Headline

Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.

Koperasi dan Barca

24/5/2025 05:00
Koperasi dan Barca
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

KOPERASI itu gerakan. Ibarat klub sepak bola, gerakan koperasi itu mirip klub Barcelona. Klub dari Catalan, Spanyol, itu dari rakyat dan milik rakyat. Begitu pula seyogianya koperasi. Barca ialah kolektivitas dan kedaulatan rakyat karena klub itu dimiliki para socios, dengan satu orang satu suara. Tidak ada oligarki di balik layar.

Barca bertolak belakang dengan Real Madrid, seteru abadi mereka. Klub ibu kota Spanyol itu kerap dilambangkan sebagai kekuasaan dan patronase. Klub dengan Florentino Perez sebagai presiden itu klub elite, yang dalam sejarahnya bahkan pernah didukung rezim diktator Franco.

Karena itu, bagi sebagian pecinta Barca, kemenangan Lamine Yamal dan kawan-kawan atas Madrid kerap diimajinasikan sebagai kemenangan rakyat atas kekuasaan. Ia kemenangan orang banyak (imajinasi kolektif) atas struktur kuasa yang mapan. Ia sebentuk harapan bahwa kemenangan tidak memerlukan komplotan, tidak butuh oligarki. Ia semacam penegasan bahwa kekuasaan bisa didistribusikan.

Kemenangan Barca, oleh sebagian pecinta mereka, dimaknai sebagai bentuk 'mencegah demokrasi patronase berbasis oligarki'. Dalam gambaran besar ideologi ekonomi, kemenangan itu seperti kesuksesan untuk tidak takluk atas hegemoni kapitalisme. Barca, yang digerakkan socios, menolak takluk oleh los galacticos yang dibentuk kuasa modal.

Dengan demikian, seperti itulah koperasi. Ibarat tokoh penyeru, ia serupa Marx, Gramsci, Paulo Freire, Gunnar Myrdal, Tan Malaka, terutama Bung Hatta. Koperasi kerap dianggap, mestinya, sebagai 'penantang serius' kapitalisme. Itu disebabkan koperasi bukan lahir dari rahim kekuasaan, oligarki, atau pemilik modal.

Semestinya, dengan spirit seperti itu, koperasi bisa menjadi andalan untuk menggerakkan ekonomi masyarakat. Namun, sayang, dalam praktiknya, sistem koperasi banyak yang tidak berkembang. Bahkan, di Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir, koperasi kerap dicap menyusahkan masyarakat. Kasus Koperasi Indosurya, misalnya, malah mengeruk uang nasabah sebesar Rp106 triliun, tanpa berimbas pada kekuatan dan kelangsungan ekonomi anggota mereka.

Koperasi sebetulnya mampu untuk berkembang menjadi besar. Bila spirit mereka sama, ideologi gerakan mereka serupa, dan aksi antara anggota dan pengurus mereka sinergis, koperasi benar-benar bisa menjadi penantang serius dan cara ampuh mewujudkan pemerataan ekonomi.

Di dunia, kita bisa menengok Koperasi Mondragon sebagai inspirasi. Aset Koperasi Mondragon mencapai lebih dari 33 miliar euro, atau hampir sekitar Rp600 triliun. Mondragon mempekerjakan 85 ribu orang, memproduksi berbagai barang konsumsi dan barang modal, serta memiliki pendapatan tahunan hampir 15 miliar euro, atau nyaris Rp200 triliun.

Koperasi itu terdiri dari hampir 100 koperasi pekerja, dengan 141 pabrik di 37 negara, dan 53 bisnis komersial serta pemasaran di 150 negara. Mondragon ialah koperasi pekerja yang didirikan pada 14 April 1956 di Kota Mondragon, Spanyol, atas inisiatif pastor bernama Jose Maria Arizmendiarrieta. Karena pilihan gerakan ekonominya koperasi, asas kekeluargaan dan kerja sama pun didahulukan.

Sejak awal berdiri, Mondragon sangat menekankan kedua asas itu. Asas itu terlihat pada kebijakan dan sikap para pengurus dan anggota mereka. Tidak seperti perusahaan dan koperasi lain, kekuasaan di tubuh Mondragon tidak lewat jumlah saham, tetapi berdasarkan suara para anggota atau pekerja. Akibatnya, jika ingin membuat kebijakan baru di bidang strategis dan gaji, misalnya, 80 ribu pengurus akan dimintai suara satu per satu. Persis seperti Barcelona dengan socios mereka.

Memang lama, tetapi itu berguna untuk menyerap seluruh masukan agar tidak ada yang tidak disenangi. Nick Rome dalam tulisan berjudul How Mondragon Became the World's Largest Co-Op (2022) di The New Yorker menyebut tidak ada kekuasaan tunggal di tubuh Mondragon.

Semuanya sama rata dan sama rasa. Pekerja menganggap diri mereka ialah bos, dan bos menganggap diri mereka juga pekerja. Artinya mereka sama-sama paham fungsi kerja masing-masing sehingga tidak ada kesenjangan di antara keduanya.

Di negeri ini, jumlah koperasi sangat banyak. Jumlah koperasi yang aktif pada 2024 lebih dari 131 ribu unit. Satu dekade lalu, bahkan hampir 210 ribu. Dari total koperasi yang aktif tersebut, Kementerian Koperasi mencatat bahwa nilai keseluruhan aset mencapai Rp254,7 triliun, alias sepertiga aset Koperasi Mondrago. Namun, dari ratusan ribu koperasi itu, kurang dari 30% yang bergerak di sektor riil. Lebih dari 70% bergerak di bidang simpan pinjam.

Dengan kondisi seperti itu, masih jauh panggang dari api kita membayangkan koperasi di negeri ini bisa menyerupai Mondrago, bisa seperti Barcelona, atau sesuai dengan cita-cita Bung Hatta. Koperasi masih jadi ajang berebut akses modal. Kepentingan elite masih dirasakan ketimbang kepentingan para anggota.

Apakah pembentukan 80 ribu koperasi merah putih yang diinisiasi pemerintah bisa menjawab tantangan itu? Sayangnya, pembentukan koperasi merah putih itu dari atas, dari kekuasaan. Ia bukan gerakan dari rakyat. Ia jelas bukan Barca yang ditentukan socios, bukan pula sejenis Koperasi Mondrago, yang diinisiasi dan digerakkan dari bawah, tanpa campur tangan kekuasaan.



Berita Lainnya
  • Ibadah bukan Ladang Rasuah

    16/8/2025 05:00

    LADANG ibadah malah dijadikan ladang korupsi.

  • Maaf

    14/8/2025 05:00

    KATA maaf jadi jualan dalam beberapa waktu belakangan. Ia diucapkan banyak pejabat dan bekas pejabat dengan beragam alasan dan tujuan.

  • Maksud Baik untuk Siapa?

    13/8/2025 05:00

    ADA pejabat yang meremehkan komunikasi. Karena itu, tindakan komunikasinya pun sembarangan, bahkan ada yang menganggap asal niatnya baik, hasilnya akan baik.

  • Ambalat dalam Sekam

    12/8/2025 05:00

    BERBICARA penuh semangat, menggebu-gebu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan akan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

  • Blokir Rekening di Ujung Lidah

    11/8/2025 05:00

    KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.

  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.