Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

OTT

Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group
11/5/2016 05:30
OTT
(thinkstock)

SINGKATAN itu bukan kepanjangan operasi tangkap tangan seperti yang sering dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). OTT yang dimaksud di sini ialah over the top. Layanan OTT sekarang ini banyak kita gunakan karena kita pakai dalam mengirimkan data, informasi, atau multimedia melalui jaringan internet. Kita pasti akan lebih mudah memahami OTT kalau menyebut Google, Facebook, Whatsapp, atau layanan seperti Go-Jek, Uber, dan Grab. Kehadiran mereka memudahkan masyarakat dalam berkomunikasi. Kita sering kagum kepada teknologi. Namun, kekaguman itu tidak menggugah kita untuk ikut mengeksplorasi.

Kita cukup puas dengan kemudahannya dan akhirnya hanya menjadi pengguna. Beda jauh dengan, misalnya, bangsa Tiongkok, Jepang, atau Korea. Ketika fenomena OTT mulai muncul, mereka tidak hanya terpaku kepada teknologi semata. Mereka melihat juga dari kacamata politik, ekonomi, dan sosial. Di balik OTT ada ideologi yang bisa memengaruhi persoalan keamanan dan kedaulatan. Oleh karena faktor ancamannya terlihat, mereka melakukan pembatasan. Namun, karena perkembangan teknologi tidak mungkin dibendung, yang mereka persiapkan ialah manusianya. Mereka dorong warga untuk mengembangkan layanan dan aplikasi layanan sendiri agar OTT nasional bisa bersaing dengan
OTT asing.

Hasilnya, ketiga bangsa itu tidak hanya menjadi pengguna dan pasar semata. Mereka tidak hanya memiliki aplikasi sendiri yang ada di negara lain sehingga layanan mereka berskala global. Inilah yang berbeda dengan kita di Indonesia. Kita membiarkan OTT asing merajalela di sini. Mereka diperbolehkan melakukan kegiatan yang membawa keuntungan bagi mereka, tanpa harus membayar kewajiban. Menarik apa yang disampaikan Ketua Masyarakat Telematika Indonesia Kristiono dalam menyikapi OTT. Kita jangan hanya melihat aktivitas seperti yang dilakukan Uber atau Grab dari kacamata teknologi.

Kedua layanan itu tidak ada hubungannya dengan teknologi. Yang harus pemerintah lihat ialah perbuatan hukum yang mereka lakukan. Dengan cara pandang seperti itu, tidak perlu mendikotomikan antara online dan offl ine. Pemerintah tidak perlu gamang dalam menerapkan aturan. Tetap saja jalan dengan kebijakan yang ada dan menjaga kepentingan nasional. Kalau Presiden Joko Widodo meminta kita agar tidak hanya menjadi pasar, yang harus didorong ialah bagaimana munculnya OTT lokal. Kalau Tiong kok punya Wechat, Korea memiliki Kakao, Jepang mempunyai Mixi, kita pun harus melahirkan aplikasi khas Indonesia. Kalaupun ingin masuk Indonesia, pemain asing harus membuka perusahaan mereka di Indonesia, seperti Tiongkok yang memaksa ada ‘Chinese Yahoo’ atau ‘Chinese Google’.

Ketidakmampuan kita untuk melihat dengan horizon yang jauh ke depan membuat bangsa ini tergagap-gagap. Kita membiarkan negara ini begitu terbuka terhadap lalu lintas data dan informasi. Akibatnya, kita membiarkan modal terbang ke luar. Padahal, menurut Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, bisnis OTT di Indonesia sekarang ini bisa mencapai US$830 juta per tahun. Oleh karena kita tergagap-gagap, aturan pun tidak tersiapkan. Sekarang ini Kemenkominfo baru menyusun rancangan peraturan pemerintah tentang OTT.

Padahal, bisnis sudah berjalan begitu cepat dan OTT asing sudah lama merajalela di Indonesia. Tentu tidak ada kata terlambat. Kita bisa mengatasi ketertinggalan. Namun, kita harus jelas akan masa depan yang ingin didapatkan dari kehadiran OTT. Itulah yang akan menjadi pegangan baik dalam penyusunan regulasi maupun mendorong hadirnya OTT nasional. Kita jangan menjadi korban, tetapi harus menjadi pemenang dalam era ekonomi digital.



Berita Lainnya
  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.