Headline

Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.

Ente Jual, Ane Beli

09/4/2025 05:00
Ente Jual, Ane Beli
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

DONALD Trump mengguncang dunia. Ia menabrak semua rambu perdagangan, termasuk yang sudah bertahun-tahun ditata dan disepakati lewat World Trade Organization (WTO). Trump, yang kini memimpin Amerika Serikat (AS) untuk kali kedua, merasa perlu 'menuntaskan' aksi perang dagang yang ia nilai belum berjalan total di periode pertama ia memimpin.

Karena itu, dengan 'berlindung' di balik narasi tarif timbal balik alias tarif resiprokal, Trump yang risau dengan defisit perdagangan Amerika Serikat atas sejumlah negara 'menembaki' negara-negara itu dengan 'peluru tajam' tarif imbal balik. Mirip seperti pepatah Betawi: ente jual, ane beli. Ente nakal, ane hakimi.

Indonesia, meskipun bukan negara yang dikenai tarif imbal balik tertinggi, masuk kategori yang terkena tinggi, yakni 32%. Ada sejumlah reaksi yang muncul dari beragam kalangan di Tanah Air atas pengenaan tarif imbal balik itu. Ada yang resah. Ada pula yang kalut. Namun, ada yang menganggap biasa-biasa saja dan bukan kiamat ekonomi.

Mereka yang resah dan kalut terutama yang bergerak di industri tekstil, alas kaki, mebel, makanan dan minuman, serta alat-alat elektronik. Industri-industri itu memang menjadi pemasok utama barang ekspor ke 'Negeri Paman Sam'. Selain itu, industri-industri tersebut bersifat padat karya, alias menyerap banyak tenaga kerja.

Para pengusaha mebel yang tergabung dalam Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) sudah mengalkulasi bahwa kebijakan tarif Trump akan berdampak pada penurunan utilitas industri mebel di Indonesia. Saat utilitas alias pesanan dari AS turun karena harga barang bertambah mahal, pada ujungnya akan berdampak pada pengurangan tenaga kerja. Itu artinya, PHK bakal terjadi.

Saat ini, pasar AS ialah tujuan ekspor utama mebel Indonesia. Dari total nilai ekspor mebel Indonesia sebesar US$2,2 miliar, atau sekitar Rp36,42 triliun (asumsi kurs Rp16.555/US$), porsi ekspor ke AS mencapai 60%. Apabila nanti akibat kebijakan tarif Trump terjadi penurunan pada pasar ekspor ke AS, itu dapat dipastikan akan berdampak cukup besar bagi kelangsungan industri mebel Indonesia.

Tarif Trump juga potensial memukul industri makanan dan minuman di Tanah Air. AS selama ini membutuhkan produk unggulan makanan dan minuman dari Indonesia seperti produk kopi, kelapa, kakao, minyak sawit, lemak nabati, serta produk perikanan dan turunannya. Indonesia membutuhkan bahan baku industri dari AS, seperti gandum, kedelai, dan susu.

Kalangan industri makanan dan minuman di dalam negeri sudah mengidentifikasi beberapa dampak utama pemberlakuan tarif imbal balik Trump itu. Tarif impor akan meningkatkan biaya produksi industri nasional yang menggunakan bahan baku dari AS dan mengurangi daya saing produk Indonesia di pasar internasional, serta meningkatkan harga jual produk di Indonesia. Tarif yang tinggi juga dapat menyebabkan penurunan volume ekspor produk makanan dan minuman Indonesia ke AS serta negara tujuan ekspor lainnya, yang berdampak negatif pada kinerja dan pertumbuhan industri nasional. Penurunan ekspor juga dapat mengancam lapangan kerja di sektor makanan dan minuman di Indonesia, di saat situasi ekonomi yang sedang lesu.

Itu suara kekhawatiran sejumlah kalangan di dunia usaha. Suara sebagian pejabat agak berbeda. Pejabat di negeri ini tampak percaya diri bahwa tarif Trump tidak terlalu membahayakan bagi keseluruhan perekonomian di negeri ini. Sejumlah pejabat yakin bahwa pengenaan tarif itu tidak berarti kiamat. Ada juga yang menyatakan dampaknya kecil bagi perekonomian kita.

Sepertinya, para pejabat kita 'tersugesti' oleh hitung-hitungan dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef). Lembaga yang bergerak di bidang analisis ekonomi itu telah menghitung sejumlah dampak ekonomi yang akan dirasakan Indonesia dari kebijakan tarif resiprokal yang telah diumumkan Presiden Donald Trump pada Rabu lalu. Trump mengenakan tarif resiprokal terhadap Indonesia sebesar 32%, dengan pertimbangan defisit perdagangan Amerika Serikat dengan Indonesia sekitar US$18 miliar dan hambatan tarif perdagangan yang pemerintah AS klaim diberikan Indonesia ke AS sebesar 64%.

Dengan memanfaatkan model analisis Global Trade Analysis Project (GTAP), ekonom Center of Industry, Trade, and Investment Indef Ahmad Heri Firdaus mengatakan kebijakan tarif Trump itu bisa menekan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,05%. Tekanan terhadap produk domestik bruto (PDB) yang akan dirasakan Indonesia itu, versi Indef, cenderung lebih kecil daripada yang dirasakan negara lain, seperti Vietnam sebesar 0,84%, Tiongkok 0,61%, Thailand 0,35%, dan Malaysia 0,11%.

Karena PDB Indonesia berpotensi menyusut akibat kebijakan perang perdagangan melalui pengenaan tarif tambahan itu, kesejahteraan di Tanah Air dan di berbagai negara lain pasti mengalami penurunan. Dampak pengenaan tarif terhadap kesejahteraan di Indonesia, tulis Indef, mencapai US$1,99 miliar penurunan, juga lebih kecil jika dibandingkan dengan Vietnam yang sebesar US$13,20 miliar, meski lebih tinggi daripada Tiongkok yang hanya minus US$246,12 juta.

Gara-gara ada hambatan tarif, akan muncul dampak terhadap perubahan harga karena harga menjadi lebih mahal. Akibatnya, kesejahteraan konsumen akan tergerus meski diyakini tipis.

Begitu juga dampak terhadap kondisi ekspor, yang menurut hitung-hitungan Indef, akan mencapai minus 2,83% terhadap Indonesia. Angka itu juga diyakini jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan Kanada yang minus 36,47%, Tiongkok 3,21%, Inggris 4,12%, meski lebih tinggi ketimbang Jepang yang minus 1,89%, dan Vietnam 1,17%. Itu semua yang diyakini sejumlah pejabat kita bahwa dampak tarif resiprokal Trump itu tidak sampai membuat ekonomi kita kolaps. Karena itu, dalam logika pemerintah, yang perlu diimbau ialah rakyat jangan panik.

Namun, mengimbau rakyat agar tidak panik tidak boleh meninggalkan kesan menganggap enteng. Mengimbau rakyat agar tidak panik juga mesti dibarengi 'gestur' pemerintah yang memang tidak sedang berpura-pura tidak panik. Ketika banyak pejabat sering mengimbau rakyat agar tidak panik, publik justru melihat 'sebenarnya pemerintah sedang panik' atau setidak-tidaknya 'gagap'.

Tidak panik, tidak gagap, akan terjadi jika negara sudah punya jurus tangkal yang jitu menghadapi keadaan. Kalau masih terlihat panik, walaupun disembunyikan dalam-dalam, itu artinya belum ada solusi yang dikantongi, belum ada jurus yang mangkus, tidak ada obat yang mujarab. Kalau itu yang ternyata terjadi, Trump akan terus berteriak laiknya pantun Betawi: lele dan kadal dimasukin ke dalam peti, ente jual ane beli.



Berita Lainnya
  • Ibadah bukan Ladang Rasuah

    16/8/2025 05:00

    LADANG ibadah malah dijadikan ladang korupsi.

  • Maaf

    14/8/2025 05:00

    KATA maaf jadi jualan dalam beberapa waktu belakangan. Ia diucapkan banyak pejabat dan bekas pejabat dengan beragam alasan dan tujuan.

  • Maksud Baik untuk Siapa?

    13/8/2025 05:00

    ADA pejabat yang meremehkan komunikasi. Karena itu, tindakan komunikasinya pun sembarangan, bahkan ada yang menganggap asal niatnya baik, hasilnya akan baik.

  • Ambalat dalam Sekam

    12/8/2025 05:00

    BERBICARA penuh semangat, menggebu-gebu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan akan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

  • Blokir Rekening di Ujung Lidah

    11/8/2025 05:00

    KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.

  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.