Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
NEGERI ini semakin aneh saja. Anomali pun kian menjadi, termasuk ihwal penyikapan terhadap korupsi. Tidak sedikit dari mereka yang tersandung rasywah, bukannya merasa bersalah, mereka justru memperlihatkan ekspresi bungah.
Korupsi ialah aib memalukan, amat memalukan. Ia perbuatan tercela, termasuk kejahatan luar biasa. Ironisnya, korupsi kerap disikapi dengan cara-cara yang biasa, dianggap seolah sebagai sesuatu yang lumrah. Itulah yang terjadi ketika sejumlah orang tersandung kasus korupsi.
Deretan peristiwa menunjukkan bagaimana tersangka korupsi seakan tanpa beban. Montase foto para tersangka rasywah dengan raut semringah, dengan senyum mengembang di bibir, kiranya mengonfirmasi bahwa kehidupan bernegara kita terjerembap di titik nadir.
Marilah kita tengok ke belakang ketika para pewarta foto memotret para tersangka atau terdakwa kasus korupsi. Aneka rupa ekspresi wajah terdokumentasi. Ada yang tampak bersedih, ada yang datar-datar saja, ada yang menunduk dengan raut penyesalan. Ekspresi-ekspresi itu wajar, sudah semestinya. Namun, tak sedikit pula yang tersenyum, bahkan tertawa. Kalau yang seperti ini, tentu tak normal.
Eks Ketua Umum PPP Romahurmuziy pernah melakukan itu. Senyumnya mengembang ketika dikerubungi wartawan setelah ditetapkan KPK sebagai tersangka perkara seleksi jabatan di Kementerian Agama. Politikus Partai Golkar Idrus Marham juga. Dia tersenyum seusai menjalani pemeriksaan di Gedung KPK beberapa tahun silam. Pun dengan politikus PAN yang mantan Wakil Ketua DPR, Taufik Kurniawan. Demikian halnya mantan Wakil Ketua Komisi VII DPR dalam kasus suap proyek pembangunan PLTU Riau-1 Eni Maulani Saragih. Setali tiga uang, bekas Ketua DPR Setya Novanto tak pernah kehilangan senyuman di depan wartawan selepas menjalani pemeriksaan atau persidangan kasus korupsi KTP-E.
Tak cuma politikus, penegak hukum yang terterungku kasus hukum tak lantas kehilangan senyum. Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Iswahyu Widodo misalnya. Orang swasta sama saja. Direktur Operasi Lippo Group Billy Sindoro salah satunya. Masih banyak yang lain, yang tampak bungah meski tangan diborgol, kendati berbalut jaket oranye KPK atau pink kejaksaan.
Itu dulu. Sekarang? Ternyata sami mawon. Saat ditahan oleh penyidik Kejati Jakarta pada 6 Januari 2025, eks Kepala Dinas Kebudayaan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Iwan Henry juga tersenyum. Terkini, tersangka korupsi di Bagian Umum Sekretariat Daerah Pemerintah Kota Kendari Tahun Anggaran 2020 malah lebih kacau lagi.
Dalam perkara yang disebut merugikan negara sebesar Rp444 juta itu, Kejari Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, menetapkan tiga tersangka, yakni mantan Sekda Kendari Nahwa Umar serta dua aparatur sipil negara, yaitu Ariyuli Ningsih Lindoeno dan Muchlis. Nah, salah satunya memancing reaksi negatif publik. Dalam video yang viral, dia terlihat santai saat dibawa penyidik menuju mobil tahanan, beberapa hari lalu. Bibirnya tersungging senyum. Dia bahkan menunjukkan pose dua jari. Tak tampak raut penyesalan. Entah hatinya, tidak tahu perasaan aslinya.
Senyuman ialah pertanda hati seseorang senang. Memang ada istilah senyum di atas luka, tetapi ia lebih banyak menjadi pertanda bahagia. Karena itu, sungguh tak masuk akal jika tersangka korupsi masih bisa tersenyum.
Pose dua jari, telunjuk dan tengah, membentuk huruf 'v'. Ia melambangkan victory atau kemenangan, bisa juga simbol peace atau damai. Lambang ini dulu menjadi ekspresi keberhasilan Inggris meredam Jerman di Perang Dunia II. PM Inggris saat itu, Winston Churchill, sering tertangkap kamera dengan pose dua jari.
Menurut Nathaniel Zelinsky dalam artikelnya, V for Victory: How the English Bulldog Leads the Protests in Iran di Huffington Post edisi 25 Mei 2011, Churchill bahkan sempat membuat kampanye yang dia namakan V for Victory. Seorang politikus Belgia, Victor de Lavaleye, juga pernah menggalakkan pose jari 'v' untuk victoire (kemenangan).
Di Indonesia, pose jari 'v' populer untuk simbol kampanye pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla pada Pilpres 2014. 'Salam dua jari' sebagai representasi nomor urut Jokowi-Kalla amat populer ketika itu. Jokowi-JK pun menjadi pemenang.
Pelaku korupsi alih-alih pemenang, justru mereka pecundang. Maka itu, teramat aneh jika ada tersangka kasus korupsi berpose dua jari. Masak v untuk victory dibajak menjadi v untuk korupsi? Yang mboten-mboten aja.
Kenapa pelaku korupsi masih bisa tersenyum, terlihat bangga dengan perbuatan lancungnya? Ada yang bilang mereka tak sedih karena hukumannya ringan. Ada yang berpendapat, mereka tetap tersenyum karena obral diskon hukuman sudah menunggu, remisi hukuman saban tahun siap dinikmati. Di penjara, konon mereka juga bisa mendapat perlakuan istimewa, bahkan menghabiskan malam di luar sel.
Tersangka korupsi tak takut, barangkali juga lantaran hakulyakin sekeluarnya dari penjara nanti masih tajir melintir, masih bisa nyaleg, ikut pilkada, terpilih pula. Mereka tersenyum karena UU Perampasan Aset tak jelas nasibnya. Mereka tak resah, bisa jadi karena sekelas presiden saja masih bersimpati terhadap anak-anak koruptor, tak ingin keturunan koruptor menderita.
Tersangka atau terdakwa korupsi masih bisa semringah, hampir pasti karena mereka tak punya malu lagi. Persis kata postulat, pengelola negara ini punya semuanya kecuali satu, rasa malu.
Boleh jadi pula senyuman mereka sekadar untuk menutupi kesedihan. Namun, apa pun, ia tetaplah menyakitkan. Bahkan, salah satu netizen menulis iblis pun bingung dengan sikap seperti itu.
'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.
VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.
BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima
IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.
ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.
MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka?
PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.
SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).
Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.
TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.
KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.
DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.
PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.
BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.
ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.
Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved