Headline

Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.

Dunia kian Lara

24/6/2025 05:00
Dunia kian Lara
Ade Alawi Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

Ketidakpuasan bukan karena tidak terpenuhinya hirarki lima kebutuhan dasar manusia dalam hierarchy of needs theory-nya Abraham Maslow (1943), melainkan karena ketamakan untuk mendapatkan lebih dari apa yang sudah dimiliki.

Tak mengherankan jika muncul konflik, gesekan, hingga berujung perang untuk menguasai pihak lain dengan tujuan memperluas wilayah atau sumber daya ekonomi.

Perluasan wilayah, meskipun secara sumber daya ekonomi nihil, tetap dianggap penting untuk menunjukkan eksistensi kekuasaan. Terlebih bila wilayah yang ingin dikuasai itu memiliki sumber daya ekonomi yang melimpah, segala cara akan ditempuh untuk menguasai wilayah tersebut.

Tradisi perang sudah ada sejak baheula, dari abad ke abad, seiring dengan perjalanan kehidupan manusia. Perang pertama dalam sejarah manusia ialah Pertempuran Megiddo antara Mesir Kuno dan Kerajaan Kanaan, yang terjadi pada abad ke-15 SM.

Seiring dengan meningkatnya peradaban manusia, perlengkapan perang terus bertransformasi ke arah yang lebih modern. Demikian pula strategi dan metode perang berubah.

Perang terjadi sebelum Masehi, setelah Masehi, atau setelah 1 Hijriah, hingga muncul Perang Dunia I dan II. Selain itu, setelah Perang Dunia II mencuat pula Perang Dingin (Cold War), yakni ketegangan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet tanpa pertempuran terbuka.

Ketegangan yang melibatkan dua negara adidaya itu berupa perlombaan senjata, perang perwakilan (proxy war), propaganda, politik, ekonomi, dan persaingan ideologi Blok Barat, AS (kapitalisme/liberalisme) dan Blok Timur, Uni Soviet (Uni Soviet).

Perang demi perang, Perang Dunia I (1914-1918) dan Perang Dunia II (1939-1945), membangkitkan kesadaran di kalangan bangsa yang terjajah, seperti Indonesia. Juga, muncul kesadaran untuk menciptakan perdamaian.

Karena itu, lahirlah Piagam Atlantik yang diteken Presiden AS Franklin D Roosevelt dan Perdana Menteri Inggris Winston Churchill pada 14 Agustus 1941 di atas kapal perang Kerajaan Inggris, HMS Prince of Wales, di perairan Samudra Atlantik.

Piagam Atlantik atau Atlantic Charter berisikan tidak ada lagi penaklukan wilayah, adanya hak menentukan nasib sendiri, kerja sama ekonomi, pengurangan rintangan perdagangan, kebebasan dari rasa takut, dan perlucutan senjata pascaperang.

Piagam Atlantik yang awalnya diteken 26 negara sekutu kemudian mendapat dukungan dari banyak negara sehingga mendorong pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1 Januari 1942.

Terlebih Liga Bangsa-Bangsa (LBB) yang didirikan pada 10 Januari 1920, hasil perjanjian Perdamaian Versailles pada 1919, yang mengakhiri Perang Dunia I bak macan ompong alias gagal mencegah terjadinya Perang Dunia II.

Berdirinya PBB ditandai dengan diresmikannya Piagam PBB pada 26 Juni 1945 di San Francisco, AS. Piagam PBB hanya diteken lima negara (the big five), yakni Amerika Serikat, Uni Soviet (Rusia), Prancis, Republik Rakyat Tiongkok, dan Inggris.

Mereka ialah pemenang Perang Dunia II yang berhasil mengalahkan kekuatan Poros (Jerman, Italia, dan Jepang) selama Perang Dunia II. Kelima negara itu dianggap kekuatan utama dalam menjaga perdamaian dan keamanan internasional. Sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB, mereka memiliki hak veto untuk menolak atau membatalkan suatu resolusi yang diajukan di Dewan Keamanan PBB.

Alih-alih mengakselerasi penyelesaian konflik, hak veto acap kali menghambat PBB dalam mengambil tindakan cepat dan efektif untuk mengakhiri pelanggaran hak asasi manusia, agresi militer, dan ancaman lainnya terhadap perdamaian global.

Kini, sebanyak 193 negara anggota PBB hanya bisa menonton berbagai konflik yang terjadi, seperti Rusia-Ukraina, dan merajalelanya Israel dalam pembantaian dan genosida di Gaza, Palestina.

Belum selesai agresi di Gaza, negeri zionis itu juga menyerang Iran melalui operasi yang bersandi Rising Lion atau Singa yang Bangkit pada Jumat (13/6) pagi.

Serangan militer Israel besar-besaran itu melibatkan 200 jet tempur yang menyerang sekitar 100 target di berbagai wilayah Iran. Operasi itu tak hanya bertujuan melumpuhkan infrastruktur nuklir dan militer Iran, tetapi juga membunuh delapan elite militer dan enam ilmuwan nuklir Tanah Persia.

Meski diwanti-wanti sejumlah negara dan warga AS untuk tidak terlibat dalam konflik Israel-Iran, AS akhirnya tak tahan cawe-cawe dengan membombardir tiga fasilitas nuklir di Fordow, Natanz, dan Isfahan, Iran.

Presiden Donald Trump menyebutkan serangan tersebut sangat berhasil dan sebagai momen bersejarah bagi AS, Israel, dan dunia. 'Iran sekarang harus setuju untuk mengakhiri perang ini', kata tulis Trump di Truth Social.

Iran tidak tinggal diam, ratusan rudal canggih nan mutakhir meluncur dengan meluluhlantakkan sejumlah target militer, ekonomi, dan pemerintahan di Israel.

Dalam menyikapi serangan AS, Iran menyatakan setiap tentara dan warga AS di Timur Tengah akan dianggap sebagai target yang sah. Dengan demikian, pangkalan militer AS yang tersebar di 19 lokasi di Timur Tengah dalam lampu kuning.

Di antaranya delapan Pangkalan Militer AS tetap bercokol di Bahrain, Mesir, Irak, Yordania, Kuwait, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.

Pangkalan militer yang berfungsi sebagai pusat operasi, logistik, intelijen, dan pengamanan berbagai kepentingan AS di Timteng dioperasikan sekitar 50 ribu personel militer.

Dengan keterlibatan 'Negeri Paman Sam', perang Israel-Iran semakin berkobar. Iran bersiap menggandeng sekutu mereka, Rusia, untuk membalas serangan ke AS.

Gayung bersambut, Presiden Rusia Vladimir Putin siap membantu rakyat Iran sembari menilai serangan AS ke Iran tak beralasan.

Alhasil, perang Israel-Iran berpotensi menyulut perang dunia ketiga. Eskalasi geopolitik, krisis ekonomi global, harga minyak dunia melonjak melambungkan inflasi, termasuk di Tanah Air. Dunia musakat.

Presiden Prabowo Subianto yang menekankan prinsip netralitas 'Seribu teman terlalu sedikit. Satu musuh terlalu banyak' jangan bosan mengajak seluruh simpul kekuatan dunia untuk mengakhiri perang Israel-Iran.

Terpenting, tak boleh ada negara di atas Piagam PBB dan hukum humaniter internasional.

Jika kita tidak mengakhiri perang, perang akan mengakhiri kita. Memento vivere. Tabik!



Berita Lainnya
  • Maaf

    14/8/2025 05:00

    KATA maaf jadi jualan dalam beberapa waktu belakangan. Ia diucapkan banyak pejabat dan bekas pejabat dengan beragam alasan dan tujuan.

  • Maksud Baik untuk Siapa?

    13/8/2025 05:00

    ADA pejabat yang meremehkan komunikasi. Karena itu, tindakan komunikasinya pun sembarangan, bahkan ada yang menganggap asal niatnya baik, hasilnya akan baik.

  • Ambalat dalam Sekam

    12/8/2025 05:00

    BERBICARA penuh semangat, menggebu-gebu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan akan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

  • Blokir Rekening di Ujung Lidah

    11/8/2025 05:00

    KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.

  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.