Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
MEGAPROYEK pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) pada awalnya adalah sebuah mimpi indah. Dicanangkan pada Maret 2022, IKN diproyeksikan dapat menggantikan Jakarta sebagai ibu kota negara Indonesia sebelum Presiden ke-7 RI Joko Widodo lengser dari jabatannya pada Oktober 2024.
Namun, pada perjalanannya, kiranya IKN lebih tepat disebut mimpi yang dipaksakan. Pemaksaan itu kentara betul dalam setiap prosesnya. Undang-undang untuk payung hukum pembangunan ibu kota baru itu, misalnya, dikebut pembuatannya. Dimulai dari surat presiden tertanggal 29 September 2021 mengenai RUU Ibu Kota Negara, tak sampai empat bulan RUU tersebut sudah disahkan menjadi undang-undang oleh DPR pada 18 Januari 2022.
Pun, dalam soal anggaran pembangunan IKN yang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 disebutkan mencapai Rp466 triliun. Meski dalam perencanaan tersebut tidak semua anggaran untuk IKN murni berasal dari APBN, tetap saja dalam kondisi fiskal negara yang belum sepenuhnya pulih akibat hantaman pandemi covid-19, anggaran itu sangat membebani keuangan negara.
Semua yang dipaksakan pasti akan berujung buruk. IKN pun sama, meskipun belum sampai ujung pembangunan, imbas ketidakpastiannya sudah dirasakan saat ini. IKN seperti maju kena, mundur kena. Ibarat buah simalakama, dimakan bapak mati, tidak dimakan ibu mati.
Kalau tetap diteruskan dengan pola dan skema pendanaan yang lama, pembangunan IKN akan menghabiskan puluhan bahkan ratusan triliun rupiah anggaran negara. Untuk saat ini, anggaran sebesar itu mestinya lebih pantas digunakan buat program-program menyejahterakan masyarakat miskin, alih-alih dipakai membiayai proyek semacam itu. Sebaliknya, bila pembangunan IKN tidak dilanjutkan atau dibiarkan mangkrak, sudah triliunan rupiah pula anggaran negara yang telah digelontorkan. Akan menjadi langkah yang amat mubazir jika opsi tersebut yang dipilih.
Karena itu, pemerintahan Presiden Prabowo Subianto mesti pandai, tapi juga tegas, dalam mengambil kebijakan terkait dengan kelanjutan nasib IKN. Setidak-tidaknya, seperti yang juga diusulkan oleh Partai NasDem, pastikan dulu status Ibu Kota Nusantara itu, apakah akan benar-benar ditetapkan menjadi ibu kota negara menggantikan Jakarta atau tidak.
Jika IKN ditetapkan sebagai ibu kota negara, presiden hendaknya segera menerbitkan keputusan presiden (keppres) yang mengesahkan pemindahan ibu kota dari DKI Jakarta ke IKN. Urusan keppres ini memang menjadi salah satu bola panas IKN yang dilemparkan Presiden Jokowi kala itu kepada penggantinya, Presiden Prabowo, untuk menandatanganinya.
Berbarengan dengan keppres pemindahan ibu kota itu, NasDem juga mengusulkan agar diterbitkan pula keppres tentang pemindahan kementerian/lembaga dan aparatur sipil negara (ASN) secara bertahap ke IKN. Lalu, aktifkan infrastruktur yang telah dibangun dengan menempatkan wakil presiden serta kementerian/lembaga prioritas sebagai pionir. Kehadiran wakil presiden di IKN dianggap penting untuk memimpin pemerataan pembangunan nasional.
Akan tetapi, apabila pemerintah memilih untuk menunda sekaligus mengevaluasi menyeluruh rencana pemindahan ibu kota, sebaiknya keluarkan perintah moratorium pembangunan di wilayah itu. Tujuannya tidak lain untuk menghemat sekaligus mendukung kebijakan efisiensi anggaran negara yang sejak awal tahun ini ditetapkan.
Pilihan kedua tersebut kiranya lebih realistis mengingat pemerintahan Prabowo juga memiliki sejumlah program prioritas yang magnitude untuk masyarakat kecilnya besar, seperti pengadaan makanan bergizi gratis dan sekolah rakyat. Program-program tersebut tentu membutuhkan dana yang besar, bahkan amat besar, tetapi impaknya juga sangat besar terhadap pembangunan kualitas manusia Indonesia. Berbeda dengan IKN yang lebih menonjolkan pembangunan fisik.
Kini, keputusan ada di tangan Presiden Prabowo, apakah akan meneruskan kisah mimpi yang dipaksakan itu atau menundanya sembari mengkaji dan menguji ulang urgensi IKN serta menghitung kembali manfaat dan mudaratnya.
PROSES legislasi Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Hukum Acara Pidana menunjukkan lagi-lagi DPR dan pemerintah mengabaikan partisipasi publik.
DIBUKANYA keran bagi rumah sakit asing beroperasi di Indonesia laksana pedang bermata dua.
AKHIRNYA Indonesia berhasil menata kembali satu per satu tatanan perdagangan luar negerinya di tengah ketidakpastian global yang masih terjadi.
BARANG oplosan bukanlah fenomena baru di negeri ini. Beragam komoditas di pasaran sudah akrab dengan aksi culas itu.
DPR dan pemerintah bertekad untuk segera menuntaskan revisi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Semangat yang baik, sebenarnya.
PERSAINGAN di antara para kepala daerah sebenarnya positif bagi Indonesia. Asal, persaingan itu berupa perlombaan menjadi yang terbaik bagi rakyat di daerah masing-masing.
DALAM dunia pendidikan di negeri ini, ada ungkapan yang telah tertanam berpuluh-puluh tahun dan tidak berubah hingga kini, yakni ganti menteri, ganti kebijakan, ganti kurikulum, ganti buku.
JULUKAN ‘permata dari timur Indonesia’ layak disematkan untuk Pulau Papua.
Indonesia perlu bersikap tegas, tapi bijaksana dalam merespons dengan tetap menjaga hubungan baik sambil memperkuat fondasi industri dan diversifikasi pasar.
IDAK ada kata lain selain miris setelah mendengar paparan PPATK terkait dengan temuan penyimpangan penyaluran bantuan sosial (bansos).
KEJAKSAAN Agung (Kejagung) bukan lembaga yang menakutkan. Terkhusus bagi rakyat, terkecuali bagi penjahat.
PEMERINTAHAN Presiden Prabowo Subianto tampaknya mulai waswas melihat prospek pencapaian target pertumbuhan ekonomi 8% pada 2028-2029.
LAGI dan lagi, publik terus saja dikagetkan oleh peristiwa kecelakaan kapal di laut. Hanya dalam sepekan, dua kapal tenggelam di perairan Nusantara.
MEMBICARAKAN kekejian Israel adalah membicarakan kekejian tanpa ujung dan tanpa batas.
SINDIRAN bahwa negeri ini penyayang koruptor kian menemukan pembenaran. Pekik perang terhadap korupsi yang cuma basa-basi amat sulit diingkari.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved