Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
PERAN kaum cendekiawan atau intelektual amat krusial dalam menentukan sejarah perjalanan bangsa ini. Bahkan, berdirinya republik ini juga tidak lepas dari buah pikir kalangan cerdas cendekia seperti Sukarno, Hatta, maupun Syahrir. Sebagai kaum terpelajar, kala itu mereka sadar ada kesewenang-wenangan dari penguasa dan berupaya melawannya, bahkan rela masuk penjara.
Begitu juga dengan yang terjadi hari ini. Jika para guru besar dari berbagai perguruan tinggi resah dengan kondisi karut-marut yang terjadi di negeri ini, itu berarti ada yang salah dan memang sudah menjadi tugas mereka untuk mengingatkannya.
Mereka kembali lantang bersuara, lantaran ada pihak-pihak yang coba mengkhianati demokrasi untuk kepentingan pribadi. Mereka pun mengingatkan para elite akan pentingnya menjaga etika dan moral ketimbang urusan menang-kalah untuk kepentingan elektoral.
Secara bergantian, sivitas akademika dan guru besar dari sejumlah perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, itu melempar pesan kepada elite agar serius meluruskan demokrasi yang berjalan menyimpang. Terbaru pada Kamis (14/3) lalu, sejumlah guru besar dari berbagai universitas di Jabodetabek berkumpul di Kampus UI Salemba. Intinya mereka menuntut agar pemerintah dapat menegakkan konstitusi, memulihkan hak kewargaan dan peradaban berbangsa. Sebelumnya, kalangan guru besar dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta juga menyerukan soal pentingnya penegakan etika dan demokrasi yang kian menyimpang di negeri ini.
Seruan para intelektual itu bukanlah mengada-ada. Mereka melihat etika dan moral secara kasat mata memang telah diselewengkan, terutama dalam pelaksanaan pesta demokrasi yang lalu. Sudah semestinya pemerintah mendengarkan seruan dari kalangan kampus ini. Mendengar berarti tidak sekadar menganggap suara mereka sekadar bagian dari demokrasi, melainkan mengevaluasi dan menghentikan segala bentuk penyimpangan itu.
Biar bagaimana pun mereka memiliki tanggung jawab yang sama dalam membentuk watak bangsa, seperti halnya para elite dan pemuka agama.
Kaum cendekiawan bukanlah mereka yang berumah di atas angin. Meski kerap dianggap sosok suci yang mendakwahkan kebenaran, ia tetaplah menjejak bumi sebagai penjaga moral kehidupan bermasyarakat.
Pemerintah tidak perlu alergi dengan kritik mereka. Intinya, kaum intelektual itu hanya ingin penyelenggaraan negara berjalan dengan semestinya; menjunjung demokrasi, serta menghargai moralitas dan etika, bukan untuk menggulingkan penguasa. Pemerintah harus mendengarkan seruan itu, karena merekalah suluh yang menerangi kehidupan di masyarakat.
ESKALASI konflik antara Iran dan Israel tidak menunjukkan tanda-tanda surut.
KITA sebenarnya sudah kenyang dengan beragam upaya manipulasi oleh negara. Namun, kali ini, rasanya lebih menyesakkan.
GENAP lima bulan Paulus Tannos ditangkap lembaga antikorupsi Singapura, Corrupt Practices Investigation Bureau (CPIB).
PEREBUTAN empat pulau antara Provinsi Aceh dan Sumatra Utara belakangan menyesaki ruang informasi publik.
KEADILAN di negeri ini sudah menjadi komoditas yang kerap diperjualbelikan. Hukum dengan mudah dibengkokkan.
ADA petuah bijak bahwa angka tidak pernah berbohong. Dalam bahasa Inggris, petuah itu berbunyi numbers never lie.
PERILAKU koruptif lebih didorong hasrat ketamakan dalam diri pelakunya (corruption by greed) ketimbang karena kebutuhan.
SUDAH semestinya negara selalu tunduk dan taat kepada konstitusi, utamanya menjaga keselamatan rakyat dan wilayah, serta memastikan hak dasar masyarakat dipenuhi.
UPAYA memberantas korupsi di negeri ini seperti tidak ada ujungnya. Tiap rezim pemerintahan mencetuskan tekad memberantas korupsi.
PERILAKU korupsi di negeri ini sudah seperti kanker ganas. Tidak mengherankan bila publik kerap dibuat geleng-geleng kepala oleh tindakan culas sejumlah pejabat.
DI tengah kondisi ekonomi yang sedang tidak baik-baik saja, soliditas di antara para punggawa pemerintah sangat dibutuhkan.
DALAM semua kondisi ancaman bahaya, kepanikan dan kelengahan sama buruknya. Keduanya sama-sama membuahkan petaka karena membuat kita tak mampu mengambil langkah tepat.
PANCASILA telah menjadi titik temu semua kekuatan politik di negeri ini.
JATUHNYA korban jiwa akibat longsor tambang galian C Gunung Kuda di Cirebon, Jawa Barat, menjadi bukti nyata masih amburadulnya tata kelola tambang di negeri ini.
PANCASILA lahir mendahului proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Tujuannya untuk memberi landasan langkah bangsa dari mulai hari pertama merdeka.
CITRA lembaga penegak hukum dan pemberantasan korupsi di negeri ini masih belum beranjak dari kategori biasa-biasa saja.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved