Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Lebih Enak Jadi Wamen

13/6/2025 05:00
Lebih Enak Jadi Wamen
Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian. Tanggung jawabnya pasti lebih besar, tapi panggung dia untuk berkarya atau menonjolkan citra juga tak kalah besar.

Kalau kinerja kementeriannya bagus, kontribusi sang menteri akan menjadi yang pertama kali dilihat dan dihargai orang. Sebaliknya bila kementeriannya bekerja tidak becus, dia juga yang akan pertama kali menjadi sasaran kritik, sekaligus (mungkin) akan masuk list presiden untuk di-reshuffle.

Bagaimana dengan wamen? Namanya juga wakil, di mana-mana akan menjadi nomor dua. Secara alamiah, wamen tidak akan terlalu terlihat, baik peran maupun kontribusinya. Bisa saja mengambil jalan nonalamiah, si wamen digosok-gosok, dikatrol-katrol supaya terlihat menonjol. Namun, itu tentu membutuhkan energi dan dana yang besar. Tidak semua wamen mau dan mampu melakukannya.

Lalu apakah menjadi wamen tidak menyenangkan? Tidak sesederhana itu juga menyimpulkannya. Mau tidak terlihat, tidak menonjol, atau sekadar dianggap sebagai nomor dua, tetap saja mereka ialah pejabat tinggi negara. Minimal, derajat mereka sebagai warga negara akan naik. Kalau ada pengastaan warga negara, mereka mungkin masuk golongan first class.

Belum lagi soal gaji dan fasilitas yang mereka terima tentu juga tidak main-main. Level pendapatan mereka sudah 'negara', bukan lagi sekadar gaji pengurus ormas, kelompok relawan, atau parpol, tempat kebanyakan wamen saat ini berasal.

Ada satu hal lagi yang membuat posisi wamen bahkan lebih menarik ketimbang menteri. Wamen bisa rangkap jabatan menjadi komisaris korporasi pelat merah alias BUMN, dan itulah yang kini terjadi dengan amat masif. Puluhan wamen terpasang namanya di jajaran komisaris sejumlah BUMN, beberapa di antaranya bahkan menjadi komisaris utama.

Dari banyak 'jalur' yang tersedia untuk bisa menembus posisi komisaris BUMN, tampaknya 'jalur wamen' kini yang paling kuat. Sedikitnya ada 23 wamen di Kabinet Merah Putih yang rangkap jabatan di BUMN. Ada yang memang sudah duduk jadi komisaris sebelum ia menjabat wamen, tetapi jauh lebih banyak yang masuknya belakangan setelah jadi wamen.

Teranyar ialah Wamen Kebudayaan Giring Ganesha yang ditunjuk menjadi komisaris anak usaha PT Garuda Indonesia, yakni PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia (GMF Aero Asia). Sebelumnya ada Wamen Perumahan dan Kawasan Permukiman Fahri Hamzah yang masuk jajaran Komisaris PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) dan Wamen Komunikasi dan Digital Angga Raka Prabowo sebagai Komisaris Utama PT Telkom Indonesia (persero) Tbk.

Secara regulasi, boleh-tidaknya wamen rangkap jabatan di BUMN masih jadi perdebatan. Pemerintah, yang belakangan banjir kritik gara-gara itu, berdalih rangkap jabatan tersebut tidak melanggar Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 80/PUU-XVII/2019 yang merujuk pada Pasal 23 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara.

Putusan itu memang menyisakan celah, di situ tidak tertulis eksplisit larangan bagi wakil menteri merangkap jabatan. Yang tertulis hanyalah larangan untuk menteri. Celah itulah yang kemudian ditafsirkan pemerintah bahwa wamen boleh melakoni profesi lain di luar tugasnya di kementerian.

Di sisi lain, banyak pihak menilai, meskipun dalam amar putusan MK tidak ada penegasan boleh-tidaknya wakil menteri merangkap jabatan, semestinya larangan yang melekat pada menteri otomatis juga melekat pada wamen. Apalagi, dalam pertimbangan hukumnya, MK sebetulnya juga menyatakan larangan merangkap jabatan bagi menteri seharusnya juga berlaku bagi wakil menteri.

Di luar perdebatan soal sah atau tidaknya wamen rangkap jabatan tersebut, praktik seperti itu sesungguhnya amat tidak elok. Baik secara etis maupun tata kelola kenegaraan. Wamen, sebagaimana menteri, ialah regulator, mereka punya kewenangan regulatif dan pengawasan. Lalu bagaimana rumusnya kalau orang yang sama justru ditempatkan sebagai bagian dari korporasi yang seharusnya mereka awasi?

Fungsi regulator seharusnya tidak boleh bercampur dengan fungsi operator. Itu tidak hanya berpotensi menimbulkan konflik kepentingan, tapi juga kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan.

Jangan-jangan, dalam pengelolaan perusahaan nantinya, kepentingan pribadi atau kelompok dari si pejabat yang merangkap komisaris itu justru lebih menonjol ketimbang kepentingan negara. Siapa pula yang bisa menjamin bahwa mereka tidak akan melupakan posisi sebagai pelayan publik dan malah lebih asyik mengurusi korporasi?

Akan tetapi, selama aturan yang tertuang dalam UU Kementerian Negara itu belum direvisi dan dibiarkan abu-abu, tampaknya pemerintah bakal tetap bergeming. Lagi pula deretan wamen yang menunggu giliran dapat jabatan di BUMN masih banyak. Bukan mustahil nanti mereka akan dibuatkan semacam job fair untuk posisi komisaris perusahaan-perusahaan negara. Mantap, kan?

Amat jomplang kondisinya dengan para pencari kerja yang saat ini setengah mati mendapatkan pekerjaan. Ikut job fair berharap dapat peluang kerja malah dibohongi. Konon, sebagian job fair yang diadakan cuma formalitas, perusahaan jadi peserta job fair sekadar memenuhi kewajiban, tidak benar-benar mencari pegawai baru. Kalaupun job fair-nya serius, lalu si pencari dapat pekerjaan, ia juga mesti langsung berhadapan dengan upah rendah. Ruwet.

Jadi, ada paradoks yang teramat kontras. Di satu bagian, negara seolah membiarkan rakyat bertarung sendirian mencari pekerjaan tanpa dukungan berarti, tapi pada bagian lain, negara malah 'mencarikan' pekerjaan tambahan buat mereka yang sudah punya jabatan tinggi. Duh, enak betul, sih, jadi wakil menteri. Jadi pengin.



Berita Lainnya
  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.