Headline
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
DOKTER spesialis gizi klinis Astrine Permata Leoni mengatakan seseorang yang menjalani diet vegetarian dapat menurunkan risiko terkena penyakit kardiovaskular karena tidak mengonsumsi protein hewani yang mengandung lemak.
"Dengan adanya vegetarian ini, karena tidak mengonsumsi protein hewani lemaknya otomatis, kan, turun, konsumsi sayuran yang banyak diharapkan kebutuhan seratnya jadi bisa terpenuhi," ucap dokter spesialis gizi klinis dari Instalasi Pelayanan Gizi RSUP Nasional Dr Cipto Mangunkusumo, saat diskusi kesehatan yang diikuti secara daring, Senin (2/10).
Selain menurunkan risiko penyakit kardiovaskular atau penyakit jantung, vegetarian bisa menjadi salah satu diet yang dilakukan dalam keseharian dengan manfaat menurunkan indeks massa tubuh dan membantu menurunkan kadar gula darah dalam tubuh.
Baca juga : Ini Sebabnya Camilan Larut Malam Tidak Baik Bagi Kesehatan
Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menjalani diet vegetarian, antara lain dorongan dari diri sendiri dan menganut kepercayaan yang mengharuskan tidak mengonsumsi protein dari hewani.
Secara umum, Astrine menyebutkan ada beberapa jenis vegetarian, seperti lacto vegetarian, yaitu orang yang tidak mengonsumsi makanan yang mengandung daging, ikan, unggas dan telur tetapi masih mengonsumsi makanan produk olahan susu seperti keju, yoghurt, mentega, dan susu.
Selanjutnya ada ovo vegetarian yaitu orang yang tidak mengonsumsi daging, ikan, unggas dan produk olahan susu, tapi, masih bisa mengonsumsi telur. Selain itu ada lactoovo vegetarian tidak mengonsumsi semua jenis daging, tapi, mengonsumsi telur dan susu.
Baca juga : Warga Diminta tidak Hanya Perhatikan BMI Namun Juga Lingkar Perut
Sementara itu, orang yang menjadi vegan murni tidak mengonsumsi daging, ikan, unggas, telur maupun susu serta produk olahan susu lainnya.
"Ada semi vegetarian dan flexitarian yang masih sesekali mengonsumsi daging ikan unggas dan produk olahan susu namun dalam jumlah yang sedikit," kata Astrine.
Astrine mengatakan dalam menjalani diet vegetarian angka kecukupan gizi dari protein hewani bisa digantikan dari kandungan protein nabati. Tetapi, ada zat-zat gizi tertentu yang tidak bisa digantikan protein nabati seperti zat besi, yang paling tinggi ada di protein hewani seperti daging.
Baca juga : Anda Sedang Diet? Jangan Musuhi Karbohidrat
Meskipun zat besi bisa didapatkan dari protein nabati seperti bayam, sayuran brokoli, tetapi, nilai ketersediaan zat besi yang terkandung didalamnya lebih rendah daripada protein hewani, sehingga bisa menyebabkan kekurangan zat besi.
"Dampaknya bisa terjadi kekurangan zat besi atau defisiensi zat besi, kemudian kalau jangka panjangnya bisa mengalami kekurangan darah atau anemia," kata dokter lulusan Universitas Diponegoro itu.
Selain itu, orang yang menjalankan diet vegetarian murni bisa saja mengalami kekurangan kalsium dan vitamin D karena tidak mengonsumsi produk susu, terlebih bagi orang-orang yang tinggal di daerah dengan matahari yang lebih sedikit.
Baca juga : Ini Tips Diet Bagi Pasien Hipertensi
Astrine menyarankan bagi orang yang ingin mencoba melakukan diet vegetarian, mereka bisa berkonsultasi terlebih dahulu dengan tenaga kesehatan untuk mencari tahu apakah ada penyakit penyerta yang dapat berpengaruh jika menjalani diet itu.
Jika ingin menerapkan diet vegetarian, seseorang bisa mulai menjadi lactoovo vegetarian, yaitu masih bisa mengonsumsi protein hewani seperti telur dan susu sebagai salah satu alternatif pemenuhan kebutuhan protein ataupun zat besi.
Selama menjalani diet vegetarian, Astrine juga menyarankan untuk terus melakukan aktivitas fisik, mencukupi konsumsi air mineral dan menghindari kebiasaan merokok.
Baca juga : Asupan Protein yang Berlebih Bisa Pengaruhi Fungsi Ginjal
Bagi lansia, diharapkan tidak menjalani diet vegetarian jika tidak ada keharusan dan tetap memenuhi nutrisi dengan gizi seimbang. Lansia tidak dianjurkan menjadi vegetarian karena berisiko mengalami berkurangnya masa otot dan membutuhkan asupan protein hewani yang lebih banyak.
"Sekiranya kepercayaannya tidak mengharuskan vegetarian, bisa mengonsumsi atau menggunakan pola makan gizi seimbang yaitu tercukupi makanan pokok yaitu protein hewani, protein nabati, sayur, buah dan juga air dan makanan beragam," kata Astrine.
Dia juga meminta lansia yang ingin mencoba vegetarian untuk berkonsultasi kepada dokter untuk melihat apakah memiliki penyakit penyerta. (Ant/Z-1)
Nasi sering disalahkan sebagai penyebab naiknya berat badan dan gula darah. Padahal, jika dikonsumsi dengan bijak, nasi tetap bisa menjadi bagian dari pola hidup sehat. Simak faktanya.
Diet yang mengurangi asupkan kalori secara ekstrem, bisa berdampak serius pada kesehatan mental.
Usai liburan, banyak orang merasa bersalah karena pola makan tersebut dan berujung pada niat untuk detoks atau diet ketat untuk menurunkan berat badan.
Musim hujan bukan halangan untuk diet. Temukan 5 makanan hangat rendah kalori namun bergizi tinggi.
Enggak perlu diet aneh-aneh, diet OMAD, ketogenik, OCD. Selama orang itu melakukan diet yang seimbang dan dilakukan jangka panjang, hasilnya jauh lebih bagus.
Agar tak bingung, soal jenis, kuantitas, dan kualitas yang nutrisi sesuai dengan karakter tubuh kita, kamu bisa manfaatkan fitur Met-U lewat aplikasi U by Prodia.
Ahli gizi dari Universitas Gadjah Mada Pratiwi Dinia Sari mengatakan menjaga keseimbangan pola makan sehat dan menerapkan gaya hidup sehat bisa dilakukan selama liburan.
Studi isotop seng ungkap megalodon bukan hanya pemangsa paus, tapi pemakan oportunistik dengan pola makan beragam untuk penuhi kebutuhan energinya.
Jika selama ini anak-anak sering diberi asupan makanan yang tinggi gula, tinggi karbohidrat, dan rendah protein, rendah lemak, itu yang memicu terjadinya reaksi peradangan,
Diet sehat yang kaya serat dan nutrisi dapat melindungi tubuh dari pembentukan sel-sel kanker.
Diabetes berpeluang terjadi pada ibu hamil yang tidak menerapkan pola makan sehat, termasuk pada ibu hamil yang tidak memiliki riwayat diabetes dalam keluarga.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved