Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
DIREKTUR Eksekutif Indo Barometer M. Qodari mengatakan rencana pertemuan presiden terpilih Prabowo Subianto dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri terganjal sikap ambigu PDIP yang memberikan dua sinyal berbeda.
Menurutnya, pada sisi pertama peluang kedua tokoh itu bertemu masih terbuka lebar sebagaimana sikap yang ditunjukkan Puan Maharani, tetapi pada sisi lainnya justru terhalang oleh Megawati sendiri.
“Peluang itu tentu sangat-sangat terbuka walaupun sebetulnya pada hari ini ada semacam dua pesan yang muncul dari Teuku Umar," ujar Qodari yang dikutip, Sabtu (13/4).
Baca juga : Publik Dukung Upaya Pertemuan Jokowi dan Megawati
"Misalnya kalau kita lihat Harian Kompas beberapa hari yang lalu itu di halaman pertama ada berita mengenai Mbak Puan ketemu dengan Pak Prabowo dalam rangka menjajaki pertemuan Prabowo dengan Megawati, tetapi di halaman dalam ada artikel opini yang atas nama atau ditulis oleh Ibu Megawati yang isinya itu banyak menyerang Pak Jokowi,” ucapnya.
"Saya melihatnya bahwa sebetulnya ada kemungkinan Ibu Megawati atau PDI Perjuangan mau berkoalisi dengan Pak Prabowo, tetapi tidak mau ada Pak Jokowi. Saya melihat di situlah kemudian letak kerumitan atau kerepotannya," sambungnya.
Qodari menambahkan, antara Jokowi dan Prabowo merupakan satu tim yang tidak bisa dipisahkan. Sehingga, hal itu nampaknya Megawati tidak begitu berkenan atas hubungan harmonis keduanya.
Baca juga : Pengamat: Prabowo Bisa Jembatani Pertemuan Megawati dan Jokowi
“Karena saya melihat Pak Prabowo ini dengan Pak Jokowi itu satu tim dan kita lihat bagaimana keakraban Pak Jokowi dengan Pak Prabowo kan luar biasa ya dalam beberapa hari ini," ungkap Qodari
"Misalnya ke istana negara saja sampai dua kali, hari pertama datang hari kedua juga datang, dan kita bisa lihat foto itu diunggah oleh Pak Prabowo dalam Instagram resminya termasuk juga pertemuan dengan Mas Gibran dan keluarga,” jelasnya.
Qodari menilai bola panas kini berada di tangan Prabowo untuk menentukan arah apakah ingin tetap berjalan bersama Presiden Jokowi atau memilih berkoalisi dengan Megawati.
Baca juga : Tidak Gelar Open House, Rumah Megawati Hanya Dikunjungi Kerabat Terdekat
“Jadi tugas sejarah Pak Prabowo untuk menentukan istilahnya beliau akan jalan bareng dengan Pak Jokowi atau jalan bareng dengan Ibu Mega? Saya melihatnya seperti itu,” ucapnya.
Lanjut Qodari, upaya Prabowo untuk merangkul Megawati sudah beberapa kali dicoba. Seperti mengutus Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Rosan Roeslani yang bertemu Megawati di kediamannya di Teuku Umar, Jakarta Pusat.
Namun, kabarnya respon dari Megawati tetap 'keukeuh' seakan mau menerima rekonsiliasi dengan syarat tanpa adanya ikut campur Presiden Jokowi.
Baca juga : Rencana Pertemuan Prabowo Puan Jadi Pintu Awal Masuknya PDIP
“Soal adanya Rosan datang ke Teuku Umar itu bagian dari pesan-pesan rekonsiliasinya tetapi juga ada sebetulnya pesan sekali lagi yang ambigu ya karena di sisi yang lain itu ada pesan penolakan juga terutama kepada Pak Jokowi,” jelasnya.
Qodari memprediksi keinginan Megawati itu tidak akan tercapai seperti yang diharapkan, pasalnya Prabowo dan Presiden Jokowi sudah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, atau bahasa lainnya ia menyebutnya sebagai Dwi Tunggal dalam mengelola Indonesia ke depan.
“Sementara seperti saya bilang bahwa Pak Jokowi dan Pak Prabowo pada hari ini saya lihat adalah satu kesatuan atau boleh dibilang bahkan sebagai Dwi Tunggal dalam mengelola Indonesia ke depan begitu,” katanya.
Lebih lanjut Qodari menyampaikan signal yang konsisten hanya datang dari hubungan Prabowo dan Presiden Jokowi yang terus terjalin harmonis dalam momentum hari raya Idul Fitri.
“Jadi kita dapat dua pesan di situ, pesan yang konsisten menurut saya cuma datang dari Pak Prabowo dan Pak Jokowi, kenapa saya sebut konsisten karena Prabowo dua kali datang ke Istana ketemu Pak Jokowi terus dan akrab, lalu kemudian sorenya Mas Gibran datang ke Kertanegara, kediaman Pak Prabowo dan bertemu dengan Pak Prabowo,” bebernya.
Sedangkan signal yang ditunjukkan Megawati kepada Prabowo masih ambigu, meskipun Qodari menilai tidak ada masalah pribadi antara Megawati dan Prabowo namun terhalang hubungan yang tidak harmonis Megawati dengan Presiden Jokowi.
“Yang konsisten ketemu itu adalah Jokowi dan Prabowo sementara di sisi yang lain Teuku Umar atau Ibu Mega itu PDI Perjuangan mau ketemu dengan Pak Prabowo, tetapi tidak mau ada Pak Jokowi di situ,” jelasnya.
Lebih jauh Qodari menyampaikan jika pada Pilpres 2014 – 2019 kemarin yang ditunggu adalah pertemuan antara Prabowo dan Presiden Jokowi, pada Pilpres 2024 ini yang ditunggu adalah pertemuan Prabowo dan Megawati meskipun dalam kontestasi Prabowo melawan Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.
“Tahun 2024 ini justru yang ditunggu itu pertemuan Pak Prabowo dengan Ibu Mega, sebetulnya kalau tanpa dalam tanda kutip embel-embel soal Pak Jokowi ya saya kira pasti pertemuan itu sudah terlaksana. Tetapi karena ada masalah Pak Jokowi lalu kemudian seolah-olah Pak Prabowo ini dipaksa memilih antara Ibu Mega atau Pak Jokowi,” ungkapnya.
Qodari memprediksi Prabowo sulit melepas Presiden Jokowi pada pemerintahannya 5 tahun mendatang karena yang menjadi wakil presiden adalah putra sulung dari Presiden Jokowi sendiri yaitu Gibran Rakabuming Raka sebagai pengikat di antara keduanya.
“Saya kira memang itu hampir-hampir sangat sulit ya karena Pak Prabowo ini kan pemerintahannya 2024-2029 kan bersama dengan Mas Gibran. Jadi rasanya hampir-hampir gak mungkin tidak melibatkan Mas Gibran garis miring Pak Jokowi di pemerintahan 2024-2009,” tukas Qodari. (Z-8)
SEKJEN PDIP Hasto Kristiyanto resmi bebas dari penjara setelah mendapatkan amnesti dari Presiden Prabowo Subianto. Posisi Hasto sebagai Sekjen PDIP kemudian menimbulkan pertanyaan.
Jika pemerintah benar, maka PDIP akan mendukung dan melakukan program tersebut. Namun, jika kurang benar, maka PDIP akan memberikan alternatif solusi
Hasto mengaku senang mendapatkan kabar itu. Dia langsung mengucap syukur. Hasto juga mengaku senang karena merasa terus didukung oleh Ketua Umum PDIP Megawati Sekarnoputri.
Lili Romli menilai ada dilema di PDIP saat Megawati Soekarnoputri kembali terpilih sebagai Ketua Umum PDIP periode 2025-2030 dalam Kongres ke-6 PDIP di Bali, sebab tak ada figur kuat lain
KETUA DPP PDIP Said Abdullah membantah anggapan bahwa pemberian amnesti kepada Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto bersifat transaksional.
SIKAP politik PDIP terhadap pemerintahan Prabowo Subianto akan ditentukan besok, Sabtu (2/8) dalam rangkaian Kongres ke-6 PDIP di Bali
Pemberian amnesti Hasto Kristiyanto dan abolisi Tom Lembong disebut membuat hubungan Presiden Prabowo Subianto dan Presiden ke-7 RI Joko Widodo atau Jokowi makin berjarak.
AUFA Luqmana,17, membeli mobil pikap Esemka bekas, untuk membuktikan keseriusan gugatannya atas wanprestasi Presiden ke-7 Jokowi
Kenapa Jokowi melakukan itu? Kenapa dia malah membuka front pertempuran politik dan menambah musuh baru? Panikkah dia?
Ketua Fraksi Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas menekankan Partai Demokrat tidak pernah berurusan dengan polemik ijazah palsu Presiden Joko Widodo atau Jokowi
Rampai Nusantara menekankan pentingnya publik untuk kembali pada diskursus yang membangun.
"Saya lihat dari tahun 2014 sampai tahun ini, kasus-kasus kebakaran hutan ini sudah sangat menurun sekali. Sudah menurun hampir 80-85 persen," kata Gibran.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved