Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Ketika Kekuasaan Merasuki Kompetisi

Suryopratomo Pemerhati Sepak Bola
24/8/2024 05:00
Ketika Kekuasaan Merasuki Kompetisi
Suryopratomo Pemerhati sepak Bola(MI/SENO)

LIGA Primer sejak pekan lalu sudah kembali bergulir. Manchester City memulai perjalanan mereka untuk meraih gelar juara lima kali berturut turut. Itu prestasi yang belum pernah bisa dilakukan klub Inggris lainnya, bahkan ketika musim lalu menjadi juara untuk keempat kali secara beruntun.

Pelatih Josep Guardiola merasa yakin akan bisa menutup kariernya di 'the Citizens' dengan manis. Musim ini mungkin menjadi musim terakhir bagi pelatih asal Spanyol itu untuk menangani Manchester City.

Kelebihan dari Guardiola ialah ia sangat cermat dan detail mempersiapkan tim asuhannya tampil di kompetisi. Untuk musim kali ini, ia menarik pemain muda asal Brasil yang disebut sebagai salah satu dari 60 pemain muda yang berpotensi menjadi bintang besar. Nama pemain baru itu ialah Savio Moreira de Oliveira atau biasa dipanggil Savinho.

Baca juga : Danke und Auf Wiedersehen Juergen Klopp!

Pemain yang dibina sejak usia 14 tahun oleh Atletico Mineiro itu menunjukkan bakat yang luar biasa. Tidak mengherankan ia terpilih menjadi tim Brasil U-15 dan memenangi Kejuaraan Amerika Selatan.

Bakat besar itulah yang membuat perusahaan Abu Dhabi, City Football Group, meliriknya. Pada 30 Juni 2022 ia dikontrak CFG dengan bayaran 6,5 juta pound sterling dan 'dititipkan' kepada klub Prancis, Troyes.

Selama dua tahun Savinho kemudian dipinjamkan kepada PSV Eindhoven junior dan kemudian PSV. Bahkan musim lalu bintang muda masa depan Brasil itu dipinjamkan lagi ke Girona, Italia.

Baca juga : Hiburan Biru Muda dan Biru setelah Pemilu

Seperti kita ketahui, CFG yang dimiliki Keluarga Kerajaan Uni Emirat Arab dan dioperasikan Wakil Presiden UEA Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan. CFG memiliki beberapa klub sepak bola di dunia mulai dari Eropa, Amerika, Jepang, dan Tiongkok. Salah satu yang dimiliki ialah Manchester City.

Klub-klub milik CFG dijadikan tempat menyimpan pemain-pemain terbaik sebelum kemudian dimasukkan ke Manchester City. Seperti kantong kanan-kantong kiri, Savinho mulai musim ini dimasukkan ke 'the Citizens'. Di atas kertas nilai transfernya disepakati 30,8 juta pound sterling.

 

Baca juga : Jadwal Final untuk Manchester City

Melanggar aturan

Cara-cara yang dilakukan Manchester City itu dianggap sebagai pelanggaran peraturan keuangan Liga Primer. Pelanggaran itu sudah mereka lakukan sejak musim kompetisi 2009/2010 atau 14 tahun yang lalu.

Sepanjang 14 tahun tercatat 115 pelanggaran yang dilakukan Manchester City khususnya berkaitan dengan laporan keuangan. Manajemen Manchester City, misalnya, tidak melaporkan secara akurat gaji yang dibayarkan kepada Roberto Mancini saat menjadi pelatih periode 2009-2013.

Baca juga : Peninggalan Yaya Toure untuk Manchester City

Manajemen Manchester City dinilai melanggar aturan berkaitan profit and sustainability revenue (PSR) antara 2015-2018. Selain itu, mereka tidak memenuhi kaidah financial fair play yang ditetapkan UEFA untuk kompetisi Liga Champions 2013/2014, 2014/2015, dan 2017/2018.

Isu itu bahkan sempat dibahas di parlemen Inggris. Liga Primer dinilai tidak berani tegas dan bertindak adil. Berulangkali Liga Primer menjatuhkan sanksi kepada Everton berupa denda dan pemotongan poin, tetapi tidak kepada the Citizens.

