Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Sinyal Buruk Ekonomi Lesu

22/3/2025 05:00

MENJELANG Hari Raya Idul Fitri, harapan masyarakat untuk berbelanja dan memenuhi kebutuhan Lebaran mulai memudar. Di tengah lonjakan kebutuhan, konsumsi masyarakat pada Lebaran kali ini tidak seperti biasanya.

Sektor ritel, yang biasanya dipenuhi dengan keramaian menjelang Idul Fitri, kini menghadapi kenyataan pahit. Pengusaha ritel mengeluhkan penurunan transaksi barang konsumsi yang tidak setinggi edisi Lebaran sebelumnya.

Sejumlah pelaku usaha di sektor ritel mengeluhkan anjloknya daya beli. Tidak sedikit toko dan pusat perbelanjaan yang sepi pengunjung, padahal momentum Lebaran merupakan puncak konsumsi masyarakat. Banyak konsumen yang mulai menahan belanja mereka, lebih memilih untuk mengutamakan kebutuhan pokok daripada membeli barang non-esensial.

Daya beli rakyat yang kian tergerus mencerminkan ketimpangan yang semakin besar antara kondisi ekonomi makro dan kenyataan di lapangan. Bahkan, perputaran uang selama Ramadan dan Lebaran tahun ini diperkirakan tak setinggi tahun sebelumnya. Hal itu akan berimbas pada perputaran ekonomi di daerah maupun nasional.

Indikator pelemahan daya beli ini terjadi pada berbagai aspek. Pertama, jika melihat data Mandiri Spending Index (MSI), pada nilai belanja masyarakat terjadi perlambatan di satu minggu menjelang Ramadan yakni ke 236,2. Pola itu merupakan anomali karena tidak terjadi di tahun-tahun sebelumnya.

Merosotnya impor barang konsumsi jelang Ramadan 1446 Hijriah menjadi indikasi bahwa daya beli masyarakat tengah lesu. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor barang konsumsi senilai US$1,47 miliar pada Februari 2025, turun 10,61% jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar US$1,64 miliar.

Bahkan, secara tahunan, nilai impor barang konsumsi merosot lebih dalam, yakni turun 21,05% ketimbang tahun sebelumnya yang sebesar US$1,86 miliar. Penurunan impor barang konsumsi menunjukkan permintaan masyarakat akan barang konsumsi sedang rendah.

Indikator lainnya yakni hasil riset dari Kementerian Perhubungan yang menyebutkan bahwa jumlah pemudik pada Lebaran 2025 berpotensi turun menjadi 146,48 juta jiwa, setara dengan 52% dari populasi Indonesia. Jumlah itu anjlok 24% jika dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai 193,6 juta orang, atau sekitar 71,7% dari jumlah penduduk Indonesia.

Penurunan jumlah pemudik ini jelas indikasi kuat bahwa ekonomi rakyat tidak lebih baik daripada tahun lalu. Saat ini masyarakat cenderung memilih membelanjakan uang untuk kebutuhan paling pokok, terutama pada masyarakat kelas menengah ke bawah.

Terlebih dengan banyaknya perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), membuat masyarakat banyak yang menahan belanja atau melakukan belanja tapi untuk kebutuhan primer.

Pelemahan daya beli ini juga bisa terlihat dari penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) yang anjlok pada Januari 2025. Laporan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat bahwa penerimaan PPN dalam negeri turun menjadi Rp2,58 triliun pada awal 2025 dari Rp35,6 triliun pada Januari 2024.

Namun, yang lebih memprihatinkan dari indikator-indikator tersebut ialah kurangnya respons yang komprehensif dari pemerintah terhadap permasalahan ini. Tidak ada langkah nyata yang cukup signifikan untuk mengatasi lesunya daya beli masyarakat.

Bahkan, ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambruk pada selasa (18/3), selama 6 jam tidak ada 'tangan' pemerintah yang menenangkan keadaan. Hanya Wakil Ketua DPR bersama rombongan Komisi XI DPR yang terlihat menyambangi Bursa Efek Indonesia (BEI). Kondisi itu bisa dipersepsikan masyarakat sebagai lemahnya sense of crisis pemerintah.

Ketika pasar modal ambruk, masyarakat dan pelaku pasar terpaksa menunggu selama 6 jam tanpa adanya respons atau solusi dari pemerintah. Keputusan-keputusan penting yang seharusnya bisa memberikan kejelasan kepada masyarakat justru tidak segera hadir, menambah rasa ketidakpastian di tengah krisis.

Pemerintah seharusnya bisa lebih peka terhadap gejala-gejala ekonomi yang ada dan segera turun tangan untuk mencari solusi jangka pendek dan jangka panjang. Pemerintah harus segera mengeluarkan kebijakan yang dapat merangsang daya beli masyarakat. Tidak ada lagi waktu untuk menunggu.

Pemerintah mesti segera mengembalikan optimisme dalam menghadapi masa depan ekonomi yang lebih baik agar semua ekspektasi rakyat yang memang tinggi bisa diwujudkan, bukan terasa kabur.

 



Berita Lainnya
  • Jangan Gembos Hadapi Tannos

    17/6/2025 05:00

    GENAP lima bulan Paulus Tannos ditangkap lembaga antikorupsi Singapura, Corrupt Practices Investigation Bureau (CPIB).

  • Berebut Empat Pulau

    16/6/2025 05:00

    PEREBUTAN empat pulau antara Provinsi Aceh dan Sumatra Utara belakangan menyesaki ruang informasi publik.

  • Bertransaksi dengan Keadilan

    14/6/2025 05:00

    KEADILAN di negeri ini sudah menjadi komoditas yang kerap diperjualbelikan. Hukum dengan mudah dibengkokkan.

  • Tidak Usah Malu Miskin

    13/6/2025 05:00

    ADA petuah bijak bahwa angka tidak pernah berbohong. Dalam bahasa Inggris, petuah itu berbunyi numbers never lie.

  • Gaji Tinggi bukan Jaminan tidak Korupsi

    12/6/2025 05:00

    PERILAKU koruptif lebih didorong hasrat ketamakan dalam diri pelakunya (corruption by greed) ketimbang karena kebutuhan.

  • Upaya Kuat Jaga Raja Ampat

    11/6/2025 05:00

    SUDAH semestinya negara selalu tunduk dan taat kepada konstitusi, utamanya menjaga keselamatan rakyat dan wilayah, serta memastikan hak dasar masyarakat dipenuhi.

  • Vonis Ringan Koruptor Dana Pandemi

    10/6/2025 05:00

    UPAYA memberantas korupsi di negeri ini seperti tidak ada ujungnya. Tiap rezim pemerintahan mencetuskan tekad memberantas korupsi.

  • Membagi Uang Korupsi

    09/6/2025 05:00

    PERILAKU korupsi di negeri ini sudah seperti kanker ganas. Tidak mengherankan bila publik kerap dibuat geleng-geleng kepala oleh tindakan culas sejumlah pejabat.

  • Jangan Biarkan Kabinet Bersimpang Jalan

    07/6/2025 05:00

    DI tengah kondisi ekonomi yang sedang tidak baik-baik saja, soliditas di antara para punggawa pemerintah sangat dibutuhkan.

  • Jangan Lengah Hadapi Covid-19

    05/6/2025 05:00

    DALAM semua kondisi ancaman bahaya, kepanikan dan kelengahan sama buruknya. Keduanya sama-sama membuahkan petaka karena membuat kita tak mampu mengambil langkah tepat.

  • Merawat Politik Kebangsaan

    04/6/2025 05:00

    PANCASILA telah menjadi titik temu semua kekuatan politik di negeri ini.

  • Obral Nyawa di Tambang Rakyat

    03/6/2025 05:00

    JATUHNYA korban jiwa akibat longsor tambang galian C Gunung Kuda di Cirebon, Jawa Barat, menjadi bukti nyata masih amburadulnya tata kelola tambang di negeri ini.

  • Melantangkan Pancasila

    02/6/2025 05:00

    PANCASILA lahir mendahului proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Tujuannya untuk memberi landasan langkah bangsa dari mulai hari pertama merdeka.

  • Penegak Hukum Tonggak Kepercayaan

    31/5/2025 05:00

    CITRA lembaga penegak hukum dan pemberantasan korupsi di negeri ini masih belum beranjak dari kategori biasa-biasa saja.

  • Palestina Merdeka Tetap Syarat Mutlak

    30/5/2025 05:00

    PERNYATAAN Presiden Prabowo Subianto soal kemungkinan membuka hubungan diplomatik dengan Israel jika negara itu mengakui negara Palestina merdeka sangat menarik.

  • Keadilan Pendidikan tanpa Diskriminasi

    29/5/2025 05:00

    SEMBILAN hakim di Mahkamah Konstitusi (MK) lagi-lagi membuat geger. Kali ini, mereka menyasar sistem pendidikan yang berlangsung selama ini di Tanah Air.