Headline

Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.

V untuk Korupsi

24/4/2025 05:00
V untuk Korupsi
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

NEGERI ini semakin aneh saja. Anomali pun kian menjadi, termasuk ihwal penyikapan terhadap korupsi. Tidak sedikit dari mereka yang tersandung rasywah, bukannya merasa bersalah, mereka justru memperlihatkan ekspresi bungah.

Korupsi ialah aib memalukan, amat memalukan. Ia perbuatan tercela, termasuk kejahatan luar biasa. Ironisnya, korupsi kerap disikapi dengan cara-cara yang biasa, dianggap seolah sebagai sesuatu yang lumrah. Itulah yang terjadi ketika sejumlah orang tersandung kasus korupsi.

Deretan peristiwa menunjukkan bagaimana tersangka korupsi seakan tanpa beban. Montase foto para tersangka rasywah dengan raut semringah, dengan senyum mengembang di bibir, kiranya mengonfirmasi bahwa kehidupan bernegara kita terjerembap di titik nadir.

Marilah kita tengok ke belakang ketika para pewarta foto memotret para tersangka atau terdakwa kasus korupsi. Aneka rupa ekspresi wajah terdokumentasi. Ada yang tampak bersedih, ada yang datar-datar saja, ada yang menunduk dengan raut penyesalan. Ekspresi-ekspresi itu wajar, sudah semestinya. Namun, tak sedikit pula yang tersenyum, bahkan tertawa. Kalau yang seperti ini, tentu tak normal.

Eks Ketua Umum PPP Romahurmuziy pernah melakukan itu. Senyumnya mengembang ketika dikerubungi wartawan setelah ditetapkan KPK sebagai tersangka perkara seleksi jabatan di Kementerian Agama. Politikus Partai Golkar Idrus Marham juga. Dia tersenyum seusai menjalani pemeriksaan di Gedung KPK beberapa tahun silam. Pun dengan politikus PAN yang mantan Wakil Ketua DPR, Taufik Kurniawan. Demikian halnya mantan Wakil Ketua Komisi VII DPR dalam kasus suap proyek pembangunan PLTU Riau-1 Eni Maulani Saragih. Setali tiga uang, bekas Ketua DPR Setya Novanto tak pernah kehilangan senyuman di depan wartawan selepas menjalani pemeriksaan atau persidangan kasus korupsi KTP-E.

Tak cuma politikus, penegak hukum yang terterungku kasus hukum tak lantas kehilangan senyum. Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Iswahyu Widodo misalnya. Orang swasta sama saja. Direktur Operasi Lippo Group Billy Sindoro salah satunya. Masih banyak yang lain, yang tampak bungah meski tangan diborgol, kendati berbalut jaket oranye KPK atau pink kejaksaan.

Itu dulu. Sekarang? Ternyata sami mawon. Saat ditahan oleh penyidik Kejati Jakarta pada 6 Januari 2025, eks Kepala Dinas Kebudayaan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Iwan Henry juga tersenyum. Terkini, tersangka korupsi di Bagian Umum Sekretariat Daerah Pemerintah Kota Kendari Tahun Anggaran 2020 malah lebih kacau lagi.

Dalam perkara yang disebut merugikan negara sebesar Rp444 juta itu, Kejari Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, menetapkan tiga tersangka, yakni mantan Sekda Kendari Nahwa Umar serta dua aparatur sipil negara, yaitu Ariyuli Ningsih Lindoeno dan Muchlis. Nah, salah satunya memancing reaksi negatif publik. Dalam video yang viral, dia terlihat santai saat dibawa penyidik menuju mobil tahanan, beberapa hari lalu. Bibirnya tersungging senyum. Dia bahkan menunjukkan pose dua jari. Tak tampak raut penyesalan. Entah hatinya, tidak tahu perasaan aslinya.

Senyuman ialah pertanda hati seseorang senang. Memang ada istilah senyum di atas luka, tetapi ia lebih banyak menjadi pertanda bahagia. Karena itu, sungguh tak masuk akal jika tersangka korupsi masih bisa tersenyum.

Pose dua jari, telunjuk dan tengah, membentuk huruf 'v'. Ia melambangkan victory atau kemenangan, bisa juga simbol peace atau damai. Lambang ini dulu menjadi ekspresi keberhasilan Inggris meredam Jerman di Perang Dunia II. PM Inggris saat itu, Winston Churchill, sering tertangkap kamera dengan pose dua jari.

Menurut Nathaniel Zelinsky dalam artikelnya, V for Victory: How the English Bulldog Leads the Protests in Iran di Huffington Post edisi 25 Mei 2011, Churchill bahkan sempat membuat kampanye yang dia namakan V for Victory. Seorang politikus Belgia, Victor de Lavaleye, juga pernah menggalakkan pose jari 'v' untuk victoire (kemenangan).

Di Indonesia, pose jari 'v' populer untuk simbol kampanye pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla pada Pilpres 2014. 'Salam dua jari' sebagai representasi nomor urut Jokowi-Kalla amat populer ketika itu. Jokowi-JK pun menjadi pemenang.

Pelaku korupsi alih-alih pemenang, justru mereka pecundang. Maka itu, teramat aneh jika ada tersangka kasus korupsi berpose dua jari. Masak v untuk victory dibajak menjadi v untuk korupsi? Yang mboten-mboten aja.

Kenapa pelaku korupsi masih bisa tersenyum, terlihat bangga dengan perbuatan lancungnya? Ada yang bilang mereka tak sedih karena hukumannya ringan. Ada yang berpendapat, mereka tetap tersenyum karena obral diskon hukuman sudah menunggu, remisi hukuman saban tahun siap dinikmati. Di penjara, konon mereka juga bisa mendapat perlakuan istimewa, bahkan menghabiskan malam di luar sel.

Tersangka korupsi tak takut, barangkali juga lantaran hakulyakin sekeluarnya dari penjara nanti masih tajir melintir, masih bisa nyaleg, ikut pilkada, terpilih pula. Mereka tersenyum karena UU Perampasan Aset tak jelas nasibnya. Mereka tak resah, bisa jadi karena sekelas presiden saja masih bersimpati terhadap anak-anak koruptor, tak ingin keturunan koruptor menderita.

Tersangka atau terdakwa korupsi masih bisa semringah, hampir pasti karena mereka tak punya malu lagi. Persis kata postulat, pengelola negara ini punya semuanya kecuali satu, rasa malu.

Boleh jadi pula senyuman mereka sekadar untuk menutupi kesedihan. Namun, apa pun, ia tetaplah menyakitkan. Bahkan, salah satu netizen menulis iblis pun bingung dengan sikap seperti itu.

 

 



Berita Lainnya
  • Ibadah bukan Ladang Rasuah

    16/8/2025 05:00

    LADANG ibadah malah dijadikan ladang korupsi.

  • Maaf

    14/8/2025 05:00

    KATA maaf jadi jualan dalam beberapa waktu belakangan. Ia diucapkan banyak pejabat dan bekas pejabat dengan beragam alasan dan tujuan.

  • Maksud Baik untuk Siapa?

    13/8/2025 05:00

    ADA pejabat yang meremehkan komunikasi. Karena itu, tindakan komunikasinya pun sembarangan, bahkan ada yang menganggap asal niatnya baik, hasilnya akan baik.

  • Ambalat dalam Sekam

    12/8/2025 05:00

    BERBICARA penuh semangat, menggebu-gebu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan akan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

  • Blokir Rekening di Ujung Lidah

    11/8/2025 05:00

    KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.

  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.