Liga Primer berani menghukum Newcastle United dan mengharuskan klub tersebut menjual salah satu pemain andalan mereka karena pengeluaran belanja pemain lebih tinggi dari pendapatan. Padahal, Newcastle dimiliki Pangeran Arab Saudi Mohammad bin Salman.

Sepertinya pengaruh putra Kerajaan UEA membuat Liga Primer tidak berani bertindak tegas. Apalagi isu yang muncul bahwa pemerintah Inggris pun tidak mau sampai hubungan di antara kedua negara terganggu oleh kasus Manchester City.

Manajemen Manchester City semakin jemawa karena mereka bisa menyewa para pengacara terbaik dunia untuk membela kepentingan mereka. Chairman Manchester City Khaldoon al-Mubarak merupakan CEO dari Mubadala Wealth Fund. Ia mengelola aset senilai US$300 miliar. Khaldoon menjadi operator kepentingan Sheikh Mansour.

Kepada seorang pengacaranya, Khaldoon pernah sesumbar, "Saya siap mengeluarkan sampai US$30 juta untuk menyewa 50 pengacara terbaik dunia untuk menjaga kepentingan saya selama 10 tahun ke depan."

Dengan pengacara-pengacara hebat yang ia sewa, Khaldoon pernah mematahkan keputusan UEFA untuk menghukum the Citizens. Sanksi yang dijatuhkan UEFA mereka patahkan melalui Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) sehingga Manchester City bisa melenggang sampai sekarang.

 

Kekuasaan negara

Presiden La Liga Javier Tebas menilai penganuliran hukuman yang pernah dijatuhkan kepada UEFA oleh CAS merupakan preseden yang buruk. Bagaimana sebuah aturan permainan yang dimaksudkan untuk menjaga sportivitas olahraga diubah menjadi permainan pasal-pasal hukum dan bisnis.

Menurut Tebas, kasus yang melibatkan Manchester City menunjukkan betapa berbahayanya kekuasaan politik di dalam olahraga. The Citizens bukan lagi hanya sebuah klub sepak bola, melainkan juga ketika ada uang negara masuk di dalamnya berubah menjadi pusat kekuasaan. Kepentingan negara menjadi bagian utama dari kebijakan klub.

Dengan power yang dimiliki klub, mereka bisa melawan keputusan yang dianggap merugikan mereka. Bahkan kekuasaan itu dipakai untuk memengaruhi pemerintahan yang membawahi kompetisi liga negara itu.

Pelatih Manchester City Pep Guardiola bukan tidak mendengar berbagai isu yang menerpa klub yang ia tangani. Namun, ia masih memercayai apa yang disampaikan manajemen the Citizens bahwa tidak ada pelanggaran yang dilakukan.

“Setiap kali isu ini muncul, saya selalu menanyakan kebenarannya. Sejauh ini mereka selalu menjelaskan dan saya memercayainya. Tetapi saya selalu sampaikan, 'Kalau kalian berbohong, besoknya saya tidak akan ada di sini lagi. Saya akan keluar dan tidak akan pernah mau berteman lagi dengan kalian',” jelas Pep Guardiola.

Kepala Eksekutif Richard Masters menegaskan pihaknya akan menerapkan peraturan apa adanya. Ia yakin tidak akan ada keberatan terhadap keputusan yang diambil karena pertemuan dengan pimpinan klub Liga Primer sudah sepakat bahwa peraturan harus ditegakkan dan dihormati semua pihak.

Sidang pembahasan kasus Manchester City akan dimulai pada 15 September mendatang. Tim hakim yang akan memeriksa kasus itu sudah ditetapkan dan akan memulai sidang.

Kita tunggu saja hasil dari persidangan kasus Manchester City. Apakah Inggris akan mampu menegakkan aturan seperti yang dikenal selama ini? Ataukah karena pengaruh kekuasaan dan kekuatan uang, hukum bisa dikompromikan? Dewi hukum selama ini matanya selalu tertutup karena ia tidak pernah melihat siapa yang sedang ia proses kasus hukumnya.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik