Israel juga telah mengubah tempat olahraga Palestina menjadi pusat penahanan massal dan terus bermain di permukiman ilegal."

Baca juga : Jepang Tetapkan Sanksi ke Empat Pemukim Israel

Dia mengkritik IOC karena tetap diam, dan mengatakan bahwa meskipun IOC mengklaim netralitas politik dan tidak akan mengizinkan demonstrasi politik, kenyataan dari sikapnya memperlihatkan standar ganda yang terang-terangan dan moralitas yang tebang pilih.

O'Keefe mengatakan bahwa tindakan sebelumnya yang diambil oleh IOC, termasuk larangan terhadap Afrika Selatan yang menganut sistem Apartheid dan Rusia, menjadi preseden dan memberikan pembenaran yang jelas untuk mengeluarkan Israel dari Olimpiade.

"Ketika Anda mempertimbangkan pelanggaran Israel terhadap Piagam Olimpiade, serta kedua keputusan dari Mahkamah Internasional tentang genosida dan pendudukan ilegal yang masuk akal, ini seharusnya menjadi kasus yang jelas menurut saya," katanya.

Baca juga : Jerman Mengaku tidak Dukung Kebijakan Pendudukan Israel

O'Keefe mengatakan bahwa ia berpikir Israel ingin menggunakan Olimpiade sebagai kesempatan untuk mencuci genosida di wilayah Palestina melalui propaganda yang terang-terangan, promosi nasionalisme Zionis, dan mengikutsertakan para atlet yang pernah atau masih bertugas di Pasukan Pendudukan Israel.

Dengan nada yang sama, analis politik Palestina, Kamel Hawwash mempertanyakan mengapa Israel tidak dilarang dari Olimpiade sementara pasukannya telah membunuh warga Palestina, banyak di antaranya mungkin telah berpartisipasi dalam Olimpiade.

"Saya percaya bahwa berdasarkan catatannya, Israel harus dilarang dari Olimpiade dan setiap upaya untuk mengatakan, 'tidak, tidak boleh dilarang,' sangat keterlaluan dan menunjukkan kurangnya simpati dengan orang-orang Palestina," kata Hawwash.

Dia mengatakan atlet dari negara lain yang telah dilarang, menunjuk ke Rusia dan Belarusia, berkompetisi sebagai pihak yang netral.

"Jika Rusia dilarang, Israel juga harus dilarang, dan itu akan menjadi kesetaraan. Ini tidak akan memilih Israel, tetapi akan menghukumnya atas kejahatannya," kata Hawwash.

Mobilisasi Protes Tolak Israel

Para ahli berpendapat bahwa selama turnamen berlangsung, protes di jalanan akan semakin meningkat.

Jules Boykoff, seorang penulis dan akademisi Amerika yang memiliki bidang penelitian tentang Olimpiade, percaya bahwa demonstrasi dapat meningkat setelah Olimpiade dimulai.

"Para aktivis di Prancis berjanji untuk melakukan protes jalanan yang lebih besar selama periode Olimpiade untuk mengangkat isu keadilan Palestina," kata Boykoff.

Boykoff menyoroti bagaimana IOC dan FIFA, badan sepak bola dunia, telah berusaha keras untuk menghindari pertanyaan tentang penghancuran Gaza oleh Pasukan Pertahanan Israel, dan menambahkan bahwa perilaku mereka telah menjadi munafik dan memalukan. Serta, melanggar semangat dokumen piagam mereka.

"IOC, berdasarkan tindakannya, tampak kebal terhadap permintaan para aktivis, namun protes di jalanan dapat memaksa pertanyaan itu muncul dalam konferensi pers," katanya.

Tekanan dari Negara dan Para Atlet

Para ahli juga menyoroti bagaimana negara-negara peserta dan para atlet dapat memberikan tekanan kepada Israel dan IOC.

Aktivis O'Keefe mengatakan bahwa di dalam IOC, ada seperangkat pedoman tertentu yang menguraikan kebebasan berekspresi para atlet, merekomendasikan pengenalan hak-hak dan bekerja sesuai pedoman tersebut untuk memberikan tekanan jika memungkinkan.

"Para atlet dan negara juga dapat meminta para politisi mereka untuk mengadvokasi dan memobilisasi atas nama mereka, dan badan-badan olahraga nasional dapat mengeluarkan pernyataan kepada IOC," kata O'Keefe.

Para pendukung dan penonton dapat mengikuti gerakan BDS, menandatangani petisi, mengirim email kepada organisasi yang menuntut tindakan, bergabung dalam protes, dan memboikot sponsor komersial.

Di sisi lain, analis Hawwash percaya bahwa negara-negara harus memboikot Olimpiade. Ia menambahkan, bahwa beberapa negara juga melakukan hal ini ketika Olimpiade diadakan di Rusia beberapa tahun yang lalu dan para atlet berpartisipasi dalam kapasitas mereka sendiri

"Jadi, bukan hal yang baru untuk mengatakan bahwa negara-negara akan memboikot Olimpiade jika Israel ikut serta," kata Hawwash.

"jika banyak negara memutuskan untuk melakukan hal itu, komite olimpiade internasional harus mempertimbangkan untuk melarang atlet-atlet israel untuk berpartisipasi."

Hawwash menyebutkan bagi banyak atlet, memilih untuk tidak ikut serta dalam pertandingan akan menjadi sikap moral yang berada di sisi yang benar dalam sejarah.

Analis politik itu mengatakan bahwa mereka tidak perlu khawatir tentang kemungkinan sanksi dan larangan seperti yang dihadapi di masa lalu oleh para atlet yang menolak bertanding melawan atlet-atlet Israel:

"jika mereka diberi sanksi oleh komite olimpiade internasional, maka itu berarti komite olimpiade internasional menghukum dua kali lipat rakyat palestina: Pertama, dengan mengizinkan Israel untuk berpartisipasi dan kemudian menghukum mereka yang menentang kejahatan Israel dan yang akan menarik diri dari kompetisi dengan orang Israel," kata Hawwash.

Solidaritas Bagi Warga Palestina

Para ahli juga berbicara tentang bagaimana para peserta dapat mengekspresikan solidaritas dengan Palestina.

Hawwash mengatakan bahwa begitu bendera Palestina dikibarkan pada pembukaan Olimpiade akan menyulut dukungan dari banyak pihak. "Saya yakin akan ada suara yang paling terdengar untuk menyemangati dan merayakan tim Palestina yang ada di sana," katanya.

Hal itu, dijelaskan Hawwash, akan menjadi cara yang paling terlihat untuk menunjukkan dukungan, dengan seluruh pengunjung stadion yang berdiri. Adapun cara lainnya untuk menunjukkan dukungan, ialah selalu membawa bendera Palestina bagi setiap delegasi negara lain pada sebuah pertandingan.

"Ini semua adalah cara-cara nyata untuk mendukung Palestina. Negara-negara yang mendukung Palestina dapat mengundang tim Palestina ke negara mereka untuk menunjukkan solidaritas mereka setelah pertandingan selesai dan hal itu akan memberikan respon terbaik kepada Israel bahwa mereka bukanlah korban," tutur Hawwash.

"Itu adalah orang-orang Palestina yang menjadi korban, tetapi orang-orang Palestina berjalan dengan bangga dan tinggi, mengangkat bendera mereka dan berkompetisi untuk menang," ungkapnya. (Z-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putra Ananda
Berita Lainnya